DION
Ok, jadi bagaimana akhirnya berlanjut?
Meski beda kelas dan jurusan, Eve sering main ke rumah kami setiap kali ada tugas dari mata pelajaran dan guru yang sama dengan Diana. Atau pernah saat Mama membuat gorengan, Eve akan diundang ke rumah. Atau pernah seketika aku memamerkan proyektor hasil tabungan untuk kami tonton bersama-sama di malam minggu beberapa minggu kemudian. Tidak hanya Diana, kedua adikku yang lain—Dilan dan Dinda juga cukup dekat dengan Eve. Dan aku tidak bisa lagi menepis bahwa aku sungguh menyukainya. Eve pun demikian. Tapi kejadian Diana dengan Ratu membuatku khawatir jika Eve akan dicelakai oleh orang lain hanya karena aku. Meski Ratu sudah diberi surat peringatan dan diancam dikeluarkan, aku tetap saja khawatir. Jadi selama di sekolah, aku hanya bersikap sopan dan kadang sengaja diam-diam mengusap tangannya saat berpapasan. Tuhan pun sepertinya mendukung kekhawatiranku, setiap kali kami bertemu dan mengobrol berduaan, tak ada anak sekolah yang mengenali kami yang melihat. Bahkan tidak teman-teman geng-ku.
Pernah suatu hari, sehabis rapat OSIS siang hari dan aku izin untuk tidak mengikuti kelas, aku ke kantin untuk beli makan sendirian, dan aku bertemu dengan Eve di kedai jus. Sengaja ku hampiri dia.
"Bolos, yah," bisikku di telinganya, dan dia terkejut meski disusul dengan kekehan dan pukulan di bahuku dengan pelan. "Kok di sini? Bukannya pelajaran Pak Taufik?" tanyaku. Aku menghafal jadwal Eve dan Diana. Jangan heran.
"Hari ini ujian harian, dan aku selesai duluan. Jadi di suruh keluar kelas duluan deh," jelas Eve sembari membayar jusnya dan mengambil jus jambunya. "Kang Dion juga kenapa di kantin? Bukannya pelajaran Bu Nurmala, yah?" Dan dia menghafal jadwalku, aku agak heran tapi mungkin karena dia terlalu menyukaiku.
"Ada rapat OSIS sama Pak Kapsek, jadi izin ga kelas. Mau ada acara habis UAS," jawabku. Lalu menahannya saat dia mau pergi. "Tungguin dong, gue Cuma mau beli batagor Si Mamih. Bentar yah," pintaku, dan dia mengikutiku.
Penampilan Eve sekarang lebih cocok dengan seragam putih-abu dan jas abunya, dengan rambut digerai dan poni menutupi dahinya. Dia baru potong poni di rumahku minggu lalu, dan aku yang melihat kebodohannya dengan Diana itu. Hasil poni Diana aneh, tapi hasil poni Eve begitu cantik. Dan dari Diana aku tahu Eve semakin banyak dikejar dan menolak banyak cowok. Aku pun tidak kalah dengan banyaknya cewek kelas 10 yang mem-follow Instagram-ku dan men-DM saat aku membuat Instastory. Pasti akan meledak jika aku dan Eve jadian.
"Pulang sekolah ada kegiatan, gak?" tanyaku, dan Eve malah celingak-celinguk, memastikan situasi. "Gak usah khawatir, udah gue bilang Lu aman kan?" kataku, mengingat dan meyakinkannya.
"Aku ikut ekskul angklung, Kang. Hari ini ada latihan," jawabnya. Iya, aku tahu dia ikut angklung, tapi aku gak tau hari Selasa ini ada latihan, padahal setahuku latihannya hari Kamis.
"Ada acara apa sampai hari ini harus latihan?" tanyaku sambil membayar dan menerima batagor.
"Acara habis UAS. Kayaknya acara yang hari ini Akang sama OSIS rancang, deh." Aku bukan divisi acara, tapi keamanan, jadi aku baru tahu dari Eve. "Kenapa, gitu, Kang?"
"Diana ada kerkom, jadi jok motor gue kosong. Nanti pulang bareng, gimana? Gue juga rapat sampe sore, kayaknya," ajakku dengan alibi yang memang benar adanya. Sekolah dan parkiran pasti kosong, jadi pasti kami aman.
Eve tidak menjawab langsung, dia berlenggak pergi tanpa kata. Tapi saat aku kembali ke ruang rapat, dia mengirimiku pesan sebagai jawabannya: 'Oke, aku tunggu di pos satpam parkiran, yah.' Eve dengan beribu diamnya yang menghanyutkan.
***
Kelas 11 ternyata semenyenangkan dan sesibuk ini. Tugas dan proker semakin banyak. Jadwal nongkrong ku semakin luas dan banyak, sampai rasanya aku tidak punya waktu untuk diri sendiri, seperti dulu saat aku kelas 10. Kalo tidak dengan Geng Burger, pasti dengan Diana dan Eve, kalo tidak dengan anak-anak OSIS atau anak geng lainnya. Tapi akhirnya UAS pun datang, dan aku sudah merencanakan sesuatu yang menarik untuk hidupku kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Flower of Our Heart
RomanceDion dan Eve hanya berpacaran 5 bulan saat SMA, dan saat kuliah ternyata mereka harus bekerja sama di Komunitas Action Creative Studio dengan Dion sebagai Ketua dan Eve sebagai sekretarisnya. Masalah mereka tak hanya pada perasaan yang belum selesai...