Bab 27

74 0 0
                                    

Selama di Kebumen, setiap malam aku menyetubuhi Ayu dan memuntahkan peju didalam memeknya, apa yang ku lakukan itu tentu saja membuahkan hasil. Jum'at pagi ketika aku terbangun pasca bersetubuh bersama Ayu, aku melihat sebuah amplop putih diatas meja ranjang sebelah kanan. Aku mengkerutkan dahi sebagai ekspresi heran, seingatku aku tak menyimpan amplop diatas meja, karena merasa penasaran aku pun membuka amplop tersebut dan menemukan sebatang plastik pipih berwarna putih dengan dua garis biru. Aku tersenyum bahagia melihat benda itu, tak pernah ku sangka sama sekali ternyata Ayu mengandung anakku.

Aku bergegas masuk kamar mandi untuk membersihkan diri dari peluh dan pejuh sisa semalam yang sudah mengering, tanpa berlama-lama ku guyur tubuh menggunakan air dari pancuran mulai dari kepala sampai ujung kaki seraya meratakannya menggunakan tangan agar tak ada sedikitpun bagian tubuh yang tak terkena air. Ku sabuni seluruh tubuh lalu membilasnya sampai bersih, setelahnya ku keringkan sisa air lalu kembali ke kamar dan lagi-lagi ku dapati pakaian sudah tersedia di atas tempat tidur.

Sebenarnya aneh juga sih, dari hari Senin sampai Jum'at Ayu selalu menyiapkan pakaian dan merapikan tempat tidur disaat aku mandi. Yang menjadi pertanyaan bagaimana dia tau bahwa aku sudah bangun dan sedang mandi sementara ketika terbangun aku tak melihat Ayu disampingku dan kondisi pintu kamar selalu dalam keadaan tertutup. Tapi ya sudahlah gak penting juga mikirin hal itu.

Usai mengenakan pakaian aku keluar kamar menuju meja makan dimana Ayu sudah menungguku seperti hari-hari sebelumnya. Ku peluk Ayu dari belakang kemudian mengecup pipinya. "Jaga baik-baik ya sayang! Apapun kebutuhan kamu bilang aja, gak perlu sungkan" ucapku seraya mengelus perut Ayu yang saat ini tengah mengandung anakku.

"Iya pak, aku akan rawat anak kita sebaik mungkin sampai dia tubuh dewasa" ucap Ayu.

"Makasih ya sayang, kamu udah mau ngandung anakku" balasku.

"Udah pak meluknya, ada si mbok!" ujar Ayu memintaku untuk melepas pelukan.

"Ohh ada si mbok" ucapku kaget seraya melepas pelukan lalu beranjak menuju kursi disebrang Ayu.

"Bapak kan mau langsung pulang makanya si mbok gak belanja buat makan malam" terang Ayu.

"Oh iya ya" balasku singkat.

Singkat cerita usai sarapan aku berangkat ke kantor sekalian pamit pada Ayu dan mbok Minah karena pulang dari kantor aku akan menjemput Viona dan langsung pulang menuju Bandung. Sesampainya di kantor aku siapkan program kerja semua unit untuk tiga minggu kedepan dengan harapan apa yang ku rencanakan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Untuk pengambilan keputusan yang sifatnya mendadak sudah ku mandatkan pada sekretarisku yang tiada lain adalah Vannisa. Perihal hubunganku bersama Rafaela tak aku tindak lanjuti karena entah kenapa mood ku untuk melanjutkan hubungan dengannya mendadak hilang terlebih setelah aku bertemu ayahnya di kantin. Jika aku tindak lanjuti ada kemungkinan akan timbul permasalahan besar yang mungkin akan menghancurkan karier dan rumah tanggaku.

Singkat cerita lagi pulang dari kantor aku menjemput Viona di rumah orang tuanya, setelah berpamitan kita mulai jalan menuju Bandung sekitar jam 14.00 dan tiba di rumah tercinta jam 22.00. Aku turun dari mobil untuk membuka pintu gerbang lalu Viona memasukkan mobil dan memarkirkannya ditempat biasa. Setelah mobil terparkir ku tutup kembali pintu gerbang lalu membuka bagasi mengeluarkan semua barang termasuk oleh-oleh berupa makanan khas Kebumen.

"Koq sepi ya gak ada yang bukain pintu" ucapku heran.
"Udah pada tidur mungkin mas" balas Viona seraya menggendong Tania yang tertidur di baby car seat lalu berjalan menuju pintu utama.

Aku menyusulnya sambil membawa barang-barang, sesampainya di dalam rumah aku mendapat suatu kejutan karena ternyata Devia ada di rumahku. Saat itu Devia tengah menonton drama korea bersama Sonia, ketika melihatku datang dia langsung menghampiri seraya berkata "papaaa!" kemudian memelukku erat.

Sonia Keponakan Istriku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang