Secelup kenikmatan penyemangat usai kami lalui dengan akhir ku tumpahkan mani didalam liang meki, terlihat raut wajah berseri yang baru pertama kali ku dapati di pagi hari nan cerah ini menambah semangatku untuk menjalani hari.
Menjelang siang makanan yang ku pesan datang diantar oleh satpam yang berjaga hari itu, aku dan Vannisa makan bersama di ruang kerjaku sambil berbincang ringan agar acara makan siang tak terlalu membosankan. Usai makan aku membuat secangkir kopi untuk menemani rokok yang sedang ku hisap sambil istirahat sejenak memberikan kesempatan pada makanan untuk turun lebih dalam agar lambung dapat mencernanya dengan baik. Dalam sesi istirahat itu kami isi dengan obrolan yang perlahan Vannisa belokkan ke tema persetubuhan, semakin lama dia menanyakan perihal keinginanku tadi pagi..
"Ka maaf nih, kamu sehat kan?"
"Ya sehat lah, emang kenapa?""Maaaaffff banget, koq kamu minta anal sih?"
"Emang kenapa? Menurut aku kalo nusuk lobang belakang itu wajar-wajar aja toh masih lawan jenis. Aku bukan tipe orang yang suka lubang di belakang telur berpedang" jelasku."Emang sejak kapan kamu suka anal?" selidiknya.
"Awalnya sih waktu SMA kelas 2 akhir.""Sama siapa?" Vannisa makin mendesak.
"Sepupu aku" jawabku datar."What ,, your cousin! Are you serious?" Vannisa terkaget sampai matanya terbelalak.
"Iya, dari situ aku ketagihan karena ada sensasi tersendiri""Koq bisa sama sepupu sendiri?"
"Entahlah, yang pasti itu semua atas dasar suka sama suka""Astri dan Viona?"
"Ya sama aja, mereka juga sering aku analin kalo aku lagi pengen. Bahkan kalo lagi main bertiga Viona suka minta anal sambil vaginanya dijilatin sama Astri""Oh my gosh, jadi kalian sering threesome?"
"Ya begitulah, kadang aku cuma coli sambil liatin mereka lesbian" kataku enteng yang kemudian kuhisap rokok yang berada di sela jari.Vannisa nampak menggerak-gerakkan pinggulnya lalu dia meraba selangkangannya. Aku rasa Vannisa terangsang dengan obrolan yang dia ciptakan, aku matikan rokok di asbak lalu menggeser posisi duduk agar lebih dekat dengannya. Ku rangkul pundak Vannisa dengan tangan kanan lalu membelai pipi dengan tangan kiri. "Lagi yuk! Aku jadi pengen lagi nih gara-gara kamu ngomongin masalah ini" ucapku lirih.
Vannisa mendekatkan wajahnya ke wajahku dan kita pun berciuman saling melumat bibir dan memainkan lidah dengan lembut. Perlahan aku membimbingnya terbaring di sofa ruang kerjaku lalu aku sedikit mundur dan ku buka kedua kakinya hingga terpampang memek mulus tanpa bulu dihadapanku. Ku tundukkan badan dan membenamkan wajahku diantara kedua pangkal kakinya menjilati celah kewanitaan yang sudah mulai mengeluarkan lendir dari liang surganya.
Vannisa mendesah pelan seraya mengelus-elus kepalaku "ssshhh aaaaahhh sssshhhh eeeemmmppphhh" .. pinggulnya tak henti bergerak selama aku menjamah sepangkangannya dengan mulut dan lidahku. Hampir lima menit aku lakukan itu hingga dia meminta aku berhenti "sssshhhh aaaahhhh udah Ka, aku gak tahan, sssshhhh eeeemmmhhhh" ... Aku bangkit untuk melepas celana disusul Vannisa yang juga bangkit dari rebahan kemudian melumat bibirku dengan penuh nafsu.
Setelah batangku terbebas dari belenggu Vannisa menunduk lalu mengulum batangku sampai terlihat basah dan mengkilat kemudian Vannisa berbalik ambil posisi nungging memamerkan pantatnya yang bulat menggoda dengan lutut di alas sofa dan kedua sikut bertumpu pada lengan sofa. Ku sibak bongkahan pantatnya, terlihatlah lubang mengkerut yang sangat indah dan cerah seirama dengan warna kulitnya.
Ku hujamkan batangku di liang senggamanya .. sslleeeeebbbbb ,, uuuhhhhh ,, lenguh Vannisa menyertai hujaman batangku. Tanpa berlama-lama aku mulai menggenjotnya berirama pelan tapi pasti sambil memandangi lubang cerah yang mulai memerah seiring dengan genjotan yang bertubi-tubi tanpa henti.
