RENEGADES • HYUNLIX GS

블랭크

Mansion itu terasa sunyi dan hampa setelah kepergian Jeongin untuk selamanya. Ruangan-ruangan besar yang dulunya dipenuhi tawa dan kehangatan kini terasa dingin dan kosong. Bayangan Jeongin masih terasa di setiap sudut rumah, namun sentuhannya tak lagi terasa. Hanya keheningan yang menyelimuti, mengingatkan semua orang akan kehilangan yang tak tergantikan.

Sudah beberapa minggu ini, Renegades tidak merespon telepon siapapun, bahkan untuk misi sekalipun. Mereka seolah menghilang ditelan bumi, meninggalkan semua kontak dan tanggung jawab mereka. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan kelompok elit ini, namun satu hal yang pasti, kepergian Jeongin telah meninggalkan lubang besar dalam organisasi mereka.

Kepergian Jeongin meninggalkan duka yang mendalam bagi semua orang. Keluarga, teman-teman, dan rekan-rekannya merasa kehilangan sosok yang ceria, penuh semangat, dan selalu ada untuk mereka. Kenangan manis bersamanya kini hanya menjadi kenangan yang menyakitkan, meninggalkan luka yang sulit disembuhkan.

Kemarahan Changbin setelah kepergian Jeongin sangat menakutkan.  Aura gelap dan dingin terpancar darinya, membuat siapa pun yang berani mendekat merasakan ketakutan yang mencekam.  Matanya yang biasanya berbinar penuh kehangatan, kini dipenuhi amarah dan tekad yang membara untuk membalas dendam.  Tak ada lagi senyum atau tawa, hanya kebencian yang mendalam yang mendorongnya untuk bertindak.

Changbin tidak tinggal diam. Ia menggaet seluruh mafia di dunia untuk menghancurkan Triad, menawarkan bayaran fantastis untuk kelancaran misinya.  Jumlah uang yang ia tawarkan begitu besar, membuat para mafia dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong menerima tawaran tersebut.  Changbin memanfaatkan kemarahan dan kesedihannya untuk mengorganisir kekuatan yang sangat besar, sebuah pasukan yang siap melenyapkan Triad dari muka bumi.

Triad hancur tak bersisa di tangan Renegades. Bahkan, generasi baru Yakuza pun ikut serta membantu menghancurkan mereka. Aliansi yang tak terduga ini menunjukkan betapa berbahayanya Triad sehingga mereka harus dilenyapkan dari muka bumi.

Tak ada lagi Triad di muka bumi. Renegades dan Yakuza benar-benar menghabiskan waktu mereka selama hampir beberapa bulan lamanya untuk membasmi mereka. Operasi ini menunjukkan dedikasi mereka untuk menciptakan dunia yang lebih aman.

Identitas Renegades terungkap setelah kejadian menggemparkan itu, namun Renegades tidak ambil pusing. Mereka tidak peduli dengan popularitas atau ketenaran. Bagi mereka, yang terpenting adalah keadilan dan keamanan dunia.

Meski kini identitas Renegades terungkap, karena keberhasilan mereka itu, justru Renegades menjadi sangat dihormati oleh seluruh kalangan.  Bukan rasa takut yang mereka dapatkan, melainkan rasa hormat dan kagum.  Masyarakat dunia, yang selama ini hidup dalam ketakutan akan mafia, kini melihat Renegades sebagai pahlawan.  Bahkan, para pemimpin dunia dan organisasi internasional pun mengakui keberanian dan kemampuan mereka dalam memberantas kejahatan.  Renegades, yang awalnya bergerak dalam bayangan, kini menjadi simbol harapan bagi banyak orang.

Tapi, semua terasa kosong. Kehampaan masih terasa di dalam mansion besar Renegades. Meskipun Triad telah hancur dan keadilan telah ditegakkan, bayangan Jeongin masih menghantui setiap sudut ruangan. Tawa dan kehangatan yang dulu memenuhi mansion itu kini digantikan oleh sunyi dan duka yang mendalam.  Kemenangan terasa hambar tanpa kehadiran Jeongin di sisi mereka.

Kamar Jeongin kini menjadi tempat mereka mengadu. Bangchan dan Hyunjin merubah kamar itu menjadi tempat persemayaman Jeongin.

Foto-foto Jeongin, barang-barang kesayangannya, dan juga abu kremasi semuanya tersimpan dengan rapi di sana.  Di sebuah rak kecil, mereka meletakkan barang-barang kesayangan Jeongin, mulai dari buku-buku favoritnya, hadiah-hadiah yang pernah ia terima, hingga boneka rubah yang selalu menemaninya tidur.  Di tengah rak, terdapat sebuah kotak abu kremasi Jeongin, menjadi pengingat bahwa ia telah benar-benar pergi.  Setiap kali mereka merindukannya, mereka akan datang ke kamar itu, seolah-olah Jeongin masih ada di sana, menemani mereka.