Mobil hitam metalik itu melaju membelah padatnya lalu lintas kota Seoul. Di dalamnya, dua sosok duduk dengan kaku. Changbin, dengan tangan mencengkeram kemudi, tatapannya lurus ke depan. Di sebelahnya, Soodam, duduk tegak, pandangannya tertuju pada jalanan yang sibuk, ekspresinya datar.
Keheningan menyelimuti kabin mobil, begitu tebal hingga hampir bisa dirasakan. Tidak ada percakapan, hanya suara mesin mobil dan desingan angin yang menerobos masuk melalui celah jendela. Suasana canggung menggantung di udara, seolah ada beban berat yang menekan dada keduanya.
Akhirnya, Soodam memecah keheningan. Suaranya tenang, namun ada nada tegas yang terselip di dalamnya. "Dokter Seungmin sudah memberikan hasil visumnya padaku, Changbin-ssi."
Changbin, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan, menjawab singkat, "Bagaimana?"
Soodam menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Nyonya Nayeon sering dipukul dengan benda tumpul, ada banyak bekas sudutan rokok di punggungnya, lengan kirinya mengalami trauma berat, tulangnya nyaris tak berfungsi."
Tangan Changbin semakin erat mencengkeram kemudi. Urat-uratnya menonjol, menunjukkan kemarahan yang membara di dalam dirinya. "Aku harus segera menangkap bedebah itu!" geramnya, suaranya bergetar.
Soodam menatap lurus ke depan, matanya berkilat marah. "Kita. Kita yang harus mengadilinya," tekannya, suaranya penuh dengan tekad.
Changbin menoleh, menatap Soodam dengan tatapan yang sama marahnya. Mereka saling berpandangan, seolah ada janji tak terucapkan yang terjalin di antara mereka. Sebuah anggukan mantap menjadi jawaban, sebuah kesepakatan untuk menegakkan keadilan, tidak peduli apa pun yang terjadi.
°°°°°°°°°°
Pagi itu, aroma manis mentega dan cokelat memenuhi udara di dalam toko roti Felice. "Hwang Bakery," papan nama di atas pintu masuk, bersinar cerah di bawah sinar matahari pagi. Baru beberapa menit toko itu dibuka, tetapi sudah ramai dengan pelanggan yang penasaran.
Felice, dengan senyum cerah di wajahnya, bergerak lincah di balik konter. Tangannya yang terampil menguleni adonan, sementara matanya mengawasi para pegawainya yang sibuk melayani pelanggan. Dia mengenakan celemek putih yang sedikit bertepung, bukti kesibukannya sejak pagi.
"Ah, aku ingin mencoba resep baru," gumamnya pada diri sendiri, matanya berbinar-binar dengan ide. Dia selalu bersemangat untuk menciptakan sesuatu yang baru dan unik.
Dia mengambil mangkuk besar dan mulai mencampur bahan-bahan untuk brownies. Aroma cokelat yang kaya memenuhi udara, membuat para pelanggan semakin lapar. Namun, alih-alih mengikuti resep biasa, Felice memutuskan untuk menambahkan sentuhan kreatif.
Dia mengambil sekantong besar kue kering cokelat chip dan menghancurkannya menjadi potongan-potongan kecil. "Ini akan menjadi brownies cookies yang lezat," pikirnya, sambil menuangkan potongan kue kering ke dalam adonan brownies. Dia mengaduknya perlahan, memastikan kue kering tercampur rata.
Setelah adonan siap, Felice menuangkannya ke dalam loyang dan memasukkannya ke dalam oven. Aroma manis brownies yang dipanggang bercampur dengan aroma kue kering yang renyah, menciptakan aroma yang sangat menggoda.
Sambil menunggu brownies matang, Felice terus melayani pelanggan dengan senyum ramah. Dia senang melihat orang-orang menikmati kreasi rotinya. Baginya, membuat roti bukan hanya pekerjaan, tetapi juga sebuah seni, sebuah cara untuk menyebarkan kebahagiaan melalui rasa.
"Hyunie?" Felice terkejut, matanya membulat saat melihat Hyunjin berdiri di depan konter, dikelilingi oleh beberapa pria berjas rapi. Senyum Hyunjin merekah, dan tanpa ragu, ia mengecup singkat bibir Felice. "Selamat pagi, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENEGADES • HYUNLIX GS
Фанфикшн𝑲𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝑯𝒘𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂 ㅡ𝑴𝒂𝒇𝒊𝒂 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒋𝒂𝒎 𝒅𝒊 𝑲𝒐𝒓𝒆𝒂 𝑺𝒆𝒍𝒂𝒕𝒂𝒏, 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒂𝒌𝒔𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒏𝒈𝒂...
