"Kamu koq mau diajakin minum gituan?" tanya Nisa heran.
"Maklum lah teh, dulu kan aku masih bocah jadi rasa penasaran aku lumayan gede" ucap Astri beralasan. "Sengaja aku ceritain ini biar bisa dijadiin pelajaran sama Devia" sambungnya dengan arah tatapan mata tertuju pada Devia."Kamu denger gak Dev apa kata mamah Astri?" ujar Nisa pada Devia.
"Iya maa aku denger koq" sahut Devia.(Uwow Nisa udah nyebut mamah Astri buat ngewakilin Devia) kataku dalam hati merasa bangga.
"Maa boleh gak kalo aku gak ikut ke rumah nenek?" tanya Devia meminta izin.
"Emang kamu mau kemana?" selidik Nisa."Gak kemana-mana maa, aku mau disini aja sama papa" pinta Devia.
Nisa langsung melirik ke arah Viona, Sonia, dan Astri untuk melihat ekspresi mereka khawatir ada yang merasa keberatan dengan permintaan Devia, tapi untunglah ketiganya tersenyum tulus sebagai isyarat tak merasa keberatan.
"Gak apa-apa kalo Devia disini dulu?" tanya Nisa untuk memastikan dan meyakinkan dirinya bahwa ketiga istriku tak merasa keberatan.
"Jangankan untuk hari ini teh, kalo Devia mau tinggal disini juga gak apa-apa" ujar Astri.
"Iya mba, lagian disini juga kan sama papanya bukan sama orang lain" sambung Viona."Iya, nanti Devia bisa tidur sama aku. Lagian usia kita gak terlalu jauh jadi bisa lebih akrab" tambah Sonia.
"Emang umur kamu berapa?" tanya Nisa kepada Sonia."Sekarang 20" jawab Sonia singkat.
"Emm iya sih, 3 bulan lagi Devia 16 tahun. Berarti cuma selisih sekitar 4 tahunan" terang Nisa."Boleh kan maa aku disini dulu?" tanya Devia penuh harap.
"Iya" jawab Nisa mengizinkan yang disambut sorak bahagia oleh Devia.Aku bangkit dari hadapan Nisa lalu meminta izin untuk meninggalkan mereka karena aku mulai merasa lapar, maklum tadi pagi hanya makan roti dua gigitan saja karena keburu pergi untuk menghindari kegundahan hati akibat prasangka buruk pada ketiga istriku. Aku mengajak Devia untuk menemaniku makan sekalian mengenalkan isi rumah padanya supaya dia tak merasa canggung jika menginginkan sesuatu seperti makan, minum, atau ke toilet. Baru dua langkah aku melewati lawang pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah aku mendengar suara Anne.
"Wiihhh kebetulan nih banget lagi pada ngumpul!" ujar Anne dari lawang pintu yang sontak menghentikan langkahku kemudian aku berbalik ke arahnya.
"Iya teh kebetulan ada yang lagi kita omongin" sahut Astri."Sama siapa An?" tanyaku seraya menghampirinya beberapa langkah.
"Sendiri, biasa Ka mau nawarin barang siapa tau ada yang minat" kata Anne kemudian melihat ke arah Nisa. Keduanya saling bertatapan dan moment itu lah yang membuatku menghentikan langkah. "Perasaan kenal deh, siapa ya?" sambung Anne sambil mengingat Nisa."Teh Anne kan?" seru Nisa.
"Nisa!!!" balas Anne."Iya teh, ini aku, Nisa. Aduuhhh udah lama banget kita gak ketemu. Apa kabar teh?" ujar Nisa seraya bangkit dari duduk kemudian menghampiri Anne dan merekapun berpelukan disambung cipika cipiki layaknya kebanyakan wanita.
"Baik, iya ya udah lama banget kita gak ketemu" sambut Anne."Terakhir ketemu tuh pas nikahan teteh ya?" ujar Nisa.
"Iya, udah lama banget kan! ... Iihh kamu gak berubah deh, dari dulu masih tetep aja gini, gak kaya aku jadi melar" ungkap Anne."Gak apa-apa lah teh, teteh masih cantik koq. Malah aku pengennya berisi kaya teteh" ucap Nisa menghibur.
"Ngiri deh aku liat badan kamu, masih kaya gadis aja" puji Anne pada Nisa.Ketiga istriku nampak bengong melihat keakraban Anne dan Nisa, mereka sama sekali tak menyangka bahwa keduanya saling mengenal satu sama lain. Usai berpelukan dan berbincang singkat mata Anne tertuju pada botol minuman yang masih berada diatas meja. Sontak dia pun bertanya "punya siapa tuh?" seraya menunjuk botol minuman diatas meja.
