Dion
"Camera, Roll..." Aku mulai menyerukan jargon ACS sembari ikut mengumpulkan tangan ditengah bersama seluruh crew.
"And ACTION!" Dan kami berseru sembari mengangkat tangan kami bersama-sama. Lalu riuh tepuk tangan bersamaan dengan teriakan tidak jelas dari beberapa orang.
Ini hari Jumat pagi, dan jadi hari pertama kami syuting film dokumentasi. Yah, mungkin tidak semua, karena dari hari Rabu dan Kamis kemarin, sudah ada beberapa crew yang mengambil gambar selama rapat Kesatria Kebudayaan berlangsung. Tapi ini hari pertama seluruh tim turun di acara besarnya.
"Good luck, Pak Pim," gumam Annika sembari menepuk-nepuk bahuku, dan berlalu bersama Trian dan Crew A yang akan fokus mengambil gambar di belakang panggung, kegiatan panggung dari arah dekat dan mewawancarai tim Kesatrian Kebudayaan di beberapa kesempatan.
"Semangat, guys!" Gennie yang berseru di sampingku. Sedangkan aku bersama Gennie dan Crew B akan mengambil gambar di sekitar tenan yang menjual makanan, minuman, dan pernak-pernik beserta pengunjung yang datang, dan sesekali menyorot panggung dari jarak jauh.
Kami semua berjalan beriringan menuju tenan untuk menyorot suasana pagi hari setiap penjual. Untuk mempermudah, pengambilan gambar pun kami bagi dua tim lagi, aku bersama Fio, Aura, dan Ciko di barisan tenan bagian kanan, sedangkan Gennie bersama Beni, Aris, dan Zaki di barisan tenan bagian kiri. Kami seketika begitu hening dan serius. Aku pun merasa tidak punya celah untuk melempar candaan apapun, selain karena ada Gennie dan Aura yang sama-sama memiliki aura dan tatapan tajam, aku merasa ini bukanlah waktu yang tepat untuk melemparkannya.
Tapi sepertinya Gennie punya banyak hal untuk disampaikan, dan berakhir tidak jadi karena ada saja yang memanggil salah satu diantara kami, atau tiba-tiba saja ada yang menarik perhatian salah satu diantara kami. Aku jadi kasihan padanya, karena dia jadi tidak terlalu fokus syuting. Karena aku yakin, ini ada hubungannya dengan diamnya minggu lalu saat kita main di rumah Si Kembar Ragasuci. Aku yakin aku sudah mengatakan hal yang benar, namun secara bersamaan aku yakin aku ada salah bicara setelah mengatakan bahwa dia tidak boleh pacaran sebelum menjelaskan kenapa dia putus dari ku. Diamnya tetap berlanjut selama hampir 5 hari selanjutnya, dan baru hari ini kuperhatikan dia ingin mengatakan sesuatu padaku secara personal. Tapi, bisa saja dia memiliki kekhawatiran sendiri pada tugas, keluarganya, atau mungkin dia gelisah karena masalah cewek yang sudah pasti takut untuk kutanyakan secara langsung.
"Ra, kalo ke toilet atau lagi bareng sama Gennie, tanyain dia kenapa, yah. Kayaknya ada yang nge-ganjel sampai dia gak terlalu fokus, deh," gumamku pada Aura saat kami menyorot pengunjung di pintu masuk sedangkan tim Gennie sedang menyorot panggung dari jarak jauh. Namun saat Aura datang dari toilet bersama Gennie, gadis itu bilang bahwa tidak ada masalah apapun. Dan aku menjadi semakin penasaran setelah syuting selesai pukul 5 sore.
Syuting hari ke-2 kami datang lebih siang, karena kami akan lebih fokus mengambil gambar saat sore menuju malam hari. Crew kami tetap berada di dua tim, namun pengambilannya hanya di sekitar panggung dengan Tim A jarak dekat dan fokus terhadap tamu undangan, sedangkan Tim B pengambilan dari jarak agak jauh dan fokus pada reaksi para pengunjung. Karena ini hari Sabtu dan pengunjungnya jauh lebih banyak ketimbang kemarin, ditambah akan banyak penampilan yang lebih heboh dan menarik, dengan formasi dan tugas seperti ini sudah cara yang paling tepat untuk kami mengambil gambar.
Kali ini aku berusaha mencari celah untuk bisa mengobrol berdua dengan Gennie. Tapi seperti halnya kemarin, kami tidak dibiarkan untuk mengobrol berduaan. Situasi ini sangat berbeda dengan situasi saat menuju penyambutan, saat itu kami terlalu sering dibiarkan berduaan disaat kami ingin berjauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Flower of Our Heart
RomanceDion dan Eve hanya berpacaran 5 bulan saat SMA, dan saat kuliah ternyata mereka harus bekerja sama di Komunitas Action Creative Studio dengan Dion sebagai Ketua dan Eve sebagai sekretarisnya. Masalah mereka tak hanya pada perasaan yang belum selesai...