Bab 15

55 0 0
                                    

Aku pulang dari rumah Gun tepat jam 12 malam dan sampai di rumah 15 menit kemudian. Suasana rumah nampak sepi dan terasa hening, saking heningnya tak ada suara yang ku dengar selain dengung kompresor kulkas di dapurku padahal jika siang hari suara itu tak pernah ku dengar karena tersamarkan oleh suara lain yang lebih keras.

Aku langkahkan kaki menuju kamar tidurku kemudian aku membuka pintu dengan perlahan agar tak sampai membangunkan Astri. Nampahlah Astri, Haifa, dan Farul yang sedang terbaring pulas diatas ranjang, melihat itu aku urungkan niat beristirahat di kamarku. Setelah menutup pintu ku langkahkan kaki menuju kamar Viona yang berada disamping kamarku, disana ku lihat Viona juga sudah terlelap dengan Tania disampingnya. Mengingat tempat tidur di kamar Viona hanya kasur no 2 aku tak tega jika harus memindahkan Tania ke tempat tidur bayi, oleh karena itu aku tinggalkan kamar Viona lalu melangkah menuju kamar atas dimana kamar Sonia berada dan aku mendapati hal yang sama, Sonia tengah tidur bersama Arta.

Hheeemmm .. Ya sudah lah, karena sebelumnya aku melihat Farul tidur bersama Astri itu berarti kamar Farul kosong. Aku pun putuskan untuk tidur di kamarnya seorang diri tanpa ada istri atau anak yang menemani .. Huuffttt sedih anjir ,, punya istri 3, anak 5, tapi malam ini aku merasa hidup sebatang kara berdiam diri didalam kamar terduduk diatas ranjang sambil melihat tangan kananku yang sedikit bengkak dan terasa sedikit sakit setelah menghajar Ricky.

Ku baringkan tubuhku yang mulai terasa lelah diatas kasur, sambil menatap langit-langit kamar aku teringat pada Nisa dan Devia karena hari ini aku tak bertemu mereka, andai Nisa ada di rumah ini pasti malam ini aku ditemani olehnya. Aku rubah posisiku yang semula terlentang menjadi miring ke kanan lalu ku peluk guling dan coba memejamkan mata. Beberapa saat kemudian tiba-tiba saja khayalku terbang melayang bersama bintang menerjang aturan yang sudah ditentukan.

Dalam khayalku guling yang sedang ku pelukan berubah wujud menjadi sosok tubuh mungil dengan lekuk pinggang bagai biola dan pantat bulat menonjol serta buah dada mungil segenggaman tangan, aku membayangkan sedang memeluknya dari belakang. Khayalku itu membuat batangku menggeliat sampai tegang sempurna yang menjadi tanda bahwa nafsu birahi tengah bergejolak dalam diriku. Ku tekan dan ku gesek batang pada guling yang sedang ku peluk seraya mendesah pelan dan menyebut satu nama .. Aahhh ,, Devia ..

Akupun terlelap bersama khayalku hingga aku dibangunkan oleh Sonia pagi harinya pukul 05.30, hanya terjadi percakapan singkat antara aku dan Sonia, setelah itu aku bergegas turun untuk mandi mempersiapkan diri kembali mengabdi pada perusahaan tempatku mengais rezeki. Sesampainya di lantai bawah nampak Astri dan Viona sedang mempersiapkan sarapan di dapur.

"Semalam pulang jam berapa yah?" tanya Astri.

"Jam 2 kurang" jawabku berbohong.

"Malem banget, emang abis ngapain aja di rumah Gun?" selidik Astri yang entah kenapa dia bertanya seperti itu padahal biasanya cuek-ceuk saja.

"Semalam sebelum ke rumah Gun aa nengok dulu anaknya Sinta" balasku sekenanya dan aku pun berlalu menuju kamar untuk mandi.

(Sinta yang dimaksud adalah muridku waktu aku masih mengajar di SMK, bukan Sinta kakak sepupuku.)

Usai mandi ku gunakan pakaian yang telah Astri siapkan kemudian aku ke meja makan untuk sarapan. Setibanya di meja makan aku langsung di cecar oleh beberapa pertanyaan yang Astri lontarkan sementara Viona dan Sonia hanya menyimak percakapan kita.

"Aa tau dari mana anaknya Sinta sakit?"

"Hah ,, sakit! Kata siapa sakit?"

"Ita tadi aa bilang anaknya Sinta sakit"

"Nggak koq aa cuma becanda"

"Aa masih suka kontak sama dia? Aa tau anaknya sakit dari sw nya kan?" desak Astri dengan nada tinggi.

Sonia Keponakan Istriku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang