102. Potter dan Malfoy🔞

313 69 57
                                    

Vote + Komen + Jangan Lupa Follow

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

***

Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis menyelimuti hutan, membuat langkah mereka terasa lebih berat. Diana berjalan di belakang, sesekali melirik ke arah Ron yang kini mengenakan kalung horcrux di lehernya.

Semakin lama, semakin jelas bahwa horcrux itu mulai menunjukkan efeknya. Ron lebih pendiam, lebih mudah tersulut emosi. Setiap suara patahan ranting atau hembusan angin yang terlalu kencang membuatnya menoleh tajam, seolah mengira ada bahaya yang mengintai.

Hermione pun ikut berubah. Matanya lebih sering menyipit curiga, suaranya terdengar lebih tajam saat berbicara.

Diana, yang sudah cukup terbiasa dengan aura gelap keluarganya, bisa merasakan energi jahat horcrux itu. Seakan ada bisikan samar yang merayap di balik pikirannya, mencoba meragukan setiap langkah mereka.

Tak ada yang banyak bicara saat mereka berjalan. Semua tenggelam dalam pikiran masing-masing, dengan udara penuh ketegangan yang tak kasatmata.

Saat hujan mulai turun dengan deras, mereka terpaksa mencari tempat berteduh. Di tengah pepohonan yang rimbun, mereka menemukan sebuah rumah tua yang tampak hampir runtuh.

"Setidaknya ini bisa menahan kita dari badai," kata Harry seraya mendorong pintu yang berderit pelan.

Di dalam, rumah itu berbau debu dan kayu lapuk. Jendela-jendelanya retak, dan angin masuk melalui celah-celah dinding, membuat suhu semakin dingin. Namun, itu masih lebih baik daripada berada di luar.

Ron mendudukkan diri di sudut ruangan, diam dan gelisah. Hermione sibuk mengeringkan jaketnya dengan sihir, sesekali melirik Ron dengan cemas.

Sementara itu, Harry mendekati Diana dan berbicara pelan. "Ayo ikut aku ke atas."

Diana mengernyit, tetapi mengikuti tanpa bertanya. Mereka menaiki tangga yang hampir roboh, setiap langkah membuat debu beterbangan di udara.

Di lantai atas, mereka menemukan sebuah ruangan kecil dengan jendela besar yang menghadap ke hutan. Cahaya kelabu dari luar masuk, menerangi ruangan yang kosong kecuali sebuah ranjang tua yang sudah rusak.

Harry menatap ke luar jendela, kedua tangannya bertumpu di bingkai kayu yang rapuh.

"Kau melihatnya, kan?" katanya akhirnya.

Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang