Seperti yang ku rencanakan sebelumnya, dari kantor aku tak langsung pulang ke rumah melainkan mampir dulu ke rumah Nisa untuk bertemu Devia anakku sekalian melepas rindu bersama mamanya. Kita menuju rumah Nisa hanya menggunakan mobilku, hal itu aku putuskan biar nanti gak ribet parkir mengingat rumah Nisa hanya memiliki space untuk parkir satu mobil saja. Mobil Nisa sendiri ditinggal di parkiran kantor supaya aman kebetulan kantor kami dijaga 24 jam oleh security walau pada kenyataannya mereka kerap kali tidur saat berjaga tapi setidaknya tak sembarang orang bisa masuk ke area kantor. Untuk transportasi Nisa esok hari aku berencana menjemputnya biar sekalian antar Devia ke sekolahnya.
Sesampainya di rumah Nisa, kita dapati Devia tengah duduk di sofa ruang tv sendirian dengan posisi kedua lutut ditekuk keatas dan handphone di tangan bersandar pada lututnya. Tv yang menyala dibiarkan begitu saja, matanya fokus tertuju pada layar handphone dalam mode landscape, ketika melihat kedatangan kami Devia nampak menekan tombol home beberapa kali lalu menurunkan kaki dan menyimpan handphone diatas meja.
"Mama udah pulang!" ucapnya seraya bangkit dari duduk untuk menghampiri kami.
"Udah makan sayang?" tanya Nisa pada Devia seraya menyodorkan tangan yang kemudian Devia raih dan menciumnya."Udah ma" jawabnya singkat setelah mencium tangan Nisa. "Apa kabar pa?" sambungnya menanyakan kabarku seraya menyodorkan tangan.
"Baik Dev" balasku seraya meraih tangannya yang kemudian dia cium.
Sebelum Devia melepas tanganku aku langsung memeluknya cukup erat sampai pipinya menempel di dadaku. Disela itu ku sempatkan melirik hp milik Devia yang tergeletak diatas meja dengan tampilan home. Aku menaruh curiga namun tak berani berbuat lebih, aku khawatir Devia menonton sesuatu yang tak pantas baginya mengingat tingkahnya beberapa saat lalu sangat mencurigakan.
"Papa kangen kamu Dev" ucapku sambil ngelus kepalanya dengan tangan kanan, sementara tangan kiriku merangkul pinggangnya.
"Kenapa papa gak tinggal disini aja pa?" kata Devia."Belum saatnya sayang, papa juga pengennya gitu. Tapi kamu tau sendiri kan saat ini kondisinya seperti apa."
"Iya pah, semoga kita secepatnya bisa tinggal bersama. Aku butuh papa!" harap Devia."Iya sayang, papa juga sama ingin secepatnya bersama karena cuma mama kamu wanita yang papa cintai" ungkapku.
"Udah pelukannya jangan lama-lama, kasian papanya masih cape" lerai Nisa menyudahi acara pelukan antara aku dan Devia. "Kamu mau mandi dulu Ka?" Tambah Nisa."Nanti aja lah, aku mau sama Devia dulu" ucapku.
"Kasian dong Devia, mending kamu mandi dulu biar Devia nyaman gak nyium bau keringat kamu" ejek Nisa sambil tersenyum yang sontak membuatku mencium kedua ketek."Nggak ah gak bau"
"Hehehe becanda Ka, maksud aku biar lebih ngerasa seger aja kamunya""Mama koq manggil nama terus sama papa?" protes Devia sambil mengkerutkan dahi yang membuat Nisa salah tingkah.
"Eemmm ,, gak apa-apa sayang, mungkin karena kebiasaan dari dulu. Usia kita kan gak beda jauh trus kita ini dulunya teman sekelas jadi mama kebiasaan manggil nama sama papa" jelas Nisa."Ohh gitu. Aku berasa aneh aja sih ma, mama papa saling cinta tapi koq manggil nama" kata Devia.
"Iya sayang mulai saat ini mama janji gak akan manggil papa pake namanya" ujar Nisa."Papa juga janji gak akan manggil mama dengan namanya" ucapku.
"Nah gitu dong pa, ma" kata Devia."Ya udah papa mandi dulu ya sayang, nanti kita ngobrol lagi" kataku pada Devia sekalian pamit untuk mandi.
"Aku siapin handuk dan bajunya ya pa" ujar Nisa."Baju, emang ada baju papa disini?" kataku heran.
"Ada dong sayang, sengaja mama beliin baju buat papa""Apa!? Coba bilang lagi!" Pintaku.
"Aku udah beliin baju buat papa" kata Nisa mengulang perkataannya.
