Dion
Aku kembali diselimuti rasa bersalah karena setelah kami balikan, besokannya kami sama sekali tidak bisa bertemu. Untuk saling mengirimi pesan pun kami agak segan, karena takut ada anak ACS yang melihat. Tapi setiap di rumah, kami seperti anak SMA yang dimabuk kasmara, kami akan menyalakan video-call selama bercerita. Dia sibuk dengan tugas sekretariatannya dengan membuat surat dan menemani pembuatan konten, tentunya diselingi dengan membuat tugas kampusnya yang kebanyakan mulai tugas kerkom. Aku pun sibuk kepada proses editing film dokumentasi Kesatria Kebudayaan dengan Erik, Ciko, Kale, dan tentunya Trian sebagai sutadara. Kesibukan menjadi sutradara ternyata membuat Trian lupa tujuannya untuk mendekati Gennie atau cewek ACS lainnya, apalagi setelah Annika mengumumkan secara lantang larangan berpacaran sesama BPH pada Kamis sore kami melakukan rapat rutinan setiap bulan antar BPH.
"Kita termasuk organisasi yang enak karenapermintaan alumni kita gak sebanyak yang lain. Kemarin juga aku gak sengaja ketemudan ngobrol sama Teh Keiko, dia bilang kalo dia udah seneng dan bangga bangetliat kita bisa tetap kompak walau misah-misah dengan pembuatan film dokumenterdan kontennya, dan cuman minta dipertahankan aja. Jadi satu permintaan harusnyagak berat, kan yah?" jelas Annika, dengan ketegasan dan amarah yang membara, yang sebenarnya sering dia tunjukkan saat dulu dia masih masuk ke dalam tim basket fakultas. Aku menyayangi dirinya tidak melanjutkan keanggotaan sebagai tim bakset tahun ini, padahal aku tidak keberatan jika dia memiliki dua posisi di dua tempat yang berbeda.
"Aku tahu ini kedengarannya gak adil," Aku mulai ikut angkat bicara. "Tapi kalian bisa setidaknya menyimpan dulu perasaan kalian sampai akhir periode. Alumni, aku dan Annika gak akan melarang apa yang ternyata selama ini tumbuh. Suka mah, yah, suka aja. Tapi tahan aja dulu buat gak pacaran." Aku merasa menjilat ludah sendiri saat mengatakannya. Dan perasaan bersalahku seakan tumbuh lebih lebat saat Annika menjelaskan hal lain, dan aku melirik wajah murung Gennie dibalik ponselnya. Aku benar-benar menjilat ludah sendiri.
Malam itu pun, Gennie tidak mengangkat panggilanku dengan alasan sedang kerja kelompok. Esoknya pun dia tidak langsung mengabariku seperti biasanya. Ini baru hari ke-5, tapi kami sudah punya jarak. Jadi aku menyusulnya ke kelas siangnya. Dia tidak terlihat terkejut, karena mungkin juga sudah mempersiapkan diri dengan semua kemungkinannya.
"Jangan diemin Pakpim-mu, Gen," kataku, saat dia muncul.
Dia melepas salah satu tali tasnya untuk merogoh isinya, lalu mengeluarkan selembar surat dengan logo ACS dan logo kampus terpampang dan menyodorkannya padaku. "Kita butuh tanda tangan Kang Dion buat minjem alat ke Lab."Aku menghela nafas mendengar obrolan kami yang kembali formal ini.
Aku mengambil surat itu dan masuk ke dalam kelas yang baru digunakan kelas Gennie sebelumnya. Kebetulan juga dosennya sudah keluar, jadi aku ikut meminjam meja dosen. Gennie meletakkan pulpen di meja dekatku, dan aku membacanya untuk mengulur waktu. Kami benar-benar berdua, dan aku butuh ngobrol dengannya.
"Jangan diemin pacarmu lagi, Gen," bisikku dengan mata mengamati isi surat.
"Aku cuman patuh sama aturan yang dibuat alumni, Mas. Aku gak mau jadi perusak pertama di BPH," katanya, terdengar suara bersalah di dalamnya dengan kepala tertunduk.
Aku meletakkan surat itu, dan mengambil pulpen Gennie. "Dihubungan ini aku juga ikut andil kalo memang jadi perusak pertama BPH cuman gara-gara punya hubungan dengan orang yang disayang," kataku sembari menandatangani surat itu di atas nama panjangku. "Aku belum sempat ketemu lagi sama alumni, tapi kalo pun sempat, aku mau obrolan pertama yang dibangun kenapa aturan itu ada," lanjutku, melipat surat dan memberikannya bersamaan dengan pulpennya. "Minggu depan ulang tahun aku," Aku menunduk untuk menatap matanya. Dan aku memberi senyum lembut. "Kalo editingnya lancar, aku ke rumah kamu buat ketemu Nini, yah. Boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Flower of Our Heart
RomanceDion dan Eve hanya berpacaran 5 bulan saat SMA, dan saat kuliah ternyata mereka harus bekerja sama di Komunitas Action Creative Studio dengan Dion sebagai Ketua dan Eve sebagai sekretarisnya. Masalah mereka tak hanya pada perasaan yang belum selesai...