Gennie
Meski editing belum selesai, dan berakhir hari Sabtu batal main berdua, Mas Dion dan Diana mengundangku dan Nini untuk menghabiskan tahun baru di rumah mereka. Beruntung seluruh keluarga kami sedang tidak ada yang mengajak kami merayakan tahun baru bersama. Keluarga Ua Endah mengisi acara keluarga suaminya di Puncak; keluarga Ua Fajar mengunjungi putra sulung mereka, Kang Putra di Bogor, dan si kembar Kang Vian dan Bang Febri ditinggal di Bandung karena mau merayakan bersama teman-teman mereka di The Turning Cake; Keluarga Ua Purnama mau mengunjungi Teh Muti yang masih kuliah di Jerman. Jadi aku dan Nini dengan senang hati menerima ajakan manis dari keluarga Santosa itu.
'Sebenarnya Geng Burger ajak tahun baruan kayak biasa, tapi mumpung Papa dan Mama juga baru pulang dari tugas di Kalimantan selama 2 bulan kemarin, makanya aku tolak,' kata Mas Dion di pesan saat aku bertanya apakah Mas Dion tidak ada kegiatan lain pada malam tahun baru.
Ada bagian dalam diriku merasa sedih pada perjanjian kami yang sudah disepakati untuk menyembunyikan hubungan dengan alasan yang lebih jelas. Tapi aku tahu bagi Mas Dion ini juga tidak mudah. Beberapa kali kami bertemu di kampus pada kerumunan mahasiswa, dan Mas Dion pun menahan untuk tidak berbicara atau bersikap manis padaku. Kami selalu melibatkan anggota ACS setiap kali ada kegiatan, tapi Mas Dion akan menyempatkan diri untuk mengantarkanku pulang terakhir setelah mengantar anggota lain. Tidak seperti dulu semasa kami SMA, rasanya hanya aku yang berusaha menyembunyikan, disaat aku dapat melihat Mas Dion tidak menganggap hubungan kami ada selama di sekolah, dan bersikap begitu manis saat kami hanya di waktu dan tempat yang aman.
"Ini cukup kali yah, Neng. Nini gak berlebihan kan?" Ini adalah pertanyaan keempat yang Nini sampaikan setelah kami membuat berbagai gorengan dan seloyang besar brownies, lalu membeli cheese-stick dan keripik kuping gajah di toko kemarin. Itu semua akan kami bawa sebagai buah tangan untuk keluarga Santosa.
"Enggak, Ni. Cukup, kok," kataku, berusaha meyakinkan. Lalu aku melihat Nini menoleh ke pintu taman belakang. "Belum bisa panen, Ni. Masih butuh beberapa bulan lagi," kataku, mengingatkan.
Sekitar dua tahun lalu, saat aku dinyatakan lulus SMA dan mendapat kampus yang kini menjadi tempatku belajar, Nini langsung mencari hobi baru untuk mengisi kekosongan karena beliau tahu aku akan mulai sibuk. Dan hobi baru Nini jatuh pada menanam pohon apel di belakang rumah. Tidak banyak, hanya ada 4 pohon apel dengan cara penanganan yang berbeda. Aku tidak terlalu tahu apa yang membedakan setiap pohon apel itu, tapi yang selalu menjadi pengingat adalah pohon apel harus dipotong bunga-nya di beberapa tempat, dan baru bisa dipanen paling cepat 3 tahun dari hari pertama ditanam.
Nini menghela nafas dengan wajah cemberut. "Harusnya Nini mulai dari kamu SD yah, jadi bisa kita coba dulu sebelum bisa jadi oleh-oleh kalo ke rumah calon cucu-mantu, hehe," ujar Nini dengan kekehan dibelakangnya yang membuatku geleng-geleng kepala.
Pintu luar terdengar. Dan aku tahu Mas Dion dan Dilan datang untuk menjemput kami.
***
Bagaimana rasanya datang kembali ke tempat yang dulunya kau anggap rumah kedua, tapi tidak pernah kau datangi lagi dalam waktu yang lama, dan akhirnya datang lagi sebagai orang yang berbeda?
Itu pertanyaan terpanjang yang terlintas di kepalaku sepanjang perjalanan menuju rumah Keluarga Santosa. Semasa SMA aku sering ke rumah Diana hanya sekadar nongkrong atau untuk lebih dekat dengan Mas Dion saat itu. Dan saat akhirnya aku putus dengan Mas Dion, aku pun berhenti untuk main ke rumah Diana dan kami memilih untuk main di luar. Tapi kini aku kembali. Dan rasanya aku menjadi orang asing lagi. Bahkan melihat Dilan yang kini tingginya sama dengan Mas Dion membuatku merasa menjadi orang baru yang masuk ke dalam kehidupan Keluarga Santosa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Flower of Our Heart
RomanceDion dan Eve hanya berpacaran 5 bulan saat SMA, dan saat kuliah ternyata mereka harus bekerja sama di Komunitas Action Creative Studio dengan Dion sebagai Ketua dan Eve sebagai sekretarisnya. Masalah mereka tak hanya pada perasaan yang belum selesai...