주저하다

593 68 13
                                        

Malam itu menjadi siksaan bagi Felice. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan wajah Hyunjin saat menceritakan masa lalunya kembali menghantuinya. Cerita itu bagai duri yang terus menusuk-nusuk hatinya, membuatnya beberapa kali terbangun dengan napas tersengal. Tenggorokannya terasa kering dan perih akibat tangisan yang tak tertahankan.

Dengan langkah pelan, Felice bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar menuju dapur, berharap seteguk air dingin dapat menenangkan kegelisahannya. Namun, begitu ia membuka pintu, pemandangan di hadapannya membuatnya terkejut. Hyunjin tidur meringkuk di lantai tepat di depan pintu kamar mereka.

Beberapa bodyguard terlihat berjaga di sekitar Hyunjin, menundukkan kepala penuh ketakutan saat Felice menatap mereka dengan tatapan bertanya. "Kenapa tidak kalian bangunkan?" bisik Felice, suaranya serak.

"Ampun, Nona," jawab salah satu bodyguard dengan nada rendah. "Kami sudah berkali-kali mencoba membangunkan Ketua. Tapi... Beliau..."

Felice menghela napas pelan, mengerti bahwa Hyunjin pasti sangat kelelahan secara fisik dan emosional. Ia mengangguk dan menyuruh para bodyguard itu untuk pergi, memberikan ruang pribadi bagi dirinya dan Hyunjin.

Felice kembali masuk ke dalam kamar, mengambil sebuah bantal dan selimut tebal dari lemari. Dengan hati-hati, ia kembali keluar dan menyelimuti tubuh Hyunjin perlahan agar tidak membangunkannya. "Dasar keras kepala," gumamnya pelan.

Felice terdiam sejenak, menatap wajah damai Hyunjin yang terlihat begitu polos dan tak terusik dalam tidurnya. Hatinya terasa nyeri melihatnya seperti ini. "Maaf, Hyunie," bisiknya lirih, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. "Aku butuh waktu untuk mencerna semua ini."

Keesokan harinya, Minho yang terbangun lebih awal, berjalan menuju dapur untuk membuat kopi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Minho yang terbangun lebih awal, berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Langkahnya terhenti tiba-tiba saat melihat sosok Hyunjin yang meringkuk di lantai depan kamar tidur. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan Felice, namun kamar tampak sepi.

"Hyun? Bangun, Hyun," ujar Minho sambil mengguncang pelan bahu Hyunjin.

Hyunjin sedikit tersentak dan membuka matanya perlahan. Ia mengerjap beberapa kali, terkejut merasakan balutan selimut yang hangat dan bantal lembut di bawah kepalanya. Ia duduk dan menguap sejenak, sebelum menoleh ke arah Minho dengan tatapan kosong.

"Kenapa kau tidur di sini?" tanya Minho dengan nada heran.

Hyunjin mengusap wajahnya yang terasa lelah. "Felice menghukumku, dan aku pantas menerimanya," jawabnya datar, tanpa ada nada penyesalan dalam suaranya.

Minho menatap Hyunjin dengan tatapan menyelidik, mencoba membaca apa yang sebenarnya terjadi. "Jangan bilang kau membuatnya menangis, Hyunjin?" tebak Minho dengan nada khawatir.

Hyunjin bangkit perlahan, melipat selimut yang menutupi tubuhnya. "Tunggu sebentar, izinkan aku makan sesuatu. Lalu, kau boleh memukuliku sepuasmu," ujarnya dengan nada datar, seolah sudah pasrah dengan kemarahan Minho.

RENEGADES • HYUNLIX GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang