Bab 19

62 0 0
                                    

Aku menuju kamarku, ku buka pintu perlahan dengan jantung berdebar sambil mengintip. Ku lihat Astri tengah tertidur bersama anak kedua kami tapi aku putuskan untuk tidak memasukinya karena rasa bersalah masih meliputi hatiku. Aku tutup pintu kamarku lalu beranjak menuju kamar Viona, setibanya disana ku buka pintu perlahan sambil mengintip dan ku dapati Viona tengah berbaring sambil memegang handphone tapi arah pandangannya tertuju padaku. "Dari mana mas?" tanya Viona seraya menyimpan hp nya diatas meja samping tempat tidur. Aku pun memutuskan untuk masuk tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dahulu, setelah menutup pintu aku mendekati ranjang lalu berbaring disamping Viona.

"Dari rumah Sella Vi!" jawabku.
"Mas!!!" panggil Viona manja sambil merubah posisinya menghadapku.

Walau panggilannya terdengar manja tapi tetap saja membuat jantungku berdebar lebih kencang karena aku takut Viona mengatakan sesuatu yang tak aku harapkan.

"Apa sayang?" sahutku.
"Aku pengen mas" ujarnya seraya menggenggam tanganku yang membuat detak jantungku kembali normal.

"Pengen apa?" tanyaku dingin pura-pura tak mengerti.
"Aku sange" ucap Viona yang membuatku tersenyum.

Aku pun bangkit untuk menindihnya kemudian melumat bibir Viona yang ku isi dengan curahan kasih sayang sambil ku gesek-gesek batangku diatas perut bagian bawahnya. batangku perlahan tegang kembali, ku buka kaki Viona menggunakan kaki ku kemudian aku turunkan celana sampai terlepas. Sambil berciuman ku arahkan batangku ke liang senggamanya yang ternyata sudah basah walau kita hanya berciuman saja. Sesaat sebelum ku benamkan batangku tiba-tiba saja wajah Devia terbayang olehku dan anehnya aku malah semakin bernafsu.

Secara nyata Viona lah yang berada di bawahku, tapi dalam khayalku Devia lah yang berada di bawahku. (Papah masukin sekarang ya Dev) ucapku dalam hati. Sleeppp .. perlahan ku benamkan batangku kedalam liang selangkang Viona, karena dalam khayalku aku sedang bersama Devia, proses melesaknya batang batang memberikan sensasi yang berbeda. Rasa geli-geli nikmat menjalar dari kelapa batang sampai kepusat syaraf, memancing nafsuku sampai menembus batas maksimal. Ku genjot Viona dengan tempo sedang berirama, ku nikmati setiap gesekan dan himpitan lorong berlendir di batangku.

Semakin lama nafasku semakin menderu tak tentu berkat khayalku yang tak biasa hingga beberapa menit kemudian aku merasa akan segera mencapai puncak kenikmatan. Sambil memejamkan mata ku hisap bibir atas Viona disertai genjotan yang semakin cepat ,, eemmhhh ,, eemmhh ,, emmhhh ,, (Devia ,, papah keluar sayang) ucapku dalam hati. Eemmhhh ,, terus mas ,, aku nyampe .. ucap Viona samar karena bibir atasnya ku hisap. Croottt .. croott .. croottt .. crottt .. ku semburkan cairan putih kental kedalam rahim Viona bersamaan dengan orgasmenya.

Membayangkan bersetubuh bersama Devia aku benar-benar merasakan nikmat dan kepuasan tiada tara melebihi apa yang ku dapatkan pasca bersetubuh bersama Sella beberapa waktu lalu, aku sendiri tak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi padahal Devia adalah anakku, darah dagingku. Apakah kelainan yang terjadi padaku disebabkan oleh hubungan sedarah yang pernah terjadi beberapa belas tahun silam bersama Sella adik sepupuku hingga aku memiliki ketertarikan lebih pada lawan jenis yang mempunyai hubungan darah denganku? Entahlah, aku tak mau menjadikan itu sebagai alasan untuk membenarkan kelainanku ini. Ditengah renunganku itu akupun tertidur tanpa sempat mencuci batang kejantananku dimana lendir vagina dan peju masih menyelimuti seluruh bagian alat vitalku yang mulai layu bahkan aku tak menggunakan celana dalam terlebih dahulu

Keesokan harinya aku terbangun pukul 05.15 dan ketika membuka mata aku tak mendapati Viona disampingku, mungkin dia sudah bangun terlebih dahulu dan sedang menyiapkan sarapan untuk kami, pikirku. Sebelum turun dari ranjang aku gunakan celana dalam yang tak sempat ku pakai sebelumnya, usai memakai celana dalam aku pun beranjak dari ranjang lalu menghampiri Tania yang masih terlelap diatas tempat tidur bayi untuk sekedar membelai serta mengecup keningnya. Setelah itu aku keluar dari kamar Viona melangkahkan kaki menuju kamarku untuk mensucikan diri pasca melakukan hubungan intim bersamanya.

Sonia Keponakan Istriku 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang