Aku melihat pantulan diriku di cermin. Amat buruk. Mataku terlihat sangat jelek, ya karna beberapa terakhir ini pikiranku mulai kacau. Baru beberapa minggu kepergian Rafael. Sudah ada lagi masalah. Kapan hidupku jauh dari beban pikiran?
Karna perutku mulai meraung kelaparan. Kuputuskan untuk kedapur dan membuat sarapan. Aku terdiam sejenak. Kemarin? Yang kuingat aku begitu menikmati tangisanku sampai aku tidak sadar aku sudah di kamar tadi pagi. Riki? Benar juga dimana dia? Apa dia pulang?
Aku manaruh pisau yang tadi sempat kugenggam. Mencari keberadaan Riki. Bagaimanapun walau dia sangat mengesalkna dia yang menemaniku kemarin. Aku menemukannya. Segera saja aku mendekatinya. Dia berbaring disofa sambil menutup matanya. Tentu dia tidur saat ini. Aku melihat wajahnya dengan dekat. Bulu matanya cukup panjang dan tebal ditambah dengan sudut matanya yang terlihat sedikit runcing. Pantas saja tiap dia melihatku tatapannya amat tajam.
Perasaanku begitu nyaman ketika didekatnya. Mungkin benar apa yang selama ini Erlin bilang padaku. Aku mulai menyukainya. Bukan lebih tepatnya sudah lama aku menyukainya tapi dengan egoku yang besar aku tidak mau mengakui itu. Aku sudah banyak merepotkannya. Apa aku pantas untuk mendapatkan Riki? Ah sepertinya tidak. Dilihat dari manapun aku tidak pantas bersanding dengannya. Aku hanyalah seorang gadis dengan keterbatasan, keluargaku sudah rusak sejak lama. Ditambah dengan seorang ayah yang baru mencariku setelah sekian lama. Sebenarnya aku ingin memaafkannya. Tapi mengingat dia yang menikah lagi ditambah meninggalkan ibuku demi seorang wanita itu lebih tepatnya istri kedua. Aku tidak bisa memaafkannya.Aku mendekatkan wajahku ke telinga Riki.
" Makasih udah ada buat aku disaat seperti ini. Tidak kau selalu ada untukku kapanpun. Aku....." bisikku. Kemudian bergegas kedapur untuk melanjutkan membuat sarapan.
Riki POV
Aku merasa Clara ada didekatku. Lebih baik aku tetap dengan kegiatanku.Ya, sebenarnya aku sudah bangun dari tadi. Hanya saja aku begitu memikirkan Clara. Sampai sampai aku menutup mataku merencanakan apa yang harus aku lakukan untuk melihatnya kembali tersenyum.
" Makasih udah ada buat aku disaat seperti ini. Tidak kau selalu ada untukku kapanpun. Aku menyukaimu " bisik Clara kemudian pergi meninggalkaku. Aku tersenyum. Dan disaat itulah perasaanku bersorak. Perasaanku akhirnya terbalas olehnya.
Aku membuka mataku. Baiklah harus bersikap seperti biasa Rik. Bagaimanapun aku ingin mengungkapkannya juga. Ah benar permainan itu, aku sampai lupa dengan permainan yang kubuat. Ah aku tidak jantan sekali, membuat seorang gadis yang harus mengakui perasaannya. Apa permainan itu kubatalkan saja? Ah tidak tidak, itu sama saja aku bukan laki laki jantan. Ah sudahlah itu aku pikirkan nanti saja.
Bergegas aku menuju kamar mandi. Membasuh wajahku dan menyikat gigi. Bersyukurlah aku hari ini libur. Jadi aku bisa bersama Clara. Aku mau menjahilinya sekarang.
Clara POV
Aku mendengar suara aliran air dari kamar mandi. Sepertinya Riki sudah bangun. Tau aja anak itu jika ada makanan. Ya masakanku sudah selesai. Sudah tertata rapi masakan yang ku buat. Benar benar tuan menyebalkan itu enak sekali hidupnya. Aku melepas celemekku dan menggantungnya disaat bersamaan mengambil syalku yang kugantung di dekat pintu masuk dapur.
Tak lama Riki datang dan langsung duduk dikursi. Tanpa babibu dia langsung saja makan. Ini anak beneran tidak ada etikanya untuk makan ya?
" Enak ya, bangun bangun langsung makan. Tanpa rasa bersalah ga nungguin makan. Kamu sebenarnya umurnya berapa si?" kataku sambil duduk dan memakan makananku.
" Enaklah. Gue kan tamu disini. Oh maunya ditungguin toh. Ah gue tau lo pasti udah suka gue kan. Sampe gue langsung makan ga nungguin lo aja udah ngambek " kata Riki tersenyum licik dan mengemut sendok yang dia gunakan untuk makan. Terkesan seperti King Devil.
" Yeee, kepedean banget si kamu. Itu ga bakalan terjadi. Wlee " kataku sambil melet dan melanjutkan makanku.
" Permainan ini akan gue yang menangkan maid. Entah sepertinya semalam gue bermimpi dan itu mimpi yang bagus. Dimimpi itu menunjukan lo mohon mohon ke gue buat nerima elo " jelas Riki sambil kembali menyendok makanan. Aku hanya diam. Malas meladeninya.
" Tuh kan apa yang gue bilang. Lo diem aja berarti gue benerkan. Mending lo akuin sekarang maid. Dari pada gue di rebut sama cewe laen " Lanjut Riki dengan pedenya. Aku hanya memutar kedua bola mataku menandakan aku benar benar malas dengan sikap pedenya.
" Kamu ga dicariin sama orangtua kamu apa? Dari kemaren udah dirumahku nginep lagi " kataku mencoba mengalihkan pembicaraan. Dan penasaaran juga, dia sepertinya memang tidak betah dirumahnya sendiri atau bagaimana?
" Orangtua gue sibuk kerja. Lagiankan lo udah tau juga dirumah gue gimana. Cuma ada bi Sumi sama beberapa pembantu lain. Mereka juga udah tau kebiasaan gue ini" Jawabnya. Ada rasa senang juga disitu aku berhasil mengalihkan pembicaraannya. Aku hanya mengangguk tanda mengerti
" Abis ini buruan mandi. Pake baju yang santai aja. Kita pergi abis ini. dan gue ga menerima penolakan " kata Riki.
" Tuan yang pintarnya ga ketulungan. Coba liat ini jam berapa?! Pagi pagi buta mao kemana si? Dan lagi emangnya hidupku hanya untuk meladenimu? Aku masih banyak tugas tau! " jawabku. Memang ini masih terlalu pagi untuk keluar. Lebih tepatnya ini baru jam 5. Aku merapikan alat makan yang tadi digunakanku dengannya kemudian mencucinya.
" Gue kan udah bilang. Ga ada penolakan maid. Atau...lo mao keluar dari tempat kerja? " Ancam Riki. Aku menghela nafas panjang.
" Iya iya. Tapi please, biarkan aku menyelesaikan tugas rumah dulu oke? " kataku mencoba menahan semua amarahku. Padahal tadi sebelum dia bangun moodku amat bagus. Tapi seketika runtuh karna taun menyebalkan itu.
" Ga " katanya singkat, padat dan jelas tidak mau di bantah.
" Menyebalkan!! " teriakku dalam batin.
=================
Ola minaaa ^^
Makasih yang masih mau baca cerita ini yaa
Saran dan comen ditunggu
Vote jangan lupa ya hehehe
Mohon terus ikuti cerita ini ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl in Love (Revisi)
RandomCaffe mungil yang terbuat dari kayu indah itu berdiri kokoh diantara beberapa gedung gedung besar yang telihat sangat tua. Caffe ini terdapat teras kecil yang cantik, mewah juga indah. Tanaman warna warni mewarnai setiap sisi dan sudut teras kecil n...