part 14

418 24 2
                                    

Kupandangi langit-langit kamarku. Hening. Padahal jam masih menunjukan pukul 7 malam. Sepi sekali rumah ini. Biasanya Rafael bergelut dengan ps yang dibelikan Riki. Rafael saat ini pergi study tour. Dua hari lagi baru kembali. Apa yang bisa kulakukan hanya sendiri seperti ini?

Aku berfikir untuk menghilangkan kebosanan ini. Nonton tv? Acara hari ini. Baca buku? Udah dibaca semua yang kupinjam dari perpus, itu juga belum di kembalikan. Rumah udah rapi juga. Apa besok aku lembur saja ya? Iya lebih baik 2 hari aku lembur

Kriiinng

Terdengar suara telepon dari bawah. Aku bergegas menuju telepon dan mengangkatnya.

"Halo, disini Clara,'' Kataku.

"Hei, Ra. Besok gue ga bisa anter lo. Soalnya ada urusan. Gapapa kan?'' Tanya seseorang dari sana. Entah kenapa aku sedikit kecewa. Bukan karna masalah antar pulang.

"Oh, iya gapapa kok Dik. Lagian kenapa pake ijin ke aku? Kan seterah kamu,'' Kataku.

"Kok lo kecewa gitu? Kenapa? Lo nunggu telepon dari orang laen? Apa lo mau gue anter pulang? Ya kalo emang mau nunggu si seterah lo. Gue bisa jemput lo jam 1 malem. Mau emang? Lagian kok lo ga punya hp si? '' Tanyanya.

"Enggak kok. Jadi orang jangan asal kenapa si! Ga usah. Aku pulang sendiri juga bisa. Untuk apa hp? Toh jarang yang menghubungiku. Aku juga jarang hubungin orang.'' Kataku.

"Galak amat Ra. Baru sehari kaga gue anter. Jangan galak-galak dong. Cepet tua lo,'' Katanya.

"Ihs ga jelas banget si. Yaudah kan gitu aja?'' Kataku.

"Yaudah, selamat malam cantik,'' Katanya dan aku hanya mengelengkan kepala. Dasar para modus.

Aku menutup telepon dan kembali ke kamar. Kenapa aku kecewa yang menelepon Dika? Jangan bilang kalau aku mulai menyukasi si tuan menyebalkan. Enggak, gak akan dan ga akan pernah terjadi.

Aku mengambil bantalku dan menaruhnya di atas mukaku kemudian..

"Menyebalkan!!!!'' Teriakku yang di redamkan oleh si bantal.

Keesokan harinya..

Langit hari ini tidak begitu indah. Terlihat gelap, menunjukkan hujan akan turun. Pagi ini aku sudah berada di caffe. Yap benar hari ini hari sabtu. Sekolahku libur dan aku bekerja dari pagi sampai sore. Tapi karna dirumah lagi sepi aku meminta lembur ke pak manajer.

Siang pun tiba. Seperti dugaanku hujan turun dengan derasnya saat ini. Untung saja sebelum berangkat bekerja aku menaruh jemuran di tempat yang aman. Biasanya Rafael akan mengangkatnya. Tapi kalian tau kan Rafael sedang tidak ada.

Hujan membawa rejeki tersendiri bagi caffe ini. Caffe terlihat sedang banyak pengunjung hari ini. Ya, karna saat dingin seperti ini enaknya minum yang hangat, manis, dan sedikit pahit.

Melelahkan juga melayani mereka. Tidak henti hentinya aku bolak balik ke pengunjung untuk mencatat dan memberikan catatan serta membawa pesanan. Sepertinya akan ada uang bonus. Yey!!

Kulihat jam menunjukkan pukul 3 siang. Biasanya tuan menyebalkan datang dan menyuruhku untuk ini-itu, damainya tidak ada dia, tapi...ah sudahlah.

Matahari menunjukan sinarnya. Hujan berhenti saat ini dan para pengunjung pergi ke tempat yang mereka ingin datangi.

Cring

Pintu caffe terbuka.

"Selamat datang,'' ucapku seketika sambil membungkukkan badan untuk memberi salam. Saat aku ingin menegakkan badanku, tiba-tiba saja ada yang memelukku. Sepertinya aku tau ini siapa.

"Araaaa, gue rindu banget padahal baru sehari ga ketemu,'' Kata Erlin.

"Tumben kamu kesini. Ada apa? Ada masalah? Kamu ingin cerita?'' Tanyaku sambil membalas pelukannya. Aku tau jika dia seperti ini pasti ada sesuatu.

"Eeeee, kenapa bisa tau? Ara, gue makin sayang sama lo. Sini-sini,'' Langsung saja tanganku di tarik olehnya ke kursi.

"Aku minta izin dulu ke manajer ya,'' Kataku.

"Udah gue aja, lo duduk sini jangan kemana-mana!!'' Katanya dia bangkit dan melangkah pergi.

Tak lama Erlin kembali. Dia langsung saja menceritakan hal-hal yang membuat dia resah. Ada rasa kecewa ketika aku mendengar itu. Ya, ini juga menyangkut Riki.

"Gue kayanya nyerah aja deh Ra, gak bakal bisa gue dapetin Rangga. Lo liat kan tadi dihp gue. Topik pembicaraan si Rangga tunangan, banyak banget Ra. Cewenya juga cantikkan di foto yang di uplod. Araaaa,'' Rengek Erlin sambil memelukku.

"Jangan gitu. Kamu cantik juga kok. Yang cantik itu harus hatinya Lin. Cantik diluarnya kan lama -lama hilang,'' Kataku menyemanggati Erlin.

"Okey. Tapi lo juga ya jangan nyerah sama Riki. Lebih baik lagi kalo lo ungkapin perasaan lo sebelum dia sama kaya Rangga,'' Kata Erlin

"Loh kok? Lin jangan berpikir aku suka sama tuan menyebalkan itu. Itu ga bakal terjadi Lin,'' Kataku.

"Ra, jangan boongin perasaan lo. Gue liat lo jadi jarang senyum sejak Riki ga nemuin lo, mungkin lo ga sadar. Tapi gue dan Nia liat perubahan lo,'' Kata Erlin.

"Ayolah Lin. Aku ga ada rasa seperti itu,'' Kataku.

"Hah, yaudah yang penting gue udah kasih tau lo ya. Awas nyesel kalo dia udah punya yang lain. Makasih juga ya Ra nyemangatin gue. Gue sayang lo Ra,'' Kata Erlin sambil memelukku erat.

~~~~~~~~~~~~

"Ra, jangan boongin perasaan lo. Gue liat lo jadi jarang senyum sejak Riki ga nemuin lo, mungkin lo ga sadar. Tapi gue dan Nia liat perubahan lo,''

Perkataan Erlin melayang-layang di pikiranku. Apa benar aku seperti itu? Aku menghela nafasku. Kalau itu benar apa yang harusku lakukan?

Bintang terlihat sangat indah dengan kegelapan malam. Angin memainkan helaian rambutku. Malam ini cukup dingin sampai aku menaikan syalku sampai mendekati hidung. Jam tanganku menunjukan pukul 9 malam. Lembur yang kuambil membuatku lelah. Tapi berada di rumah sepi, membuatku tidak betah. Benar-benar dingin malam ini. Aku ingin cepat sampai dirumah di temani secangkir coklat panas. Um pasti enak. Membayangkannya saja sudah terasa nyata.

"Clara,'' Suara yang sangatku kenal membuatku terhenti dari langkahku. Aku menoleh kesumber suara. Mataku terbelalak melihatnya. Mata hitam nan tajamnya seakan menusuk hatiku. Sudah berapa lama aku tidak melihatnya? Ini seperti saat aku melihatnya pertama kali. Apakah ini mimpi? Dia mulai mendekatiku.

"Jangan bengong maid. Ah, gue tau lo pasti kangen sama gue kan?'' Kata kepedeannya keluar.

"Enggak kok. Aku malah damai ga ada kamu. Udah jangan dateng lagi deh mendingan,'' Kataku sambil berbalik dan hendak berjalan lagi.

Namun kurasakan tanganku di pegang dengan erat. Aku kembali menatapnya dan menunjukan raut yang mengatakan aku malas bicara dengannya.

"Oke langsung pointnya,'' Kata Riki.

=========

Makasih udah baca ya ^^

Ditunggu coment dan sarannya



Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang