Bab 23 Jawaban?

1 1 0
                                    


~~~

Harry membuka matanya perlahan. Cahaya terang dari jendela menyilaukan matanya, membuatnya mengerjap beberapa kali. Dia mengenali ruangan ini—Hospital Wing.

Dia berusaha duduk, tetapi tubuhnya terasa berat. Saat pandangannya mulai jelas, dia menyadari dirinya sendirian.

Ruangan itu sunyi, kecuali suara lembut angin musim semi yang berhembus dari luar.

Harry memalingkan kepalanya, dan dia melihat Amelia terbaring di kasur sebelah. Wajahnya pucat, napasnya tenang namun lemah.

Dia tampak begitu rapuh, hampir seperti patung porselen.

“Amelia…” gumam Harry, mencoba menjangkau tangannya, tetapi terlalu lemah untuk bangkit.

Pintu ruangan terbuka, dan Dumbledore masuk dengan jubah birunya yang megah. Wajahnya tampak damai seperti biasa, namun matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.

“Ah, Harry,” sapanya lembut. “Kau sudah sadar. Itu kabar yang baik.”

“Professor Dumbledore,” kata Harry, suaranya parau. “Apa… apa yang terjadi? Apakah Quirrell… Voldemort…?”

Dumbledore mengangguk pelan. “Quirrell sudah tidak ada lagi. Tubuhnya tidak mampu menahan kehadiran Voldemort lebih lama. Dan mengenai Voldemort… dia belum sepenuhnya pergi. Dia hanya kehilangan wujudnya untuk sementara. Namun aku yakin, dia akan mencoba kembali, seperti yang selalu dia lakukan.”

Harry menelan ludah, mengingat kejadian di ruangan itu. “Batu Bertuah… apakah dia berhasil mendapatkannya?”

Dumbledore tersenyum tipis, lalu duduk di kursi dekat tempat tidur Harry. “Tidak, Harry. Batu itu aman. Atas perundingan Nicholas Flamel denganku, kami telah sepakat untuk menghancurkannya.”

Harry mengerutkan kening. “Menghancurkannya? Tapi itu berarti…”

“Ya,” potong Dumbledore lembut. “Nicholas dan istrinya, Perenelle, akan menghadapi akhir kehidupan mereka. Tanpa Batu Bertuah, mereka tidak akan lagi memiliki eliksir kehidupan untuk memperpanjang usia mereka.”

“Tapi… apakah itu tidak buruk?” tanya Harry, bingung.

Dumbledore tersenyum bijak. “Untuk manusia biasa, Harry, kematian hanyalah petualangan selanjutnya. Nicholas telah hidup selama lebih dari enam abad. Dia merasa sudah cukup menjalani hidupnya dan siap melangkah ke babak berikutnya.”

Harry terdiam, memproses kata-kata Dumbledore. Dia ingin bertanya lebih banyak, tetapi pikirannya terus kembali pada Amelia yang masih terbaring tak sadarkan diri di sampingnya.

“Professor,” kata Harry, suaranya penuh kekhawatiran. “Bagaimana dengan Amelia? Dia… dia tidak bangun sejak malam itu.”

Dumbledore menoleh ke arah Amelia, ekspresinya berubah lembut namun serius. “Amelia telah melalui banyak hal. Dia tidak hanya menyaksikan kejahatan Voldemort, tapi dia juga menjadi sasaran perhatiannya.”

Harry menatap Dumbledore dengan bingung. “Apa maksud Anda?”

“Harry,” Dumbledore melanjutkan dengan nada hati-hati, “Amelia memiliki kemampuan yang langka. Dia seorang Seer—seseorang yang mampu melihat masa depan, meskipun dia sendiri tidak menyadarinya. Voldemort tahu akan hal itu. Dia melihat potensi besar di dalam Amelia. Saat roh Voldemort mendekatinya, itu memengaruhi tubuh dan pikirannya. Untuk sekarang, dia hanya membutuhkan waktu untuk pulih.”

Harry merasa dadanya sesak. “Jadi… dia akan baik-baik saja, kan?”

Dumbledore tersenyum hangat. “Aku percaya begitu. Amelia adalah gadis yang kuat, seperti halnya kau, Harry. Dan aku yakin, dia akan bangun ketika tubuhnya siap.”

Harry menatap Amelia, berharap Dumbledore benar. Ia merasakan rasa tanggung jawab yang besar. Amelia telah berjuang bersamanya, dan dia tidak ingin kehilangan temannya.

Dumbledore berdiri, menghela napas panjang. “Sekarang, Harry, kau perlu beristirahat. Dunia tidak akan berakhir besok, dan kau masih memiliki banyak waktu untuk mencari jawabannya.”

Harry mengangguk perlahan, meski pikirannya masih sibuk. Dia berbaring kembali, matanya terpaku pada Amelia yang tetap diam di tempat tidurnya.

Sebelum keluar, Dumbledore menoleh sejenak. “Oh, dan satu hal lagi, Harry. Keberanian tidak hanya diukur dari kemenangan di medan pertempuran. Kadang-kadang, itu diukur dari kemampuan kita untuk bangkit kembali, bahkan setelah kita kalah. Kau telah menunjukkan keberanian besar.”

Dumbledore pergi, meninggalkan Harry sendiri di ruangan itu. Dia menatap langit-langit, pikirannya penuh dengan pertanyaan.

ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang