Bab 2 Sepupu?

3 1 0
                                    

~~~

Amelia dan ibunya masuk ke dalam toko Ollivanders setelah sedikit berkeliling, sebuah tempat kecil dan berdebu yang dipenuhi rak-rak berisi kotak panjang.

Di tengah ruangan berdiri seorang pria tua dengan mata berkilauan, yang segera menyambut mereka.

"Selamat datang di Ollivanders," katanya dengan nada lembut. "Ah, calon penyihir baru. Kau pasti Amelia Brighton."

Amelia mengangguk, merasa gugup namun antusias.

Pria itu mulai mengambil tongkat dari rak, memberikan satu demi satu kepada Amelia. Setiap kali Amelia mencoba tongkat, ada percikan atau bunyi aneh, hingga akhirnya ia menemukan yang tepat—tongkat kayu hawthorn dengan inti bulu phoenix.

Begitu ia menggenggamnya, tongkat itu memancarkan cahaya hangat.

"Ah, sangat cocok," kata Ollivander dengan puas. "Tongkat itu memilih penyihirnya, Nona Brighton."

Amelia tersenyum lebar. Ia merasa benar-benar bagian dari dunia ini.

Ibunya membayar biaya tongkat dari kantung yang diberikan Dedalus, dan mereka berjalan keluar toko.

Setelah itu, mereka melanjutkan ke Madam Malkin’s untuk membeli jubah sekolah, di mana Amelia bertemu beberapa siswa lain yang juga sedang diukur.

Lalu ke toko binatang, tempat Amelia memilih burung hantu kecil berbulu putih agak kecoklatan yang ia beri nama Luna.

Ia juga membeli buku-buku pelajaran di Flourish and Blotts, mengagumi deretan buku sihir tebal dengan sampul berkilauan.

Namun, saat mereka melangkah keluar dari toko buku, sesuatu terjadi.

Amelia sedang sibuk membaca daftar belanjanya, sehingga tidak melihat dua sosok yang berjalan di depannya.

Ia menabrak salah satunya, menyebabkan buku-buku yang ia bawa terjatuh ke tanah.

“Perhatikan jalanmu!” suara dingin seorang anak laki-laki bergema.

Amelia mendongak dan melihat seorang anak berambut pirang dengan ekspresi sombong, mengenakan jubah hitam mahal.

Di sampingnya berdiri seorang pria tinggi dengan wajah pucat dan rambut pirang panjang, memandang Amelia dengan sorot mata tajam.

“Maaf,” kata Amelia gugup, berjongkok untuk mengambil bukunya.

Namun sebelum pria itu sempat berkata apa-apa, ibunya, yang berdiri di belakang Amelia, terdiam seperti patung. Begitu juga pria itu. Mereka saling memandang, terkejut.

“Eleanor?” tanya pria itu, nyaris berbisik.

“Lucius…” jawab ibu Amelia, suaranya bergetar.

Amelia melirik ibunya, bingung. “Bu, apa Ibu kenal dia?”

Pria bernama Lucius Malfoy mengerutkan kening, lalu menatap Amelia dengan ekspresi yang sulit diartikan. Anak laki-laki di sampingnya, yang tampaknya anaknya, terlihat sama bingungnya.

“Dia adalah mantan adikku,” kata Lucius dingin, matanya tak lepas dari Eleanor. “Atau... lebih tepatnya, kau dulu adalah adik tiriku. Tapi kau memilih meninggalkan keluarga. Memilih hidup di antara para Muggle.”

Eleanor menelan ludah, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tidak punya pilihan, Lucius. Kau tahu kenapa aku harus pergi.”

Draco, anak laki-laki itu, menatap Amelia dengan kening berkerut. “Tunggu. Jadi kau... sepupuku?”

Amelia terpaku. “Apa?”

Lucius mendengus. “Sayangnya, ya. Meski darahnya... tercemar, Mudblood kotor” Nada suaranya penuh penghinaan.

Eleanor memandang Lucius dengan tegas. “Amelia adalah putriku. Dia punya hak untuk berada di sini, sama seperti Draco.”

Draco memandang Amelia dari ujung kepala sampai ujung kaki, seolah mencoba menilai apakah ia pantas menjadi bagian dari keluarga mereka. “Kau bahkan tidak terlihat seperti penyihir,” katanya dengan nada sinis.

“Draco, itu cukup,” kata Lucius dengan nada peringatan. “Kita tidak perlu berurusan dengan hal ini sekarang.” Ia menoleh pada Eleanor lagi. “Kuharap kau tahu apa yang kau lakukan, Eleanor. Dunia ini tidak mudah bagi mereka yang setengah Muggle.”

Eleanor menghela napas. “Aku tahu, Lucius. Tapi aku akan memastikan Amelia mendapat tempatnya.”

Tanpa berkata lagi, Lucius dan Draco berjalan pergi, meninggalkan mereka dalam keheningan. Amelia, yang masih bingung, akhirnya berkata, “Bu, apa itu benar? Aku punya keluarga penyihir?”

Eleanor mengangguk pelan. “Ya, Amelia. Lucius Malfoy adalah kakak tiri ibu. Tapi keluarga kami... memiliki pandangan yang berbeda tentang Muggle. Ibu memilih hidup bersama ayahmu, dan mereka menganggap itu sebagai pengkhianatan.”

Amelia terdiam. Tiba-tiba, dunia barunya menjadi jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan.

Poor Amelia

ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang