Bab 8 Paket

2 1 0
                                    


~~~

Makan siang di Great Hall seperti biasa penuh dengan suara tawa dan obrolan riuh. Empat meja panjang dipenuhi para siswa, dengan meja para profesor berdiri megah di ujung aula.

Langit-langit di atas mereka berkilauan, memantulkan cuaca cerah dengan awan-awan putih yang melayang perlahan.

Amelia duduk bersama Harry, Ron, dan Hermione di meja Gryffindor. Mereka berbagi cerita tentang kelas pagi mereka, sementara Seamus, yang duduk di sebelah Dean, tampak sibuk mencoba mantra sederhana yang baru saja ia pelajari dari buku pelajaran.

"Perhatikan ini," kata Seamus dengan penuh percaya diri, mengarahkan tongkatnya ke sebuah cangkir air di depannya. "Ini akan membuat air berubah menjadi rum."

Ia melambaikan tongkatnya dengan gerakan dramatis. Mulutnya tak berhenti merapal mantra yang kocak.

BOOM!

Cangkir itu meledak kecil, menumpahkan air ke wajah Dean dan membuat beberapa siswa di sekitarnya tertawa terbahak-bahak. Seamus mengangkat bahu sambil tertawa kecil. "Yah, hampir berhasil!"

(Maaf tidak sesuai naskah asli film nya, Karena kepanjangan dan aku agak lupa Percakapannya, jadi akan ku improvisasi sebisa mungkin.)

Hermione menggelengkan kepala. "Mungkin kalau kau lebih fokus membaca buku daripada bermain-main, itu tidak akan terjadi."

Sebelum Seamus bisa membalas, suara gemuruh memenuhi aula saat ratusan burung hantu terbang masuk melalui langit-langit yang terbuka, membawa surat, paket, dan Daily Prophet untuk para siswa.

Hermione mendongak dengan penuh antisipasi. "Aku berharap mendapat balasan surat dari orang tuaku."

Burung hantu mulai berputar-putar, menjatuhkan surat dan paket ke meja masing-masing.

Neville, yang duduk tak jauh dari mereka, menerima sebuah bungkusan kecil. Ia membukanya dengan hati-hati, memperlihatkan bola kaca kecil yang berwarna merah dengan kabut putih di dalamnya.

"Remembrall!" katanya dengan gembira, memegang bola itu. "Nenekku mengirimkannya. Ini bisa mengingatkanmu kalau ada sesuatu yang kau lupakan."

Bola itu langsung berubah menjadi merah terang di tangannya. Neville mengerutkan dahi. "Tapi aku tidak ingat apa yang lupa."

Ron menerima sebuah surat dan koran Daily Prophet. Ia meletakkan koran itu di meja sementara membuka suratnya. "Ibu mengirimkan daftar pekerjaan rumah lagi," gumamnya dengan nada lelah.

Di sebelahnya, Harry meraih Daily Prophet. "Boleh aku lihat ini, Ron?"

"Tentu saja," jawab Ron sambil mengambil sepotong roti.

Harry membuka koran itu dan mulai membaca berita utama, sementara Hermione menerima surat dari orang tuanya dan membuka dengan penuh semangat.

Amelia, yang masih menunggu, tiba-tiba melihat seekor burung hantu cokelat kecil terbang mendekatinya. Burung itu menjatuhkan sebuah amplop tebal dan sebuah paket kecil ke piringnya.

"Itu darimana?" tanya Hermione penasaran.

Amelia mengambil amplop itu dan mengenali tulisan tangan ibunya. "Dari Ibuku," katanya dengan senyum kecil. Ia membuka surat itu dan mulai membaca.

"Amelia sayang,

Aku harap kau menikmati waktu pertamamu di Hogwarts. Aku tahu ini semua baru bagimu, tapi aku yakin kau akan melakukannya dengan baik. Ingat, jangan biarkan siapa pun meremehkanmu hanya karena asal-usul kita. Kau lebih kuat dari yang kau kira.
Aku juga mengirimkan pena ajaib ini untukmu. Pena ini bisa menulis sendiri selama kau memberinya perintah sederhana. Aku pikir ini bisa membantumu menyelesaikan tugas-tugasmu.

Jaga dirimu baik-baik, sayang.
Dengan cinta,

Ibu❤️


Amelia tersenyum kecil dan membuka paketnya, memperlihatkan pena berbulu halus yang tampak elegan. Hermione melihatnya dengan kagum.

"Wow, itu pena yang cantik. Pena seperti itu pasti sangat berguna!"

Amelia mengangguk, merasa hangat di hatinya membaca pesan ibunya.

Sementara itu, Harry tampak kaget saat membaca berita utama di Daily Prophet. Ia menatap halaman koran itu dengan ekspresi bingung.

"Ada apa, Harry?" tanya Ron, yang memperhatikan wajah temannya.

Harry mengangkat koran itu, menunjuk ke artikel utama. "Dengar ini: Bank Gringotts mengalami pembobolan besar minggu lalu. Salah satu brankas pribadi di tingkat tinggi ditemukan kosong setelah kejadian tersebut. Namun, tidak ada barang yang hilang, karena brankas itu telah dikosongkan sehari sebelumnya."

Amelia dan Hermione saling berpandangan. "Itu aneh," kata Hermione.

Harry melanjutkan, "Brankas yang dimaksud adalah brankas yang dikunjungi Hagrid dan aku saat kami pergi ke Diagon Alley."

Ron menatapnya dengan mata membelalak. "Serius? Kau tahu apa yang ada di dalamnya?"

Harry menggeleng. "Hagrid hanya mengambil sesuatu yang kecil. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu."

Amelia merasa bulu kuduknya meremang. Ia ingat mimpi anehnya tentang bayangan hitam dan cermin. Seolah-olah ada sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap sedang terjadi, sesuatu yang belum sepenuhnya mereka pahami.

"Aku yakin ini bukan kebetulan," gumam Harry. "Kenapa seseorang mencoba membobol Gringotts? Dan kenapa brankas itu dikosongkan sehari sebelumnya?"

Mereka semua terdiam, pikiran mereka dipenuhi pertanyaan. Hermione, yang biasanya punya teori tentang segala hal, kali ini hanya bisa menggelengkan kepala.

"Aku rasa," kata Hermione akhirnya, "kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang ini. Tapi hati-hati, Harry. Kalau benar ini ada hubungannya dengan Hagrid atau kau, pasti ada sesuatu yang sangat penting sedang terjadi."

Harry mengangguk pelan, masih menatap koran di tangannya. Ia tidak tahu apa yang sedang ia terjadi.

ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang