17

388 23 6
                                    

Akhirnya selesai juga nasi gorengnya. Tinggal bikin teh terus manggil mereka deh. Tapi kalau di pikir pikir...bukannya nanti siang Rafael baru pulang? Apa jadwal pulangnya di percepat? Ah sudah lah yang penting Rafael pulang.

"Curang lo kak, pertandingan ini gue minta ulang!!'' Kata Rafael.

"Yeh jadi nyalain gue. Lo nya aja yang payah. Udah ngajakin tanding akhirnya kalah juga lo. Mending tadi gue lanjutin tidur,'' Kata Riki.

Benarkan mereka ramai kalau bertemu. Seperti keluarga saja. Eh? Apa yang ku pikirkan tadi? Ga..enggak bakal aku sama Riki. Aku menggelengkan kepalaku. Membuang jauh jauh pemikiran itu.

"Eh kalian ayo makan dulu. Udah jadi nih nasi gorengnya," panggilku. Tak lama Rafael datang dan langsung duduk di kursi. Ada yang tidak terlihat batang hidungnya disini.

"Tuan menyebalkan mana?'' Tanyaku.

"Tu ke kamar mandi,'' jawab Rafael.

Kringgg
Terdengar suara telepon berbunyi.

"Raf, kamu makan aja duluan. Kakak mau angkat telepon dulu ya,'' kataku sambil bangkit.

"Oke,'' jawab Rafael.

Aku mendekati telepon dan mengangkatnya.

"Halo,'' kataku.

"Halo, selamat pagi. Apa ini Clara Angele?'' Tanya seseorang dari sebrang sana.

"Iya, ini siapa ya?''

"Saya pembimbing dari study tour. Ingin mengabarkan saudara anda bernama Rafael......saat ini dirumah sakit xx sedang ada di ugd dan masa kritis...'' seketika tanganku lemas sampai gagang telepon kulepas. Tapi mana mungkin? Rafael? Langsung saja aku berlari ke meja makan

Kosong!! Tidak ada orang. Dan makanan masih utuh untuk 3 orang. Tapi tadi Rafael makan dia sudah makan sesuap. Kudekati sendok yang tadi di genggap Rafael. Bersih. Tidak ada tanda adanya minyak yang menempel. Pikiranku kacau. Langsung saja aku mencari Rafael di seluruh ruangan rumah. Tidak ada. Dimanapun tidak ada.

"Rafael...Rafael..kamu dimana? Raf jangan bercanda deh..Raf kalo kamu ga keluar dari hitungan ketiga kakak bakal marah sama kamu!" Kataku dengan tangis yang ku tahan.

Tak lama Riki keluar dari kamar mandi. Langsung saja aku berlari mendekatinya.

"Rik, tadi kamu maen sama Rafaelkan? Kamu liat Rafael tadi kan? Tadi kamu juga debat sama Rafaelkan? Dia tadi teriak-teriak bareng sama kamu kan? Kamu liat tadi dia di meja makan kan? Rik, cepet jawab!" Tanyaku dengan mata berkaca kaca.

"Hei, tenang Ra, apa yang terjadi?'' Tanya Riki.

"Tadi..guru sekolah Rafael Mereka bilang Rafael di ugd dan kritis...aku lari ke meja makan dia ga ada, tadi juga aku udah kesemua ruangan tapi dia..dia..'' aku tak sanggup melanjutkan kata kataku. Air mataku juga mulai membasahi pipiku.

Aku merasa masuk kedalam pelukan. Tangisanku pecah seketika. Aku bingung harus apa. Kalau benar yang di sana Rafael. Lalu tadi siapa?

"Ayo kerumah sakit sekarang,'' kata Riki

~~~~~~~~~~~~

Aku melihatnya dari balik kaca. Seseorang yang kukenal terbaring dengan alat alat yang tidak terlalu kenal. Ya benar Rafael ada di dalam sana. Terlihat alat pendeteksi detak jantung menunjukan jantung Rafael lemah.

Aku ingin disampingnya. Memberikan dukungan dia bisa melewati masa kritis itu. Tapi aku tidak diizinkan masuk oleh dokter dan yang bisa kulakukan hanya berdoa agar orang yang kusayangi tidak meninggalkanku lagi. Hanya Rafael satu satunya yang kumiliki didunia ini. Dia yang membuatku bertahan sampai sekarang. Kalau dia pergi mengikuti jejak ibuku. Entah apa yang akan terjadi padaku kedepannya.

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang