26

29 1 0
                                    

"U-LANG-I!!" Kata Riki dengan tegas. Padahal dia belum mencicipinya tapi sudah memintaku ingin membuat ulang kopinya?! Kesabaranku habis sudah. Ini sudah keterlaluan!

"Apa kau gila?! Aku lelah! Dasar MENYEBALKAN!!" Teriakku dan berlari pergi meninggalkan cafe.

Aku tidak peduli dengan arah pandang semua orang yang sudah tertuju padaku. Yang aku butuhkan sekarang KETENANGAN! Tanpa bisa kutahan lagi air mataku mulai mengalir dengan derasnya.

Aku tidak tau pergi kearah mana, hanya mengikuti kakiku pergi.

Riki pov
Sial! Ada apa denganku?! Aku benar benar sudah keterlaluan! Karna perasaan ini aku jadi melupakan hal penting. Kesabaran ada batasannya. Jangan sampai membuat orang yang sudah sabar sampai kehilangan kesabarannya. Karna sekalinya mereka lelah.

Rasa cemburuku memang keterlaluan. Tapi...aku baru merasakannya saat ini. Rasanya itu benar benar tidak enak. Ada rasa sakit bercampur emosi.

Aku hendak pergi mengejarnya. Namun seseorang yang membuatku kesal sudah mengejarnya lebih dulu. Siapa dia sebenarnya?!

Dengan cepat aku mangambil hp yg ada di saku celanaku dan menghubungi seseorang.

"Cari tau siapa yang bersama dengan Clara!!'' Kataku dengan tegas dengan orang yang kuhubungi. Karna tak ada yang bisa ku kerjakan lagi di sini. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah untuk menenangkan pikiranku.

Aku benar benar tidak tenang. Siapa dia? kenapa begitu dekat dengan Clara? Ini membuatku gila. Kalau begini tidak ada jalan lain.

Riki pov end

Clara pov

Ada apa dengannya? Apa salahku? Tidak. Ini semua memang kelakuan dia yang dari lahir sepertinya sudah mengesalkan. Ah sakit sekali, hatiku sakit ketika Riki seperti itu. Ku rasakan kehadiran seseorang di sampingku. 

"Udah lanjutin aja nangisnya sampe puas, gue temenin doang kok biar ga ada yang ganggu" Ah sosok kakak yang palingku sukai.

"Maafkan aku kak, aku selalu merepotkanmu" kataku

"Apaan si lo. Udah tugas gue buat jagain lo sekarang Clara" jawabnya

"Kak Gen, jangan melakukan apapun padanya ya.." kataku sambil bersandar di bahunya

"Tau aja si Ra. Kalo gue mau kerjain itu cowo, gue ga bisa janji kalo buat itu Ra" kata kak Gen sambil mengusap rambutku.

"Kak Gen.."

"Iya, baiklah" jawab kak Geno.

Tanpa terasa, sudah cukup lama aku dan kak Geno berada di taman ini. Udara malam mulai terasa dingin. Kak Geno memakaikan jaketnya padaku. 

"Ga usah kak" kataku

"Lo itu ga sadar, Ra kalo cuma pake baju kerja doang. Baju sama jaket lo kan ditempat kerja. Lo tadi maen lari aja dari sana" Ah benar, karna terlalu kesal. Aku lupa segalanya.

"Yuk pulang. kelamaan di sini nanti lo sakit. Nanti gue ga bisa nyobain masakan lo. Terus malah lo yang nyobain masakan gue" canda Kak Geno.

"Udah bisa masak emang? Jangan membuatku jadi kelinci percobaan masakkan mu ya ka" kataku sambil tertawa kecil

"Yeh lo ga tau aja gue belajar masak dari ahlinya. Pasti lo bakal ketagihan" kata Kak Geno dengan sikap percaya dirinya.

"Ihs, percaya diri banget kak" kataku sambil tersenyum tipis

~~~~~~~~~~~

Ah bisa gila aku jika seperti ini terus. Tak lama aku sampai di rumah. Riki sudah ada di ruang tengah dengan santainya bermain PS. Dia tidak seperti ada salahnya sama sekali. Untung saja Kak Gen menolak ajakanku tadi untuk mampir sebentar sekedar minum teh. Aku tidak mau memperpanjang masalah. Kuputuskan untuk menenangkan diriku sambil berendam dengan air hangat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang