part 15

420 26 0
                                    

Flashback

Namun kurasakan tanganku di pegang dengan erat. Aku kembali menatapnya dan menunjukan raut yang mengatakan aku malas bicara dengannya.

"Oke langsung pointnya,'' Kata Riki.

~~~~

Entah kenapa aku merasa takut. Raut wajahnya seketika berubah. Ada kesedihan di dalam matanya. Apa dia ada masalah? Dia tidak biasanya seperti itu. Ah sial!! Aku sudah mulai peduli dengannya.

"Lo suka sama Dika?'' Mendengar itu membuatku kesal. Kenapa dia menanyakan hal itu?

"Iya aku suka, kenapa?'' Jawabku tanpa berfikir

"Gue nanya serius ini, Ra. Lo beneran suka?'' Tanyanya lagi.

"Iya Riki,'' Jawabku kembali.

Aku merasa dia mulai melepaskan tanganku dan berbalik. Entah apa yang dia pikirkan saat ini.

"Yaudah,'' Katanya dan mulai melangkah.

Melihat Riki melangkah menjauh membuatku sesak. Hanya sejauh inikah? Tunggu apa yang aku pikirkan? Apa aku....

"Ingat maid, gue ga peduli lo suka sama siapa. Permainan kita masih berjalan. Masih ada 1 setengah bulan lagi dan gue bakal buat lo takluk didepan gue. Dan gue yang bakal menang,'' Katanya dengan sedikit berteriak.

"Eh?'' Hanya kata itu yang sangat pas dengan kebingunganku saat ini.

"Maid buruan jalannya dong! dingin nih,'' Katanya

"Sesuka hatiku dong. Yang punya kaki kan aku. Lagian kenapa kamu lewat sini? Rumahmu kan lewat jalan kiri, Kamu bilang mau balik kan?'' Kataku.

"Iya balik kerumah, rumah lo kan rumah gue juga,'' pernyataannya membuat amarahku naik keubun-ubun

"Hah?! Sejak kapan?! Jangan ngaku rumahku jadi rumahmu juga! Aku membayar rumah itu dengan kerja keras,'' Kataku.

"Emang lo pikir perantara duit lo dari mana? Dari gue. Lo ini bodoh ya? Apa ga pernah nyadar? Apa pikiran lo yang ga pernah mikir gue ini siapa?'' Katanya.

"Kamu siapa? Untuk apa aku memikirkan itu?'' Kataku dan dia menghela nafasnya.

"Udahlah, ga penting. Lo ngapain masih disitu? Buruan jalannya, gue pengen menghangatkan badan nih,'' Katanya dan entah kenapa aku langsung saja mendekatinya. Dia kembali melangkah dan aku mengikutinya. Dan aku sadari aku tersenyum tipis saat ini.

Sampainya dirumah, Riki seperti biasanya menyuruhku ini itu. Padahal ini rumahku kenapa aku seperti pembantu di rumahku sendiri? Riki MENYEBALKAN!!!

"Lo kenapa maid? Kesel gitu? Coklat panasnya juga ga diminum, lo enggak mau? Dari pada di buang mending buat gue sini,'' Kata Riki sambil mengambil gelasku.

"Ih apaan si?! Aku mau tau, sini balikin,'' Kataku sambil mencoba mengambil gelasku kembali. Namun Riki berdiri dan mengangkat gelasku tinggi-tinggi. Otomatis aku mengikutinya berdiri dan menggapai gelasku.

"Lo ga bakal bisa ngambil. Liat lo itu pendek. Dasar maid pendek,'' Kata- katanya selalu saja membuatku kesal. Aku memang pendek kalau di bedakan bersama Riki yang tinggi 178 cm dan aku 169 cm. Tapi aku tinggi jika dibanding Erlin dan Nia.

Ah aku menyerah. Riki dengan santainya meminum abis coklat panasku. Aku tidak bisa menggapainya. Mataku tetap memandang Riki.

"Ra, lo suka sama Riki. Kenapa lo masih ga sadar si? Kalo lo ga segera bertindak, Riki bakal pergi jauh dari lo. Emang si beritanya belum kesebar. Tapi di udah mau tunangan sama Charlene anak pengusaha yang terkenal itu. Coba deh lo pikirin baik-baik. Dia udah bantuin lo banyak. Dia yang bantuin lo selama ini Ra. Dia kasih lo perkerjaan di sini. Dia juga kayanya suka sama lo Ra,'' Perkataan Erlin tadi siang terlintas di pikiranku.

Ya, mengenai Riki aku sudah tau siang tadi. Riki pemilik caffe tempatku bekerja. Tidak heran dia selalu mengancamku dengan ancaman mengeluarkanku dari sana. Aku heran kenapa dia menyembunyikan hal itu dariku? Tinggal bilang saja dia pemilik caffe itu dan mengeluarkan aku dengan sesuka hatinya. Tapi dia tidak melakukannya. Atau benar dia....

"Maid pendek!! Lo kenapa liatin gue begitu? Mulai suka sama gue ya? Ayo ungkapin aja,'' Perkataan Riki membuatku sadar dari pemikiranku.

"Hah? Dasar tuan kepedean, liat mukamu sana di kaca. Minum aja belepotan,'' Kataku sambil berjalan keluar dari ruang keluarga.

"Lo mau kemana maid?'' Tanya Riki.

"Mau tidur, kamu pulang sana,'' Jawabku sambil mengentikan langkahku

"Gue ga mau,'' Katanya. Sontak alu berbalik kembali menghadap Riki.

"Kamu gila ya? Apa kata orang kalau aku di rumah berdua denganmu? Jangan bikin rumit hidupku tolong,'' Pintaku.

"Ada syaratnya,'' Kata Riki

"Kenapa selalu ada kaya gitu?'' Tanyaku.

"Gue anggap itu 'iya' besok gue dateng kesini lagi dan lo harus ada disini,'' Katanya.

"Besok minggu tuan menyebalkan. Dan aku mengambil lembur besok. Datangnya minggu depan aja,'' Kataku.

"Enggak besok lo harus di rumah. Pikiran lo jangan ke kerjaan mulu kenapa si!'' Kata Riki, aku sudah sangat lelah hari ini. Perdebatan ini tidak akan selesai sampai kapan pun. Mau tak mau aku yang mengalah lagi.

"Iya, puas? Udah sana pulang,'' Kataku. Dia mulai berjalan mendekatiku dan berhenti tepat di depanku. Kurasakan tangannya berada di kepalaku.

"Bagus my maid. Sampai ketemu besok'' katanya sambil mengacak-acak rambutku dan pergi.

==============
Makin gaje aja ini ya ( ̄▽ ̄)
Autor pengen minta saran nih sama pembaca.

Autor pengen bikin sudut pandang dari Rikinya. Menurut kalian gimana?

Makasih yang tetep mau baca cerita gaje ini (*^ω^*)

Ditunggu coment dan sarannya (≧∇≦)b

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang