Bab 14

1 1 0
                                    


~~~

Hari pertandingan Quidditch pertama tiba, dan suasana Hogwarts penuh dengan antusiasme.

Seluruh sekolah berkumpul di stadion untuk menyaksikan Gryffindor melawan Slytherin. Bendera merah dan hijau berkibar di antara kerumunan, sementara sorakan menggema saat pemain-pemain memasuki lapangan.

Amelia, Hermione, dan Ron duduk di tribun Gryffindor, bersemangat menyaksikan Harry terbang untuk pertama kalinya sebagai Seeker.

Ini adalah pertandingan pertamanya, tetapi Harry tampak percaya diri di atas sapunya, sebuah Nimbus 2000 yang bersinar di bawah sinar matahari.

Profesor Hooch datang dan akan memulai pertandingan, sebelum itu dia memberikan kata katanya,"Aku ingin pertandingan yang adil dan bersih!" Lalu melempar Snitch ke atas kemudian Meniup peluit.

Pertandingan dimulai, dan Harry menunjukkan bakat alaminya dalam Quidditch. Ia melesat di udara, menghindari pemukul dan pemain Slytherin dengan mudah. Penonton bersorak keras ketika ia nyaris menangkap Snitch di awal permainan.

Namun, tiba-tiba, sesuatu yang aneh terjadi. Nimbus Harry mulai bergerak liar. Sapunya berguncang keras, naik-turun tanpa kendali. Harry tergantung pada sapu dengan kedua tangan, berusaha keras untuk tidak terjatuh.

"Ada apa dengan sapunya?" teriak Ron, berdiri dengan cemas.

Hermione mengernyitkan alisnya, matanya memandang berkeliling. "Sapunya dikutuk," katanya tiba-tiba, suaranya tegang.

Amelia memandangnya. "Bagaimana kau tahu?"

Hermione menunjuk ke tribun seberang, di mana Profesor Snape berdiri dengan pandangan tajam terkunci pada Harry. Bibirnya bergerak-gerak, seolah-olah ia sedang mengucapkan mantra.

"Syarat utama kutukan adalah tatapan mata yang tidak lepas," jelas Hermione cepat. "Dan Snape tidak berhenti menatap Harry."

Amelia menyipitkan mata, memperhatikan tribun itu. "Tapi... itu aneh," gumamnya, hampir pada dirinya sendiri.

"Apa maksudmu?" tanya Hermione, tetapi Amelia hanya menggeleng, tatapannya kosong.

Hermione tidak punya waktu untuk menunggu jawaban. "Aku harus melakukan sesuatu!" katanya, lalu meraih tongkatnya dan menyelinap keluar dari tribun, berjalan di bawah tempat duduk Snape.

Amelia, sementara itu, duduk diam, menatap langit. Bibirnya bergerak perlahan, berbisik nyaris tanpa suara:
"Di balik yang terlihat, bayangan bersanding. Dua wajah, satu kutukan, Cermin adalah kunci..."

Ron mendengar gumaman itu dan menatap Amelia bingung. "Apa yang kau katakan tadi?"

Amelia menggeleng cepat, wajahnya bingung. "Aku... tidak tahu. Apa aku bicara sesuatu?"

Ron mengerutkan kening. "Kau aneh."

Sementara itu, Hermione berhasil mendekati tribun tempat Snape berada. Dengan cepat, ia menarik tongkatnya dan mengucapkan mantra, "Incendio!"

Ujung jubah Snape langsung terbakar, membuatnya melompat kaget dan berusaha memadamkan api dengan tergesa-gesa. Para profesor dan penonton di sekitarnya juga menjadi kacau, mencoba membantu Snape.

Namun, di belakang Snape, Profesor Quirrell juga terjatuh dari kursinya, tampak terguncang.

Di udara, sapu Harry tiba-tiba berhenti bergerak liar. Ia segera mengendalikan sapunya lagi, mengejar Snitch dengan cepat. Dalam hitungan detik, ia berhasil menangkap bola emas itu, menyelamatkan Gryffindor dengan kemenangan dramatis.

Sorak-sorai memenuhi stadion. Hermione kembali ke tribun dengan wajah lega, sementara Amelia dan Ron bersorak keras untuk Harry.

Namun, Amelia merasa ada sesuatu yang aneh. Pandangannya kembali mengarah ke tribun tempat Snape dan Quirrell berada sebelumnya. Wajahnya berubah sedikit bingung, seolah ia mencoba mengingat sesuatu yang penting, tetapi gagal.

Hermione menoleh padanya. "Kau baik-baik saja, Amelia?"

Amelia mengangguk pelan, meskipun terlihat ragu. "Aku hanya merasa... ada yang aneh. Tapi aku tidak tahu apa itu."

Ron menyikut Hermione. "Yah, apapun itu, kau hebat tadi! Kau menyelamatkan Harry!"

Hermione tersenyum tipis, tetapi Amelia tetap diam. Dalam pikirannya, bayangan tentang dua wajah yang bersanding terus muncul, tetapi ia tidak bisa memahami apa artinya.

Apa yang tidak diketahui oleh mereka semua, kecuali sekilas oleh Amelia yang akan segera melupakannya, adalah bahwa bukan Snape yang mencoba mengutuk Harry.

Kutukan itu berasal dari Quirrell, yang berada tepat di belakang Snape, menyembunyikan niat gelapnya di balik wajah yang tampak penakut.

Entahlah, semoga saja Amelia tidak jadi korban sang penjahat keji, Mari berharap Voldemort tidak meliriknya.🤗🤗

ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang