Bab 20

4 1 0
                                    


~~~

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, dan hutan terlarang terlihat lebih menyeramkan dalam balutan kegelapan.

Langit berbintang tidak mampu mengusir suasana mencekam. Harry, Ron, Hermione, Amelia, dan Malfoy berjalan di belakang Filch, yang tampak senang memberi mereka hukuman.

"Apa yang kalian pikirkan berkeliaran di malam hari?" gerutunya. "Anak-anak zaman sekarang, selalu melanggar aturan. Lihatlah ke mana itu membawa kalian—ke hutan!"

Sesampainya di pinggir hutan, Hagrid sudah menunggu bersama Fang. Wajahnya serius, lebih dari biasanya.

“Ada sesuatu yang nggak beres,” katanya. “Unicorn ditemukan mati. Itu pertanda buruk. Kalian akan membantu aku mencari tahu apa yang terjadi."

Hagrid membagi mereka menjadi dua tim. “Aku, Ron, dan Hermione ke arah utara. Harry, Malfoy, dan Amelia ke arah barat. Kalau kalian lihat sesuatu yang aneh, kirim percikan merah dengan tongkat kalian. Kalau aman, gunakan percikan hijau.”

Harry dan Amelia bertukar pandang. Harry tampak gugup, sementara Amelia hanya menggenggam erat kalung berbentuk bintangnya, mencoba menenangkan diri.

Namun Malfoy langsung mendengus. “Kenapa aku harus dengan mereka?” tanyanya dengan nada jijik. “Aku lebih baik sendirian daripada dengan si penakut dan si darah lumpur ini.”

“Kalau kamu nggak mau, aku akan kasih tahu Professor McGonagall bahwa kamu tidak menjalani Detention dengan benar ,” balas Hagrid tegas. Malfoy mendengus kesal tetapi tetap menurut.

Saat ketiga anak itu berjalan menyusuri hutan, Malfoy terus menggerutu. "Kau tahu, Potter, kau benar-benar tidak tahu apa-apa. Kau hanya terkenal karena orang tuamu mati," sindirnya.

Harry mengepalkan tinjunya, tetapi tidak berkata apa-apa. Amelia hanya diam, tetapi tatapannya penuh kebencian pada Malfoy.

Namun tiba-tiba, langkah mereka terhenti. Di depan mereka tergeletak seekor unicorn yang telah mati, darah peraknya menggenang di tanah.

"Apa itu?" bisik Amelia, suaranya gemetar.

Saat itulah, dari balik bayangan pohon, muncul sosok berjubah hitam. Wujudnya tidak jelas, tetapi ada sesuatu yang sangat salah dengan cara dia bergerak—melayang, hampir seperti tidak memiliki bentuk. Sosok itu merendahkan tubuhnya ke arah unicorn dan mulai meminum darahnya.

“A-Apa itu?” Malfoy tergagap, wajahnya pucat pasi.

Harry juga tidak bisa berkata apa-apa. Ada sesuatu yang menakutkan dan mengancam dari sosok itu.

Tiba-tiba, sosok berjubah itu menoleh ke arah mereka. Wajahnya tidak terlihat, tetapi aura kegelapan terasa semakin dekat.

Malfoy berteriak ketakutan dan langsung berlari meninggalkan mereka."AAAAA"

Sosok itu mendekati Harry dan Amelia, membuat mereka mundur perlahan. Harry merasa kepalanya berdenyut hebat, dan bekas luka di dahinya terasa terbakar.

Namun, sebelum sosok itu bisa mendekat lebih jauh, terdengar bunyi langkah kuda. Dari balik pohon, muncul sosok centaur, setengah manusia setengah kuda.

“Pergi!” seru centaur itu dengan suara bergema. Sosok berjubah itu berhenti sejenak sebelum melayang pergi, menghilang ke dalam bayangan hutan.

Centaur itu menoleh ke arah Harry dan Amelia. "Kalian tidak seharusnya berada di sini," katanya dengan nada tegas. “Hutan ini tidak aman. Makhluk itu membawa kehancuran. Cepat kembali!”

Harry, yang masih merasakan sakit di dahinya, hanya bisa mengangguk. Amelia terdiam, tidak berkata apa-apa, tetapi ekspresinya menunjukkan bahwa dia terguncang.

Tidak lama kemudian, Hagrid, Ron, dan Hermione muncul dari arah lain, dipandu oleh Malfoy yang masih gemetar ketakutan.

"Apa yang terjadi?" tanya Hagrid khawatir.

Harry menjelaskan dengan singkat tentang sosok berjubah hitam yang mereka lihat dan bagaimana centaur menyelamatkan mereka. Wajah Hagrid berubah serius.

“Itu pertanda buruk,” gumamnya. “Unicorn adalah makhluk paling murni di dunia ini. Membunuhnya adalah dosa besar. Minum darahnya akan membuatmu tetap hidup walau dalam keadaan sekarat, tapi dengan harga—kalian hanya setengah hidup.”

"Apa yang bisa melakukan itu?" tanya Ron dengan suara kecil.

Hagrid menatap mereka, ragu-ragu. “Hanya satu yang bisa. Tapi aku harap itu bukan dia…”

Dalam perjalanan kembali ke kastil, semua orang terdiam. Amelia tampak gelisah, memegangi kalung bintangnya dengan erat.

Tiba-tiba, dia tersentak dan berhenti berjalan. Tatapannya kosong, seolah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain.

“Dua wajah... satu tubuh...” katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan. “Voldemort...”

Mereka semua tertegun.

“Amelia, apa maksudmu?” tanya Hermione dengan suara gemetar.

Namun, ketika Amelia mengedipkan matanya kembali, ekspresinya berubah bingung. “Apa? Aku bilang sesuatu?”

Ketiga temannya saling bertukar pandang dengan cemas. Hermione terlihat sangat khawatir.

“Itu bukan hal kecil,” bisiknya kepada Harry dan Ron. “Aku yakin Amelia memang seorang Seer. Tapi kenapa dia selalu mendapatkan penglihatan sesering ini?”

Malam itu, meskipun mereka kembali ke asrama dengan selamat, pikiran mereka penuh dengan pertanyaan—tentang sosok berjubah hitam, centaur, dan perkataan aneh Amelia.

ForecastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang