part 18

311 23 2
                                    

Clara pov
Kubuka mataku perlahan kemudian bangkit. Sejak kapan aku disofa? Kulihat Riki tertidur di kursi dekat jendela. Pasti dia yang membawaku ke sofa.

Matahari memancarkan cahayanya. Kulihat jam menunjukan pukul 6 pagi.
Kudekati Rafael. Dia tetap sama. Tidak menunjukan pergerakan apapun. Kuputuskan duduk dan menemaninya kembali.

"Rafael, kakak mohon buka matamu, jangan meninggalkanku seperti ibu dan ayah,'' kataku pelan.

Kurasakan seseorang mendekat padaku. Aku melihat Riki yang sudah ada di dekatku.

"Riki, kamu sudah bangun ya? Terima kasih semalam,'' kataku sambil melihatnya

"Hm. Gimana kondisinya?'' Tanyanya

"Masih sama,'' kataku sambil kembali menatap Rafael.

Mataku terbelalak. Rafael menunjukan pergerakan. Aku sangat senang sampai air mataku ingin keluar.

"Raf, kamu denger kakak?'' Kataku. Dan mulai mata Rafael terbuka perlahan.

Rafael mengedarkan pandangannya dan melihat kearah Clara. "Kak,''

Aku benar benar sangat bahagia. Dokter, aku harus panggil dokter. Aku bangkit dan langsung keluar kamar mencari dokter meninggalkan Riki dan Rafael di kamar.

Aku melihatnya. Seseorang berjas putih, langsung saja aku menghampirinya.

"Dok, aku mohon dokter ikut aku sekarang ke kamar adikku,''

Sementara itu di kamar

Riki pov

"K..kak Riki..ada sesuatu yang ingin aku minta...'' pinta Rafael dan aku langsung mendekatkan diriku.

"Jangan banyak bicara dulu. Tunggu sebentar ya, kakak lo lagi manggil dokter,'' kataku.

"Kak...jaga kak Clara ya, aku sangat lelah. Ingin istirahat,'' kata Rafael.

"Lo harus bertahan Raf, buat kakak lo, dia butuh elo Raf !'' Kataku. Perlahan detak jantung Rafael melemah. Matanya pun mulai menutup.

"A..ku yakin kak Riki bisa jaga kak Cla..ra,'' kata Rafael pelan.

Kudengar derap langkah kaki yang cukup banyak dan mulai memasuki kamar ini. Tak lama ku rasakan seseorang memegang bahuku dengan kuat . Aku menoleh.

"APA YANG KAMU LAKUKAN?!" Teriak Clara.

"Ra, tenang,'' kataku.

Dokter mulai memeriksa keadaan Rafael dibantu dengan 3 suster. Salah satu dari mereka mendekat padaku dan Clara.

"Tolong kalian berdua keluar dulu,'' pinta suster kepadaku dan Clara.

"ENGGAK AKU MAU DISINI!!" kata Clara. Dengan sigap aku memeluk Clara dan membawanya perlahan ke luar.

"LEPAS, JANGAN SENTUK AKU! AKU MAU DI DALAM!" Clara berontak dengan kuatnya, melihat Clara yang seperti ini membuatku sakit. Aku tetap memeluknya. Malah semakin kuat. Aku berhasil membawa Clara keluar dari kamar Rafael.

"LEPAS! LEPASKAN AKU BODOH!!" teriak Clara lagi. Tak lama ada suster datang mendekatiku. Suster di dekat sini pasti mendengar keributan yang dibuat Clara.

"Apa yang terjadi?'' Tanya suster. Clara tetap saja meminta ku melepaskannya.

"Bisakah anda membuat dia tenang?'' Tanyaku.

"Baiklah,'' kata suster, dia mengambil jarum suntik dan membuka tutupnya kemudian menyunyik Clara.

Kurasakan Clara mulai tenang. Dia tidak berontak lagi. Perlahan matanya menutup
"Ra..fa....el,''

Aku mengangkatnya dan menidurkannya kekursi tunggu.
Tak lama dokter keluar dari kamar Rafael.

"Bagaimana keadaanya?'' Tanyaku.

...................

Riki pov end

~~~~~~~~~~

Clara pov
Mataku terasa sangat berat. Kucoba membuka perlahan. Pengelihatanku sedikit buram, perlahan aku melihat dengan jelas. Ruangan disini cukup gelap karna lampu dikamar ini mati dan dinding yang berwarna biru tua. Aku mengingat sesuatu..

"Rafael''

Langsung saja aku bangkit dan dan berlari keluar ruangan ini, setelah keluar aku melewati lorong. Entah aku berada di mana sekarang. Yang penting aku menemukan adikku.

Baru saja aku menemukan pintu keluar. Kurasakan tanganku dipegang dengan kuat dan membuat langkahku terhenti. Aku berbalik dan melihat seseorang yang memegangi tanganku. Riki.

"Lepasin, Rik!!'' Kataku sambil melepaskan tanganya padaku.

"Ini udah malam, Ra'' katanya

"Aku harus ke Rafael!!'' Kataku tegas. Kulihat raut mukanya menunjukan kesedihan. Tak lama dia memelukku dengan erat. Ada apa dengan orang ini? Aku harus menemui Rafael dia tau aku sedang cemas kenapa malah menghambatku? Langsung saja aku berontak

"Rik, lepas!! Aku harus...''

"Rafael udah pergi, Ra!!'' Aku terbelalak seketika badanku lemas dan aku berhenti memberontak.

"Biarkan dia beristirahat dengan tenang, Ra,'' lanjutnya, air mataku turun perlahan dan semakin derasnya. Perlahan aku memegangi baju Riki dan meremasnya dengan kuat.Hatiku sangat sakit.

Ini salahku. Aku bukan kakak yang baik, aku tidak berguna, bodoh, ceroboh. Seharusnya aku lebih kuat lagi melarangnya.

Rafael..mengapa? Mengapa kau mengikuti jejak ibu? Kenapa kamu memilih bersama ibu dari pada aku? Apa yang harus kulakukan? Tidak ada gunanya lagi aku disini.

Kepalaku sakit. Pikiranku benar benar kacau.
Clara pov end

Riki pov
Entah sudah berapa lama kami diposisi ini. Namun kurasakan nafas Clara mulai teratur, dia juga sudah berhenti menangis sejak tadi. Dia pasti kelelahan dan tanpa sadar tidur.

Aku menggendongnya kembali ke kamarku. Setelah menaruhnya di kasurku. Aku ingin beranjak pergi. Namun tangannya masih memegangi bajuku dengan kuat. Kudekatkan wajahku ketelinga Clara.

"Aku tidak akan pergi lama,'' bisikku dan mencoba melepaskan tangan Clara dari bajuku. Setelah terlepas aku menaikan selimutnya dan memandanginya.

"Maafkan kami, kami sudah berusaha sebisa mungkin menyelamatkannya. Namun Tuhan ternyata sangat menyayangi adik anda dan memintanya kembali.''

Terlintas perkataan dokter tadi pagi teringat di kepalaku. Ya, dokter mengatakan Rafael sudah meninggal. Setelah dokter mengatakannya, pemakaman Rafael segera ku buat tanpa adanya Clara. Aku yakin dia akan membenciku nanti.

Karna saat itu aku bingung menitipkan Clara kemana. Aku memutuskan untuk membawanya kerumahku. Karna di sana ada yang bisa menjaganya.

Aku menghela nafasku dan keluar dari kamarku menuju dapur dan mengambil segelas air kemudian meminumnya.

"Tuan? Kenapa tuan ke dapur? Anda bisa memanggil saya jika anda ingin segelas air,'' aku menoleh dan melihat salah satu pembantuku yang sudah lama bekerja di rumahku dan dia berada tepat di ambang pintu dapur.

"Gapapa, ini juga udah larut. Jam kerjamu kan sudah selesai sekarang. Istirahat lah,'' kataku.

"Baiklah, tuan. Tapi jika anda membutuhkan sesuatu panggil saya saja,'' katanya sambil berlalu.

Aku kembali kekamar. Memandangi Clara. Mengingat tadinya Clara sudah mulai kembali ceria kembali rapuh.

"Aku akan melindungimu, manjagamu, dan membuatmu ceria kembali. Aku janji!!'' kata Rafael sambil mencium kening Clara.
Riki pov end

============
Ola minaaaa~
Maaf ya updetnya lama
Soalnya ada uts

Sekarang juga lagi banyak kegiatan di sekolah. Jadi tolong di maafin ya kalo lama updet

Makasih udah baca lanjutannya
Maap kalo gaje juga

Ditunggu coment dan sarannya

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang