Terus Mengganggu

385 30 0
                                    

Semilir angin kurasakan menembus kulitku. Aku membuka mataku dan mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru kamar. Apa aku bermimpi? Sepertinya tadi aku berada di sekolah dan mengerjakan tugas. Kuambil jam weker yang ada dimejaku dan kulihat arah jarum jam. Jam menunjukan pukul 8 malam.

Gool!!

Suara yang sangat aku kenali berasal dari ruang keluarga. Aku berfikir sejenak. Jangan bilang kalau tuan menyebalkan itu ada di sini. Karna penasaran aku bangkit dan langsung pergi ke rung keluarga.

Terlihat dua orang laki-laki bermain dengan serunya. Tanpaku sadari aku tersenyum melihat tingkah mereka.

"Maid, dari pada bengong gitu mending bikin makanan sana, laper nih,'' Kata Riki dengan santainya. Dasar tamu tidak tau sopan santun.

"Sekalian sama minumannya ya kak,'' Sahut Rafael. Lihat adikku yang dulu sangat menghormatiku sekarang jadi seperti itu. Gara-gara tuan menyebalkan.

"Kamu kenapa jadi menyebalkan seperti ini Raf?'' Tanyaku sambil menahan emosiku.

"Lo curang. Gue mau pertandingan ini di ulang!'' Kata Rafael.

"Lo nya aja yang payah, ini ketiga kalinya gue menang. Udah lo mending mengaku kalah dan menyerah,'' Kata Riki.

Dan aku, aku di abaikan di sini. Hello, aku berperan sebagai peran utama disini. Dasar mereka berdua MENYEBALKAN!! Awas saja kalian akan kubalas.

Aku pergi kedapur, meyiapkan apa yang mereka minta. Setelah selesai, aku membawanya dan menaruhnya di dekat mereka. Lihat kurang baik apa aku ini? Bikin? iya, bawain? juga iya. Aku kembali kekamarku dan mengambil buku yang aku pinjam dari perpus untuk ku baca.

"PEDAS!!!" Teriak mereka dengan serentak.

"ASIN!! Kakak/Ra, kakak/lo kasih apa minuman aku/gue!!!'' Teriak mereka lagi namun dengan logat yang berbeda.

Aku tertawa puas mendengar itu. Yap, makanannya kuberi cabe yang sangat banyak dan untuk minuman kumasukkan garam. All hasil mereka seperti itu. Makanya jangan main-main denganku. Tanpaku sadari aku tersenyum.

~~~~~~~~~~~~~

Aku berada di kantor sekarang. Guru mtk memanggilku, entah apa yang ingin dia bicarakan padaku. Tak lama dia datang dan mendekatiku.

"Ibu salut denganmu, Clara. Dalam sehari kamu bisa menyelesaikan tugas ibu. Biasanya tugas sebanyak itu tidak pernah selesai,'' Katanya.
Aku mengerutkan keningku, tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh guru ku.

"Mak..." baru saja ingin ku buka suara ku, aku teringat akan sesuatu. Hukuman itu. Tugas mengoreksi itu. Ah yaampun kenapa aku teledor sekali.

"Kenapa clara?"

"Gak..gapapa bu,"

"Kalau begitu terima kasih sudah menyelesaikan tugas itu dengan cepat. Jangan diulangi lagi ya kalau kamu tidak ingin dihukum lagi," ujar guruku. Aku hanya mengangguk. Sejujurnya aku bingung.

Jadi tugas itu sudah selesai? Bukankah kemarin aku belum selesai mengerjakannya? Lalu siapa yang mengerjakan tugas itu?. Ah siapapun orangnya, pasti dia anak yang sangat baik. Aku harus berterima kasih nanti saat tahu siapa dia.

Aku kembali kekelas. Terlihat Erlin dan Nia sedang asik ngobrol dan aku mendekati mereka.

"Iya, katanya si gitu,'' Kata Nia.

"Pengen jenguk, tapi pasti di halangin sama bodyguardnya. Ah anak cogan susah ya dideketin,'' Kata Erlin.

"Yeee, emang dia kenal apa sama lo? Siapa lo? Jangan ngayal tinggi jatoh aja lu sakit,'' Kata Nia.

"Sebenernya, gue...gue....ke..nal dia,'' Kata Erlin dengan gugup dan suara yang sangat pelan seperti berbisik.

"Sejak kapan?'' Tanyaku.

"Sejak lo ada teror gitu Ra. Gue tau dari Rangga. Tapi dia bilang gue ga boleh panik. Lo tau gue kan? Kalo masalah lo pasti gue panik. Rangga jelasin semuanya ke gue. Kapan ya? Ah gue datengin Riska, lo inget kan Ra?'' Jelas Erlin.

"Iya inget, jadi dia kasih tau kamu? Tapi kamu ga apa apain yang teror aku kan?'' Tanyaku.

"Iya enggak kok,'' Jawab Erlin.

"Bisa aja kok lo jenguk Rangga,'' Kata seseorang yang suaraya sudah sangat kukenal. Yap Riki. Ternyata dia menguping atau kami yang tidak menyadari dia datang.

"Riki? Sejak kapan lo disini? Kenapa juga lo disini?'' Tanya Erlin.

"Udah kenapa si biarin aja dia disini,'' Kata Nia dengan mata yang berbinar. Riki berada di sebelahku juga Nia. Makanya Nia sampai seperti itu.

"Sejak gue denger lo ngomongin sodara gue. Dan untuk apa gue kesini? Tentu saja bertemu dengan my maid. Iya kan my maid?'' Kata Riki sambil merangkulku. Dan aku merasakan tatapan sinis itu lagi di sini.

"Ngapain nemuin aku? Emang ada apaan?'' Tanyaku sambil mencoba melepaskan rangkulannya.

"Lo lupa pesen gue semalem?'' Tanya Riki. Aku coba mengingat ngingat.

Flashback

Aku berada di ruang keluarga.
"Lo harus tanggung jawab Ra. Gue kepedesan sama keasinan gini. Pedesnya ga ilang-ilang ini. Lo kasih apaan si?'' Bentak Riki.

"Jangan salahkan aku, kamu yang mulai. Dengan tidak sopan menyuruhku. Aku tau kamu tamu kemarin, tapi kamu tidak seharusnya menyuruhku seperti itu. Memangnya aku pembantumu apa?!!'' Jawabku dengan mengebrak meja. Emosiku memuncak saat ini.

"Mulai berani my maid? Hebat,'' Katanya sambil tepuk tangan. Dasar bodoh, mana kata orang orang dia jenius? Nyatanya dia malah mengatakan hal yang melenceng dari pertanyaanku.

"Kamu aneh ya? Hah~'' Kataku sambil menghela nafas.

"Besok gue mau lo siapin bekel buat gue. Harus enak, kalo enggak...lo keluar dari pekerjaan lo,'' Katanya sambil tersenyum licik.

Flashback end

Masalah bekal toh. Benar-benar ya dia. Kalau mau apa apa harus diturutin dasar anak manja.

"Udah inget my maid?'' Tanyanya membuatku tersadar dari pikiranku.

Tanpa babibu, aku mendekati tasku dan mengambil bekal Riki kemudian memberikannya. Dia tersenyum melihat itu.

"Terus, perkataan lo yang tadi gimana Rik?'' Tanya Erlin.

"Oh, jenguk Rangga. Bisa kok, nanti pulang sekolah lo, Nia sama lo my maid temuin gue di parkiran,'' Jelas Riki sambil berlalu pergi membawa bekalnya.

================

Ea ea wkkwlwkwk makin abstrak cerita nih

Yang udah baca makasihnya hehehe

Ditunggu comment dan sarannya

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang