Dion
"Sekarang kita sambut dengan meriah. Pimpinan Redaksi dan Wakil Pimpinan Redaksi kita yang terbaru! Dion dan Annika!" tepuk tangan meriah menggema di seluruh villa yang kami sewa. Aku dan Annika maju dan mengacungkan tangan dengan penuh kemenangan. Tapi kami kembali rendah hati dan mengucap terima kasih kepada lawan kami, Nathan dan Olivia.
"Tenang, bro. Gue tetap milih Lu jadi orang-orang terpercaya gue," bisikku pada Nathan sembari memberi tepukkan di bahunya. Aku tahu kok Nathan sangat bersemangat menjadi Badan Pengurus Harian atau BPH di komunitas kampus Action Crative Studio. Jadi tidak ada keraguan pula bagi aku dan Annika untuk memilihnya menjadi bagian dari tim kami.
Inilah MAPER - Malam Pergantian. Malam yang begitu menyenangkan, setelah tadi siang kami berempat menjabarkan kampanye dengan menunjukkan visi-misi dan proker yang kelak akan kami kerjakan dengan cukup tegang. Sorenya kami istirahat sembari menunggu voting dari para anggota lain. Dan malam setelah sholat Isya, diputuskan siapa Pimred - pimpinan redaksi (di dunia TV atau kreatif, posisi ini bisa disebut Ketua Umum) dan Wapimred - wakil pimpinan redaksi (dan posisi ini dapat disebut wakil ketua) dari Action Crative Studio atau ACS. Jangan heran bagaimana BPH sebelumnya memilihku yang menjadi kandidatnya, dan aku sendiri pun memilih Annika menjadi pasangan wakilnya. Pokoknya, jangan. Aku rasa kami berdua akan baik-baik saja jika menjadi rekan kerja setelah hampir 6 tahun bersahabat. Dan yah, aku memang harus mengakui bahwa persahabatan ini sudah lebih menjadi urusan kembaran, bahkan melebihi Annika dengan Anna sendiri.
"Selamat, Pak Pim!" Annika menjabat tanganku dengan genggaman formal, sedangkan senyumnya seperti menahan tawa dengan wajah yang begitu menyebalkan.
"Selamat juga, Bu Pim," balasku, dengan wajah yang sama-sama menyebalkan, karena akhirnya dia menempeleng kepalaku saat dia pikir tidak ada yang memperhatikan. Tapi aku bisa mendengar Teh Keiko tertawa di belakang kami.
"Jangan sering-sering berantem, hei!" tegur Teh Keiko. Wajah Annika seketika nyengir, sebelum akhirnya memberi pelukan kepada kakak tingkat favoritnya itu. "Aku seneng deh, kamu yang jadi Wapimred-nya. Selamat yah, Nik," bisik Teh Keiko. Aku tahu ada hubungan aneh pada awal pertemanan mereka berdua. Tapi sepertinya aku tidak layak menceritakannya. Akan seru jika Annika dan Teh Keiko sendiri yang bercerita.
Sekarang Teh Keiko beralih padaku, tapi kami tentu tidak berpelukkan, yang ada aku akan dihajar Kang Niko. Teh Keiko menglurkan tangannya, dan aku menerima jabatan tangannya. Wajah lembut nan cantik Teh Keiko sangat dikagumi banyak orang-pria atau wanita, kini fokus menatapku begitu dalam. "Titip anak-anak. Aku percayai semuanya ke kamu, Yon." Jika kata-kata itu keluar 5 tahun lalu dari yang tertua, bahuku akan merasa begitu berat. Tapi aku menanggapinya dengan senyuman dan anggukan santai. Karena setidaknya aku punya Annika, aku tahu apa yang harus kami lakukan kedepan. Tak akan kubiarkan semua tugas kubawa sendiri. Seperti dulu nasihat Eve.
Berbicara tentang Eve, malam ini dia ikut andil di acara MAPER dan kini dia sedang makan malam bersama teman-temannya yang lain di lingkaran bersama di ruang tengah.
Bagaimana bisa? Singkatnya, kami masuk ke kampus yang sama namun berbeda jurusan dan angkatan. Aku sudah masuk ACS dari awal masuk kuliah, dan di tahun berikutnya Annika dan Eve masuk ACS, menyusulku. Annika ikut karena melihatku dan tahu bahwa kakak tingkat yang dia taksir masuk ACS juga, sedangkan Eve masuk karena ketertarikannya di dunia film. Yah, sebenarnya aku tidak perlu bertanya lagi kenapa, karena Eve lah yang membuatku tertarik juga di dunia film dan jurnalistik saat SMA dulu.
Selama hampir 1 tahun di kampus dan komunitas yang sama, aku belum pernah ngobrol dengannya lagi. Aku terlalu sibuk, begitu juga dengan dirinya. Aku punya lingkungan dan aktifitas baru, begitu juga dengan dirinya. Aku punya perjalanan yang menarik yang sayang jika aku lepaskan, dan sepertinya dia mengalami sesuatu yang hebat juga setelah pindah sekolah tanpa penjelasan. Bahkan Diana pun tidak diberi tahu alasan dia pindah. Seakan selama 2 tahun terakhir dia ditelan bumi, dan setahun lalu dia dimuntahi bumi begitu saja di lautan mahasiswa baru di kampusku. Saat itu aku menyadari namanya saat menjadi panitia PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru), tapi saat itu aku menyangkalnya. Dan saat melihatnya langsung, aku tahu mungkin memang ada sesuatu yang belum selesai diantara kami. Tapi aku memilih diam. Aku tidak mau untuk membuka luka lama disaat sekarang ini aku sedang menyembuhkan luka baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Flower of Our Heart
RomanceDion dan Eve hanya berpacaran 5 bulan saat SMA, dan saat kuliah ternyata mereka harus bekerja sama di Komunitas Action Creative Studio dengan Dion sebagai Ketua dan Eve sebagai sekretarisnya. Masalah mereka tak hanya pada perasaan yang belum selesai...