Flasback
Seorang pemuda mendekat ke meja kami. Ya dilihat dari sikap kedua temanku ini pemuda itu pasti sangat mempesona dan membuat terkejut. Tapi bagiku biasa saja. Pemuda itu tidak lain Dika. Entah apa yang membuat dia mendekat ke mejaku. Dan berhenti tepat didepanku.
"Gue boleh pinjem temen lo sebentar?'' Tanya Dika ke Erlin dan Nia.
~~
Semua orang memandangku. Ada yang cemburu, kesal, iri dan kagum. Yang memandangku kagum ya dua orang ini, Erlin dan Nia.
"Iya boleh!!'' Serentak Erlin dan Nia.
"Oke, thanks,'' Kata Dika sambil mengambil pergelangan tanganku dan membawaku keluar kantin.
Sontak saja membuat para fans Dika mengikuti. Namun mereka kecewa ketika langkah mereka terhenti karna para Devil menutupi jalan mereka.
Aku mengikuti langkahnya yang besar dengan sedikit berlari. Entah apa yang membuatnya seperti ini padaku.
Kami berada di taman belakang saat ini. Dika melepaskan tanganku kemudian aku memegangi pergelangan tanganku yang agak sakit karna di pegang kencang olehnya.
"Nih, tadi jatoh di deket tangga,'' Kata Dika sambil memberikan sesuatu yang aku kenal. Ya itu dompetku. Pantas saja seperti ada yang hilang dari genggaman tanganku tadi selain buku yang aku pinjam.
"Membawaku hanya untuk mengembalikan dompetku? Kenapa tidak di kantin saja tadi? Kau ini aneh atau apa?'' Tanyaku dengan beruntun. Ah sepertinya bicaraku mulai tertular Erlin.
"Ya itu doang, karna sepertinya akan menarik. Kalo gue aneh ga bakal gue punya fans,'' Jawabnya santai.
"Udahkan? Aku pergi sekarang,'' kataku sambil berjalan pergi
~~
Aroma yang sangat aku sukai tercium. Yap aroma kopi khas caffe ini. Tidak terlalu banyak pengunjung saat ini. Sejenak aku berfikir. Besok hariku tidak akan seperti biasanya.
Cring
Suara lonceng pintu berbunyi. Menandakan ada pengunjung yang memasuki caffe.
"Selamat datang,'' Kata kata yang wajib di berikan ketika pengunjung memasuki caffe.
Aku melihat seorang pemuda memakai jaket biru. Warna rambutnya yang hitam dan sedikit panjang serta paras wajah yang terbilang tampan dengan matanya yang terlihat tajam. Ciri-ciri ini sepertinya aku kenal. Tunggu, untuk apa aku mengingat itu?.
Pak manajer keluar menyambut pemuda itu. Pak manajer juga memanggil pemuda itu dengan ' Tuan Muda' beberapa kata untuknya sepenting itukah dia?.
Aku melanjutkan pekerjaanku, menggambil beberapa cangkir yang habis digunakan dan membawanya ke dapur untuk di cuci. Baru saja aku ingin masuk ke dapur..
"Clara,'' Panggil pak manajer, segera aku berjalan ke arag Pak Manajer dan pemuda itu.
"Ya pak, ada apa?'' Tanyaku.
"Clara patuhi apa yang tuan muda inginkan dan tetap disini sampai tuan saja yang memerintahkan kamu untuk pergi, nah tuan muda saya permisi dulu." Jawab pak manajer dan undur diri dari tempatku dan pemuda itu.
Aku melihatnya dengan teliti. Iya dia seperti..
"Kenapa? Terpesona sama gue?'' Dengan pedenya dia bertanya seperti itu. Aku melihat dia tersenyum licik.
"Maaf jika itu mengaggu anda, tapi anda terlalu menonjolkan diri. Saya tidak berfikiran seperti itu. Bisa saya catat pesanan anda sekarang?'' Jelasku sambil mengeluarkan memo dan pulpen.
"Menarik juga lo, Clara. Ga biasanya ada yang ga terpesona sama gue. Dan lo juga berani ternyata,'' Kata-katanya membuatku bingung. Apa sih maunya dia? Dan untuk dia yang memanggil namaku. Aku tidak heran dia tau namaku karna dengan jelas namaku terpampang di name tag.
"Maaf tuan, saya hanya melakukan pekerjaan saya. Jika anda belum ingin memesan saya akan kembali kebelakang,'' jelasku.
"Lo mau di pecat ya? Ya gapapa si kalo lo mau itu. Toh bukan gue yang rugi." katanya yang membuatku menegang. Jika aku di pecat bagaimana dengan sekolahku juga adikku. Pemuda ini makin lama membuatku kesal.
"Oke Clara, sabar-sabar'' batinku
"Anda mau memesan apa tuan? Saya masih memiliki pekerjaan di belakang tidak hanya untuk menunggu anda memesan apa,'' kataku.
"Pendengaran lo terganggu ya? Tadi manajer bilang apa ke lo? Gue ulangin ya, pekerjaan lo sekarang turutin perintah gue dan tetap disini, duduk di sana!'' jelasnya dan menyuruhku duduk di hadapannya.
Aku menurutinya, berbagai kata dan pertanyaan terlintas di kepalaku. Aneh, kepedean, ngeselin, ada apa dengannya? Dia siapa? Dan kenapa harus aku yang meladeni orang seperti ini. Untuk pertama kalinya aku merasa kesal seperti ini. Dia mengancamku dan ancaman itu sukses membuatku menurutinya.
"Sial.'' umpatku dalam hati.
~~
Aku merebahkan diriku di kasurku. Cukup melelahkan seminggu ini. Ya melelahkan meladeni orang sepertinya. Setiap hari 2 jam untuk meladeninya. Dan kenapa pak manajer menyuruhku untuk meladeni orang itu. Satu kata untuk pemuda sepertinya 'MENYEBALKAN' dengan penekanan di setiap huruf.
"Kak, ada telepon buat kakak,'' Teriak Rafael dari ruang keluarga.
"Iya, sebentar," enggan sekali tubuhku meninggalkan kasurku ini. Aku bangkit dan menerima telepon itu.
"Ya, disini clara, ini siapa ya?''
Kataku."Hei my maid..'' suara yang membuatku kesal datang lagi.
"Dengar ya aku bukan pelayanmu. Dan jangan mengusikku. Tidak cukup kah 2 jam setiap hari untukmu mengerjaiku?'' Perkataanku terdengar oleh adikku. Membuat sebelah alisnya terangkat. Menandakan dia bingung.
======================
Hai kalian makasih ya udah baca.
Maaf klo ada typo maklumin masih belajar heheh.Ditunggu vote & sama coment comentnya hehe
See you~
======================

KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in Love (Revisi)
RandomCaffe mungil yang terbuat dari kayu indah itu berdiri kokoh diantara beberapa gedung gedung besar yang telihat sangat tua. Caffe ini terdapat teras kecil yang cantik, mewah juga indah. Tanaman warna warni mewarnai setiap sisi dan sudut teras kecil n...