과거로부터

583 64 11
                                        

🔞

Felice sibuk berkutat dengan komputernya sejak mentari pagi menyapa. Hari sudah menjelang siang, panas di luar terasa menyengat, namun Nyonya Besar Renegades itu masih belum beranjak dari depan layar. Bahkan kamar mandi pun belum ia sentuh saking terhipnotisnya oleh pekerjaannya.

Saat bangun tidur tadi, ia langsung mendapatkan sebuah informasi berupa kode rumit dari Jay. Tanpa menunda sedetik pun, rasa ingin tahunya mendorongnya untuk segera membuka kode tersebut. Meskipun Jay sudah memperingatkan bahwa kode itu masih "mentah" dan belum ia olah, Felice yang tidak sabar memilih untuk mendekripsinya sendiri.
Akibatnya, deretan data yang kompleks itu kini terpampang memenuhi layar komputernya, tampak seperti barisan coding yang rumit dan membingungkan.

Hyunjin memasuki kamar dengan langkah tenang. Ia menghela napas pelan melihat pemandangan kekasihnya yang masih mengenakan piyama satin dengan rambut yang acak-acakan, kontras dengan keseriusan ekspresi wajahnya yang terpaku pada layar komputer.

"Sayang, hentikan itu sekarang. Bersihkan dirimu dulu, biar aku yang lanjutkan," untuk kesekian kalinya sejak pagi, Hyunjin mengulang kalimat yang sama.

"Nanggung, Hyunie. Sebent-Hyunie!" pekik Felice terkejut saat tiba-tiba Hyunjin mengangkat tubuhnya dengan mudah. Tanpa mempedulikan protes kekasihnya, Hyunjin langsung membawanya menuju kamar mandi.

"Ish! Hyunie, sebentar lagi kodenya pasti terbuka!" ujar Felice kesal, berusaha melepaskan diri dari gendongan Hyunjin.

Hyunjin menghela napasnya lagi, kali ini terdengar sedikit frustrasi. "Aku akan menghukum Jay setelah ini karena memberimu kode yang belum siap."

Mata Felice membulat panik mendengar ancaman Hyunjin. "Eh, jangan! Aku yang memaksanya. Jangan menghukum Kak Jay, Hyunie," ujarnya memohon, tidak ingin staf IT andalannya itu mendapat masalah.

"Baik, aku tidak akan menghukumnya. Tapi aku akan menghukummu," ujar Hyunjin dengan nada dingin yang membuat bulu kuduk Felice meremang.

"Ma... Maksudmu...?" lirih Felice dengan jantung berdebar tak karuan.

Hyunjin menurunkan Felice dan mendudukkannya di tepi wastafel kamar mandi yang dingin. Ia mengunci pergerakan Felice dengan kedua tangannya yang bertumpu di sisi wastafel, mengurungnya di antara tubuhnya. Wajahnya mendekat perlahan dengan seringai nakal yang membuat jantung Felice semakin berdebar kencang.

"Kau... Mau apa, Hyunie?" bisik Felice dengan suara tercekat.

Hyunjin mengabaikan pertanyaan Felice, dan justru menarik tubuh kekasihnya agar merapat lebih dekat dengannya. Felice benar-benar tidak bisa bergerak, terkurung dalam ruang sempit di antara Hyunjin dan wastafel. Darahnya berdesir hebat, apalagi Hyunjin saat ini tidak mengenakan atasan, memperlihatkan tubuh kekarnya yang atletis tepat di depan matanya. "Kekasihku ini nakal sekali, tidak mendengarkanku," bisik Hyunjin dengan nada sensual yang rendah, membuat tubuh Felice bergetar hebat dan napasnya tercekat.

"Hyunie..." lirih Felice tepat saat tangan nakal Hyunjin merayap di kulit punggungnya yang terbuka tanpa permisi. Sentuhan lembut namun menggoda itu, ditambah dengan kecupan-kecupan Hyunjin yang bergantian mendarat di bibir dan lehernya, sukses membuat tubuh Felice meremang hebat. Ia memejamkan mata, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sensasi yang ditimbulkan oleh sentuhan Hyunjin benar-benar membuatnya kehilangan fokus pada segalanya.

Dengan perlahan namun pasti, Hyunjin membuka satu per satu kancing piyama satin yang dikenakan Felice, sambil terus menyesap kulit leher jenjang itu dan meninggalkan jejak kemerahan yang semakin kentara di sana. Desahan pelan lolos dari bibir Felice, namun ia berusaha keras untuk menahannya, malu sekaligus menikmati setiap sentuhan kekasihnya. Entah sejak kapan Hyunjin berhasil menanggalkan atasan piyama Felice, yang jelas saat ini keduanya semakin larut dalam ciuman yang semakin dalam dan memabukkan.

RENEGADES • HYUNLIX GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang