45. Kematian Diggory

320 60 10
                                    

Ughhh, kalian tahu agak sulit membuat tokoh Diana untuk masuk ke dalam hidup Harry secara langsung, ini bukan kisah seorang Malfoy yang di sortir ke Gryffindor lalu menjadi salah satu sahabat Harry Potter. Ini kisah mengenai ketertarikan baru seorang versi perempuan dari Draco Malfoy dengan segala konflik keluarganya mengenai darah murni dan bagaimana ia bisa menyembunyikan ketertarikan tersebut.

Jadi maaf banget kalau tidak sesuai apa yang kalian bayangkan. Mungkin sekarang tidak... tapi kita tidak tahu kedepannya.

Vote + Komen + Jangan Lupa Follow
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

***

Langit mendung menyelimuti Hogwarts dengan kelam yang terasa lebih pekat dari biasanya. Kabut tipis bergelayut rendah di sekitar lapangan Quidditch, memperkuat aura menyeramkan yang terpancar dari labirin raksasa di tengahnya. Semak-semak tinggi bergerak pelan, seolah hidup, diterangi oleh cahaya obor yang berkerlip redup.

Tribun penuh sesak dengan para penonton dari ketiga sekolah. Sorakan, tawa, dan desas-desus memenuhi udara, meskipun ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan. Suara langkah kaki para siswa, gesekan jubah, dan gemerisik kertas taruhan menciptakan harmoni yang hanya ditemukan di ajang besar seperti ini.

Diana Malfoy duduk di tribun Slytherin, mengenakan jubah hijau gelap yang mengilap. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi dia tidak menghiraukannya. Di sisinya, Draco duduk tegak dengan ekspresi percaya diri yang khas, sementara Pansy Parkinson bersandar manja di lengannya.

Blaise Zabini berdiri bersandar pada pagar tribun, mengamati dengan pandangan netral, dan Theodore Nott duduk di ujung, terlihat santai meskipun matanya tajam mengamati labirin.

Diana membiarkan matanya menyapu tribun. Cahaya obor memantulkan kilauan pada wajah-wajah penuh antisipasi. Di sisi Gryffindor, bendera merah-emas berkibar, melambangkan harapan mereka kepada Harry Potter.

Di sisi Hufflepuff, kegembiraan terlihat jelas, mereka percaya Cedric Diggory akan membawa kemenangan untuk rumah mereka. Durmstrang dan Beauxbatons memiliki suasana tenang namun penuh harap, mendukung juara mereka masing-masing.

Draco berbicara, memecah keheningan Diana. "Potter pasti akan hancur di tantangan ini. Aku bertaruh dia bahkan tidak sampai ke tengah labirin."

Pansy tertawa, suaranya melengking. "Memangnya dia bisa apa? Semua orang tahu dia hanya keberuntungan semata."

Diana, yang duduk diam sejak tadi, mengalihkan pandangannya dari semak-semak tinggi yang menjulang. "Kalian tidak bosan mengulang hal yang sama?" tanyanya dengan nada datar.

Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang