part 19

344 21 0
                                    

Riki pov
Tercium aroma yang sangat harum. Tidak biasanya bi Sumi membuat makanan seharum ini pikirku. Aku bangun dari tidurku dan mendapati Clara yang sudah tidak ada di kasur milikku. Langsung saja aku mencarinya.

Aku masuk ke dapur dan menemukannya. Seorang gadis mengikat rambutnya tinggi tinggi, memakai celemek dan sedang berdiri di dekat kompor. Satu benda yang tidak terlihat melekat padanya saat ini. Ya, syalnya, kulihat syalnya ia gantung di kenop pintu dapur.  Dia mengaduk ngaduk masakannya. Kemudian mencicipinya. Aku menghela nafasku. Syukurlah dia tidak pergi.

Dia terlihat baik baik saja hari ini. Apa dia tidak apa apa? Apa dia menutupi kesedihannya? Banyak yang ingin kutanyakan sebenarnya. Tapi kuurungkan niatku.

Kulihat jam menunjukan jam 4.00, kalau bi Sumi jam segini saja masih tidur. Karna penasaran aku mendekatinya.

"Masak apaan, Ra?'' Tanyaku.

"Loh Rik? Udah bangun? Kenapa ga tidur salamanya aja?'' Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah balik tanya.

"Sialan lo,'' kataku. Dan dia tertawa pelan.

Manis

Itulah kata yang cocok ketika melihat Clara tertawa pelan

"Ra, cuma bikin makanan doang? Minumnya mana? Aus nih,'' pintaku sengaja memancing kesalnya.

"Belum, abis ini jadi baru minumnya. Kalo mau minum sekarang ambil sendiri aja. Ini kan dapurmu. Pasti tau kan air minum dimana?'' Jawabnya yang entah mengapa membuatku kesal mendengarnya. Dia kok jadi ngeselin gini?

"Udah tau ini dapur gue, kenapa lo maen pake aja? Ga ijin dulu ke gue?'' Kataku sambil mengambil segelas air.

"Kamu pernah bilang rumahku rumahmu juga kan? Berarti rumahmu rumahku juga,'' jawabnya. Kesalku susah memuncak.

"Ra, kok lo jadi ngeselin si?'' Tanyaku.

"Masa? Kok aku merasa biasa aja ya? Kamu kali kebawa perasaan,'' jawabnya. Lihat dia jadi ngeselin.

Apa ini yang dia rasakan saat aku mengesalkannya? Aku menghena nafasku. Kemudian meminum air yang tadi kuambil.
Riki pov end

Clara pov
"Masa? Kok aku merasa biasa aja ya? Kamu kali kebawa perasaan,'' jawabku. Entah kenapa sejak awal dia mengajakku bicara aku ingin mengerjainya.

Kulirik sebentar kearahnya. Dia menghela nafasnya kemudian meminum air yang ambil tadi.

"Biar kamu rasakan apa yang aku rasakan selama ini, Rik,'' batinku sambil tersenyum tipis.

Suasana hatiku sudah membaik saat ini. Ya, aku bermimpi sesuatu yang sangat indah.

"Maid udah belum si? Laper nih. Lama banget si lo buatnya,'' kata Riki.

"Iya, ini juga udah mateng. Mending kamu siapin mangkok sama sendok sana,'' kataku.

"Kok gue? Itu kan udah tugas lo maid,'' kata Riki.

"Mau makan apa enggak? Kalo ga mau ya tinggal dibuang sayurnya,'' kataku sambil bersiap mengangkat panci untuk menempatkanya di washtafel.

"Sialan lo maid, iya iya gue ambil,'' kata Riki sambil bangkit dan medekati rak piring.

"Dasar. Liat aja lo maid gue bales kalo gue udah selesai makan,'' terlihat Riki ngedumel sambil mengambil peralatan yang kuminta dan menatanya. Aku tertawa, kapan lagi melihat Riki yang kesal olehku.

Setelah siap semua. Aku mengambil syal yang sengaja ku taruh di kenop pintu dapur. Karna takut syal yang menjadi pemberian ibuku terlahap di makan api. Lebih baik aku mengantungnya bukan?  Kami memulai acara makan. Di sela sela makan kami. Aku mengerjainyanya dan melihat reaksi Riki membuatku tertawa.

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang