Flashback
Jalan ini tetap sama saat terakhir aku melewatinya. Langkahku terhenti ketika ada benda halus dan berwarna krem jatuh dikepalaku. Saat itu juga aku merasakan gerakan dikepalaku. Gerakan seperti seseorang yang mengeringkan rambut.
~~
"Maaf,'' Ucapnya pelan, penuh kelembutan dan terdengar menyesal.
Tanpaku sadari aku merasakan aliran air yang jatuh dari mataku. Dia menarikku kedalam pelukannya dan mulai mengelus kepalaku dengan lembut. Saat itu juga tangisanku pecah, aku tidak bisa mengendalikannya. Aku tidak tau kenapa aku bisa selemah ini sekarang. Ada yang salah denganku. Aku yakin itu.
Entah sudah berapa lama kami dalam keadaan seperti ini. Merasa sudah mulai tenang. Aku mendorong sedikit tubuhnya dan mendongakkan kepalaku. Warna matanya yang hitam legam nan tajam. Dan raut wajah yang tidak seperti biasanya. Dia yang biasanya menyebalkan dan tatapannya yang ingin menerkam menjadi sangat lembut. Ya dia Riki. Aku berfikir apa aku sedang ada di dunia mimpi sekarang?.
"Udah lebih baik?'' Tanyanya dan aku hanya mengangguk.
Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan. Tapi entah kenapa pertanyaan itu tidak mau keluar.
"Ada yang mau lo keluarin kan sekarang? Keluarin aja,'' Katanya sambil menatapku.
"Kenapa kamu mengusik kehidupanku? Apa yang pernah aku lakukan padamu sampai kau melakukan ini padaku? Aku hanya perempuan biasa dengan kehidupan biasa dan memiliki adik, jadi aku bekerja di caffe. Aku sudah kehilangan ibuku dan ayahku tidak tau dimana. Siapa kau? Dan kenapa kau selalu mengancamku dan itu sukses membuatku takut. Kenapa aku menjadi selemah ini? Aku tau ini bukan diriku yang sebenarnya. Aku tidak biasanya emosional. Tapi kau entah bagaimana caranya dengan mudah membuatku emosi." Jelasku pelan sambil menunduk. Aku tidak mampu mengatakannya sambil melihat wajahnya
"Kenapa pertanyaan lo banyak banget si? Gue jadi bingung mulai dari mana. Intinya lo itu menarik,'' Jawabnya dan aku hanya diam.
"Gue anter lo pulang, oke?'' Lanjutnya hanya di balas anggukanku.
Dia menarik tanganku dengan lembut dan mengajakku untuk ke sekolah. Sebenarnya aku tidak ingin kembali sekarang. Untung saja masih jam mengajar itu membuatku tenang juga bingung. Aku sudah melewati kelasku saat ini. Tapi dia tetap menarikku. Mengajakku ke ruang OSIS yang di dalamnya ternyata geng Devil.
"Yaampun Rik, lo apain dia sampe basah gini?'' Kata seorang perempuan blasteran dan aku tau dia Riska. Karna anggota perempuan Devil hanya dia saja.
"Nanti aja bahasnya Ris. Lo bawa baju salinankan? Lo pinjemin ya buat dia,'' Pinta Riki
"Ya jelas bawa lah, ayo lo ikut gue, ga mungkin kan lo ganti di depan cowo-cowo gila disini?'' Katanya sambil menarikku ke toilet yang ada di ruang OSIS.
Setelah selesai aku keluar dari toilet. Aku telah menganti bajuku saat ini. Tapi yang membuatku bingung adalah aku mengenakan pakaian berwarna putih corak polkadot. Dengan bawahan rok berwarna hitam.
"Oke, lo cocok juga ternyata pake baju itu,'' Kata Riki.
Aku kaget melihat penampilnnya. Dia tadi menggunakan seragam sekolah, sekarang menjadi atasan kaos putih dan di salin dengan kemeja hitam serta bawahan jeans berwarna biru.
Dia mendekatiku dan menarikku pergi. Entah kenapa aku tidak marah kali ini. Tiba tiba aku teringat sesuatu. Aku menghentikan langkahku, membuat Riki menoleh dan ikut menghentikan langkahnya.
"Tasku tertinggal di kelas. Aku ingin mengambilnya sebentar,'' Kataku pelan sambil menunduk.
"Udah tas lo udah di bawa sama temen gue. Sekarang lo ikut gue aja oke?!'' Kata Riki sambil menarikku kembali menuju parkiran dan kami pun masuk kedalam mobil merahnya.
Entah dia membawaku kemana saat ini. Hanya keheningan dalam mobil ini. Tidak ada yang ingin memulai pembicaran.
"Rik, aku harus kerja sekarang,'' Kataku memecah keheningan.
"Ga usah, lo sama gue hari ini dn gue ga mau ada penolakan,'' Jelasnya.
"Kalo aku dikeluarkan, nanti aku sama adik aku makan apa? Terus sekolahku sama adik aku gimana? Aku mohon kali ini aja kamu penuhi permintaanku,'' Pintaku dengan sangat memohon.
"Ga bakal. Tenang aja si. Justru kalo lo ga nurutin gue yang ada lo dikeluarkan,'' Jelasnya.
Aku hanya diam, kalau aku memintanya lagi perdebatan ini tidak akan selesai. Dan saat ini aku tidak mau perasaanku kacau lagi.
Kami sampai di tempat tujuan Riki. Tempat ini sangat ramai dan terdapat beberapa mainan. Ya, aku berada di taman hiburan saat ini. Riki langsung menarikku dan mengajakku menyoba berbagai wahana bermain.
Kami beristirahat di kedai es krim saat ini. Dia terlihat berbeda saat ini, begitu lembut, ramah, dan membuatku nyaman berlama-lama dengannya. Sepertinya kemarin aku berfikiran buruk tentangnya.
"Kenapa? Kalau dilihat dari cara pandang lo....ah lo mulai suka sama gue ya?'' Katanya sambil mengunyah cone es krim. Cih, kepedeannya masih tidak hilang ternyata.
Tanpa Riki sadari terdapat sedikit es krim yang menempel di pipinya.
"Jangan menghayal tuan menyebalkan. Kamu itu sudah 17 tahun, tapi makan es krim sama seperti anak 5 tahun,'' ledekku lalu mengambil tisu dan mengelap sisa es krim di pipinya. Riki hanya terdiam bengong dengan tindakanku. Kenapa? Tidak aneh kan dengan apa yang ku lakukan?.
"kenapa?'' Tanyaku untuk menyadarkan Riki.
"A...a gapapa,'' Jawabnya dengan gugup
"ng lo pasti laperkan? Ayo beli makanan,'' Kata Riki sambil berjalan duluan. Tumben dia tidak menarik tanganku seperti biasanya.
Hm, sepertinya hari ini akan ku habiskan dengan Riki.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yey selesai juga chapter kali ini.
Jangan lupa comment sama sarannya ya(≧∇≦)bMakasih udah baca chapter ini. Tunggu chapter selanjutnya ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in Love (Revisi)
RandomCaffe mungil yang terbuat dari kayu indah itu berdiri kokoh diantara beberapa gedung gedung besar yang telihat sangat tua. Caffe ini terdapat teras kecil yang cantik, mewah juga indah. Tanaman warna warni mewarnai setiap sisi dan sudut teras kecil n...