12 - Kolaborasi

1 1 0
                                    

Dion

Kalo saja ACS ada sistem gajian, sebagai ketua aku akan menaikan gaji Bu Wapim-ku karena melakukan kerja yang sangat bagus untuk meredakan ketegangan antara aku dengan sekretarisku sendiri. Aku tidak tahu apa yang terjadi di mobil selama perjalanan ke tempat Penyambutan Anggota Baru. Tapi aku sangat berterima kasih pada Annika karena mengubah Gennie kembali seceria semula.

Apalagi sebulan setelah penyambutan, kami diajak kolaborasi dengan salah satu komunitas dari luar kampus untuk membuat film dokumentasi. Secara bersamaan, tentu kegiatan biasa seperti membuat konten tetap harus berjalan. Jadi, mau tidak mau, aku dan Annika kembali terpisah seperti rencana awal. Dengan Annika bersama Nathan mengurus konten, dan aku bersama Gennie mengurus film. Dan dengan anggota lain tentunya, kami akan dibantu dengan banyak tangan.

Ini hari Sabtu sore, aku dan Gia—ketua Marcom, sudah di salah satu kafe bersama Satrio—selaku pendiri dan ketua dari Komunitas Kesatria Kebudayaan. Karena kebetulan kami bertiga pernah di SD yang sama di Jakarta, kami bertukar cerita satu sama lain setelah bertahun-tahun tidak bertemu sebelum Gennie muncul.

"Perasaan SD tuh, Lu keren banget, Bud. Sekarang..." Satrio berdecak kagum melihat penampilanku.

Dengan penuh percaya diri, aku membenarkan kacamataku dengan penuh gaya dan menyisir rambutku dengan seringai. "Lebih keren, yah."

"Agak cupu, sih," timpal Gia, dan Satrio tertawa lepas. Sedangkan wajahku seketika datar. Seperti halnya Gennie yang mengganti nama panggilan saat merubah lingkungan, dulu selama sekolah di Jakarta aku dipanggil Budi, namun saat aku pindah ke Bandung aku meminta semua orang memanggilku Dion, sama seperti panggilan di rumah. Mumpung bisa dipakai juga.

"Gue gorok juga Lu," gumamku dengan mata sinis.

"Lagian kenapa sih Lu pakai kacamata? Dulu gak pakai sama sekali, lho," tanya Satrio setelah meminum kopinya.

"Mata gue minus karena jadi OSIS, Bro. Karena kerjaan OSIS dan tugas sekolah di laptop terus, dan gue sering begadang, kemampuan lihat jadi berkurang," jelasku singkat.

"Yah, minimal otak Lu gak ikutan minus lah, yah," kata Satrio, kali ini dengan bangga. "Eh, itu sekretaris Lu." Lalu dia bangkit untuk menyambut Gennie yang datang dari belakangku, seperti tadi saat aku dan Gia datang. Satrio juga nyatanya berubah, dia lebih bisa bersikap formal dan kharismatik sekarang ini.

Gennie memberi salam dan menjabat tangan Satrio dengan formal, tapi memberi tos santai padaku dan Gia. "Maaf yah, aku telat. Yang ambil shift siang tadi kejebak macet, jadi telat gantiannya." Dia sudah sampai saja aku sudah lega. Karena aku tidak pintar mencatat kesimpulan, dan Gia tidak bisa terlalu serius dengan adanya Satrio. Mungkin karena faktor naksir, entah lah, aku tidak sepandai Anna membaca situasi.

"Oke, karena tim rapat kita sudah komplit, kita mulai aja pembahasannya," kataku, memulai rapat kolaborasi kami dengan semangat. Aku tidak bisa berbohong, kolaborasi seperti ini adalah hal yang ku tunggu selama menjadi anggota, dan kini aku bersama timku lah yang akan mengerjakannya.

***

Kolaborasi ini ada bukan hanya karena aku berteman dengan Satrio, tapi karena terjalinnya hubungan antar BPH angkatan Kang Rizal dengan Komunitas Kesatria Kebudayaan yang sudah ada. Jadi kini giliranku yang menyambungkannya, dan memang sebuah kebetulan yang manis bahwa teman SD-ku lah pendirinya. Permintaan Satrio begitu sederhana, dia hanya mau membuat film dokumentasi yang simple dan mudah dipahami untuk sebagai bentuk perkenalan Kesatria Kebudayaan kepada masyarakat luas. Untuk waktu produksi, Satrio berharap ACS dapat membuatnya selama acara 'Festival Kebudayaan Nyunda' pada awal Desember nanti, dan diminta untuk bisa dirampungi seluruhnya pada Januari nanti, sekitar seminggu setelah tahun baru. Meski terdengar terburu-buru, Satrio tidak masalah jika selesainya nanti di bulan Maret, dia hanya menyampaikan keinginannya. Dan karena ini kolaborasi, bukan bayaran, Satrio tidak mau memberatkan. Namun tidak bisa berbohong, sebagai pemegang dan ketua ACS aku jadi memiliki ego untuk dapat menyelesaikannya saat tahun baru. Masa bodoh jika pada akhirnya aku tidak ikut merayakan tahun baru, ini kesempatan besar untuk ku.

Apple Flower of Our HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang