Painful Words

397 27 2
                                    

Aroma yang selalu sama tercium olehku. Aroma itu membuatku kuat untuk rasa kantukku saat ini. Ya, aku kurang tidur saat ini. Seperti biasanya tuan menyebalkan menggangguku. Aku seperti mainan yang menyenangkan untuknya.

Terlebih kemarin dia membuatku sakit hati dengan kata-katanya. Tapi dengan mudahnya aku memaafkannya karna yang dia lakukan. Ada apa denganku? Apa aku terlalu baik? Tapi hari ini dia tidak terlihat. Apa karna kemarin? Harusnya aku yang melakukan itu.

Aku bergelut dengan pikiranku. Mengingat kejadian seminggu yang lalu. Dika menepati perkataannya. Ya dia menjemputku dan mengantarku. Tidak enak juga sebenarnya. Tapi dia selalu memaksa.

Sedang apa ya 'dia'? Apa dia benar-benar menyesal? Ah kenapa aku jadi kepikiran dia.

Coba aku pikir kembali. Hari ini menyenangkan tidak ada dia. Ya benar! Aku jadi tidak terlalu lelah. Semoga saja dia tidak datang malam nanti

Flashback

Sudah seminggu ini Riki salalu datang tengah malam. Aku tidak habis pikir. Apa dirumahnya tidak ada orang untuk diajak nonton? Atau mungkin dia yang sengaja untuk mengerjaiku. Bukankah dia ketua Devil? Suruh saja anggotanya menemaninya menonton.
"Maid, buatin gue kopi mendingan deh dari pada kaya gitu,'' Suruh Riki yang melihatku memeluk guling kesayanganku yang engganku lepas. Dan lihat, tamu yang tidak tau diri itu.

"Kamu saja sana, aku ngantuk. Lagian kenapa suka banget kerumahku si? Tengah malem lagi. Harusnya tamu tau waktu yang tepat untuk bertamu. Dasar tamu tidak diri. Minta buatin kopi lagi padahal jelas kamu melihatku malas berpisah dari gulingku,'' Jelasku dengan kesal tapi karna aku masih setengah sadar suaranya agak serak.

"Maid buru ih,'' Pinta Riki. Ini anak gangguan telinga ya? Udah jelas tadi aku ngomong panjang kali lebar sama dengan luas.

"Buat sendiri sana. Aku bukan pesuruhmu, ini rumahku aku yang mempunyai hak disini,'' Jelasku tetap dengan posisiku.

"Lo harus gue ingetin berapa kali?'' Kata Riki dan aku hanya diam.

"Cih, baik gue ingetin lo ya...'' Kata Riki yang memberikan jeda.

"Lo itu maid gue. Jadi lo harus turutin apa kata gue. Enggak ada penolakan. Lo harusnya makasih ke gue. Ga ada gue lo ga bakal bisa kerja. Lo ga mau kan di keluarkan dari kerjaan lo? Lo harusnya tau diri juga. Coba lihat baik-baik ayah lo tidak ada sekarang. Lebih tepatnya melupakan lo. Dia pasti pikir merepotkan mengurus lo,'' Kata-katanya menyayat hatiku. Sakit, marah, kesal menjadi satu. Dan dia juga dengan mudahnya mengatakan yang salalu ku buat pemikiran positif. Tentang ayahku, aku juga sempat berpikir seperti itu. Tapi aku tidak mau membuat pemikiran itu menghantuiku. Jadi aku berpikiran ayahku pasti mencariku dan adikku. Yaampun kenapa hidupku mengenal orang seperti dia.

"Kamu benar-benar ya!! Mulutmu disekolahkan dimana? Katanya orang jenius tapi kata-katamu seperti tidak pernah sekolah. Bukannya minta maaf mengganggu ketenangan hidupku, malah...'' tanpaku sadari air mataku menetes. Aku tidak sanggup melanjutkan kata-kataku dan lagi meladeninya. Saat ini aku ingin berlari menuju kamarku. Aku merasakan tanganku di cengkram dengan kuat. Dia berjalan kedepanku dengan tangannya yang tetap nahan tanganku. Aku tidak mau melihatnya jadi aku menundukan kepalaku. Aku rasa dia melihatku entah raut wajah apa yang dia buat. Mungkin dia senang berhasil membuatku sakit hati dan menangis.

"Maaf, perkataan gue kasar. Gue minta maaf, '' Katanya dengan nada menyesal. Aku tetap menunduk. Dia membalikkan tubuhku membelakanginya. Kemudian aku merasa dipeluk dari belakang.

"Kenapa ketika kamu lembut seperti ini membuatku selalu hangat?'' Batinku

Flashback end

Aku berada di dapur sekarang. Mencuci beberapa cangkir yang habis digunakan. Tak lama pak manajer memanggilku dan aku mengikuti perintahnya.

Saat aku keluar dari dapur aku melihat seseorang yang aku kenal di meja pengunjung. Dia saat ini duduk di kursi sambil meminum kopinya. Pak manajer membawaku kesana.

Setelah mengantarku pak menajer kembali ke ruangannya. Aku berdua saja saat ini dengannya. Ya, Dika. Tidak biasanya dia meminta pak manajer mengantarku. Apa begitu penting?

=================

Maap ya ada ketidak miripan gambar sama ceritanya. Bayangin aja baju sekolahnya jadi baju tidur ya hehehe

Maapin juga chapter kali ini irit. Soalnya rada ga ada inspirasi. Inspirasinya kepake buat tugas sekolah
Makasih dah baca sampe chapter ini

Ditunggu coment sama sarannya yaa(^▽^)o

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang