Hyunjin mendekap Felice ke dalam pangkuannya di atas ranjang. Tangan kekarnya memegangi sebuah album foto lama, sekaligus memeluk tubuh Felice dari belakang, menciptakan kehangatan yang nyaman.
"Ini mendiang kakekku, Samuel Hwang," ujar Hyunjin, menunjuk sebuah foto seorang pria berwajah tegas namun karismatik. "Namun, dunia bawah mengenalnya sebagai Hyunjin Hwang."
Dahi Felice mengerut. "Jadi, namamu?"
Hyunjin mengecup singkat kepala Felice. "Ya... ayah memberiku nama yang sama dengan kakekku. Dan ini..." Hyunjin menunjuk salah satu foto seorang wanita di halaman berikutnya. Penampilannya sangat cantik meski dengan gaya busana zaman dulu, anggun dan berkelas. "Mendiang nenekku, Fellie Hwang. Sebelum menjadi pasangan kakekku, dia bermarga Kim." Felice mengangguk, menyimak dengan saksama.
"Tahu fakta menarik, sayang?" Hyunjin berbisik, nadanya menggoda.
Felice menoleh dan menggeleng pelan.
"Selain namaku yang diambil dari nama kakek, Bangchan dulu memberimu nama yang mirip dengan nama nenek. Fellie... Felice. Mirip bukan?"
Felice memutar tubuhnya menghadap Hyunjin, manik indahnya berbinar senang. "Itu indah sekali," ujarnya, suaranya dipenuhi rasa haru.
Hyunjin mengusap pelan kepala Felice dan tersenyum tulus. "Sama seperti nenek dan kakek, sepertinya takdir itu sekarang ada pada kita. Kita bersatu, sayang." Hyunjin menarik Felice ke dalam pelukannya, mendekapnya lebih erat. Keduanya kembali menatap album foto itu.
"Oh iya, jika Fellie adalah nenek, lalu, Grandma Dona?" tanya Felice bingung.
"Grandma Dona sebenarnya sekutu kakek dulu," jelas Hyunjin. "Saat kakek dan nenek sakit keras, Grandma yang merawat ayahku. Dan ya, saat kakek Sam dan nenek Fellie meninggal, Grandma Dona yang bertanggung jawab penuh untuk keluarga Hwang."
Felice mendongak, menatap Hyunjin dengan puppy eyesnya yang menggemaskan. "Aku... ingin mendengar cerita tentang kakek dan nenek lebih banyak lagi, Hyunie," ucapnya memohon.
Hyunjin yang merasa gemas itu pun menggigit ujung hidung mancung istrinya. "Baiklah. Sepertinya kau benar-benar ingin begadang malam ini."
Felice terkekeh. "Aku masih belum mengantuk."
Hyunjin pun melanjutkan ceritanya, mengisi waktu malam yang semakin larut dengan kisah-kisah masa lalu keluarga Hwang, tanpa sedikit pun rasa kantuk.
***
Ketukan pintu mengalihkan perhatian si kembar Jeongin dan Geonhee yang sedang asyik bermain gim di kamar mereka. Jeongin pun bangkit membukakan pintu. "Eh, Hyung? Masuk, Hyung," ujarnya melihat Shinyu berdiri di depan kamar.
Shinyu masuk dan duduk di dekat Geonhee, sementara Jeongin duduk di sampingnya. "Aish, setidaknya ganti dulu seragam kalian," ucap Shinyu sambil menggeleng pelan, melihat kedua adiknya masih mengenakan seragam sekolah.
Geonhee hanya terkekeh, matanya masih fokus pada layar dan tangannya masih asyik memegang stik gim. Jeongin menyodorkan minuman kaleng pada kakak sepupunya itu. "Apa kau ada perlu dengan kami, Hyung? Tumben sore-sore ke sini," ujarnya.
Shinyu membuka kaleng itu hingga terdengar bunyi "chessss" samar lalu meneguknya. Ia memandang kedua sepupu kembarnya itu bergantian tanpa bersuara, membuat Jeongin bingung. "Hyung?" panggil Jeongin karena keheningan itu. Mendengar itu, Geonhee pun meletakkan stik gim di lantai. Ia mematikan layar TV lalu memandang Shinyu penuh tanya.
Shinyu menatap keduanya serius. "Ayo kita teruskan Renegades," ucapnya kemudian.
Jeongin dan Geonhee saling menatap sejenak, terkejut. "Aku tahu, Appa Bin sudah melatih kalian sejak dulu di Jepang, kan? Karena itu saat memasuki SMA kalian kembali ke sini," ujar Shinyu, melipat kedua tangannya di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENEGADES • HYUNLIX GS
Фанфикшн𝑲𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝑯𝒘𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂 ㅡ𝑴𝒂𝒇𝒊𝒂 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒋𝒂𝒎 𝒅𝒊 𝑲𝒐𝒓𝒆𝒂 𝑺𝒆𝒍𝒂𝒕𝒂𝒏, 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒂𝒌𝒔𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒏𝒈𝒂...
