Sucks Men (Part 2)

472 34 3
                                    

Flashback

Aku bangkit dan menerima telepon itu.

"Ya, disini clara, ini siapa ya?''
Kataku.

"Hei my maid..'' suara yang membuatku kesal datang lagi.

"Dengar ya aku bukan pelayanmu. Dan jangan mengusikku. Tidak cukup kah 2 jam setiap hari untukmu mengerjaiku?'' Perkataanku terdengar oleh adikku. Membuat sebelah alisnya terangkat. Menandakan dia bingung.

~~

"Kenapa El?'' Tanyaku ke Rafael sambil menutup telepon.

"Gapapa si kak, cuma tumben aja kakak suaranya kenceng. Biasanyakan kecil-kecil gimana gitu. Akhir-akhir ini kakak juga kaya kesel gitu, ada apaan si kak?'' Kata-kata Rafael membuatku berfikir.

Benar kata Rafael, sejak kapan aku seperti ini? Aku bertanya-tanya dalam diriku

Kring..kring

Dering telepon menyadarkanku dari fikiranku. Ah, nanti saja mikirnya. Yang harus aku lakukan menyelesaikan ini dulu. Aku mengangkat telepon itu. Dengan adikku yang sudah hilang entah kemana.

"Ya, disini Clara. Ini siapa?'' Tanyaku.

"Kenapa ditutup my maid?'' Jawabnya.

"Cepat apa yang kau mau sekarang?'' Tanyaku dengan menahan sesuatu yang ingin meledak-ledak dalam diriku. Mungkin ada yang salah dengan diriku.

"Besok gue jemput lo, jangan ngaret dan gue ga menerima penolakan, oke?''kata-katanya sukses membuatku hilang kesabaran

"Ngapain lagi si?!! Kamu ga ada kerjaan sampe jemput aku?!! Lagian besok jadwal pagiku itu sekolah, bukan kerja ngerti?!'' Jawabku agak teriak.

"Wow, sepertinya aku berhasil membangunkan sang macan sekarang? Untuk jadwal pagi lo ya gue tau lah kesekolah, makanya gue jemput lo besok jam 6:30. Coba lo liat jam sekarang,'' Pintanya yang entah kenapa aku menurutinya. Aku lihat jam menunjukan jam 10 tepat.

"Jam 10 sekarang, kenapa?'' Tanyaku masih dengan nada bicara yang sama.

"Jam 10 apa?'' Tanyanya lagi. Dia bodoh atau apa si? Tidak melihat suasana diluar apa?

"Malam,'' Jawabku.

"Malam juga my maid. Tidur sana. Mimpiin gue ya, jangan kangen sama gue. Besok kan kita ketemu,'' Katanya

Tut..tut..tut

Terdengar sambungan telepon yang terputus.

"Kepedean banget itu anak, dasar aneh,'' umpatku.

Aku memutuskan untuk kembali kekamar dan merebakan badanku. Pikiranku terngiyang ngiyang dengan perkataan adikku.

tumben aja kakak suaranya kenceng. Biasanyakan kecil-kecil gimana gitu. Akhir-akhir ini kakak juga kaya kesel gitu

Apa ini yang disebut emosi? Tidak biasanya aku merasakan diriku dalam rasa yang bercampur aduk. Kesal. Marah. Meledak-ledak. Ingin berteriak dan entah kenapa aku merasa tadi sedikit...

Bebas

Ya aku merasa bebas. Meluapkan semua perasaanku saat itu. Aku menyukai kebebasan ini.

~~

Aku tak percaya ini. Pagi-pagi seperti ini aku melihat segerombolan parempuan yang memandangi seorang pemuda. Dia terlihat sangat baik. Apa maksudnya ini?

Dia menyadari aku menatapnya. Dia tersenyum licik.

"Maaf ya, aku saat ini ingin berdua dengan pacarku,'' Katanya dengan lembut kepada mereka.

Terlihat mereka ada yang iri, kesal, dan kecewa. Akhirnya mereka pergi. Dan saat ini hanya aku, dia dan adikku.

"Mulai suka sama gue?'' Katanya dengan pede.

Terlihat perubahan padanya. Ya wajah yang kubenci terlihat lagi. Jadi dia berpura pura manis di depan mereka? Aku cukup kasian pada mereka yang tidak tau sifat lelaki ini.

"Apa?! Jangan asal bicara ya! Aku merasa kasian pada mereka yang tidak tau sifatmu yang sebenarnya, bersifat manis didepan saja,'' kataku dengan kesal.

"Hoh..lo cemburu liat gue sama cewe-cewe tadi karna gue manis didepan mereka?'' Kata-katanya membuatku naik darah.

"Lo siapa?'' Tanya Rafael pada pemuda itu yang sampai sekarang aku tidak tau namanya. Rafael sudah ada di depanku. Entah apa yang ingin Rafael lakukan

"Ah, lo adenya Clara?'' Pertanyaan balik dari pemuda itu.

"Iya, ada urusan apa lo sama kakak gue? Lo, yang buat kakak gue kesal akhir-akhir ini kan? Lo..'' Kata Rafael berhenti sejenak sambil menunjuk ke arahnya. Pemuda itu tersenyum miring. Aku tidak menyangka memiliki adik yang sangat melindungiku.

"....lanjutkan usaha lo itu!'' Lanjut Rafael yang langsung membuatku shock dan diam seketika. Pemuda itu tertawa terbahak bahak.

"Tanpa lo minta gue bakal lakuin itu kok,'' Jawabnya sedangkan aku masih shock dan menarik kata kataku tadi tentang Rafael. Dia adik yang menyebalkan juga pada akhirnya.

"Kak aku duluan ya, dan lo..'' Kata Rafael terhenti karna langsung di jawab oleh pemuda itu

"Iya, gue tau. Lo tenang aja''

Rafael sudah jauh dari pandanganku. Dasar adik yang jahat. Meninggalkanku dengan pemuda menyebalkan ini.

Tanpa babibu, dia menarik tanganku masuk kedalam mobilnya. Baru saja aku ingin menanyakan kenapa dia menarikku ke mobil.

"Kita bakal telat kalo lo bengong doang dari tadi,''

"Aku bisa pergi naek bis. Ga usah kamu antar aku,'' Kataku dan berniat keluar dari mobilnya.

"Lo keluar dari sini dengan otomatis lo dipecat,'' Ancaman itu sukses membuatku diam di dalam mobil.

"MENYEBALKAN" umpatku dengan penuh penekanan di setiap katanya.

~~

"CLARA...."

Sesampainya di kelas aku di sambut teriakan dari Erlin dan membuat telingaku sakit. Langsung saja dia menarik tanganku ke perpus. Sepertinya aku tau apa yang akan dia katakan.

"Kenapa lo bisa bareng sama Riki, Ra? Ah gila lo Ra, sejak kapan lo kenal? Sejak kapan kalian deket? Kok lo ga kasih tau gue?'' Benar kan apa yang aku fikirkan. Pertanyaan beruntunnya keluar. Dan pertanyaan sukses membuatku terkejut. Jadi itu Riki? Ah benar ciri-ciri yang di katakan Erlin sama.

"Ga tau tuh, dia yang mulai ngajakin bareng. Di tempat kerja. Apaan deket? Aku malah tersiksa. Mana aku tau kalo dia Riki. Yang aku tau dia orang yang membuatku naik darah tiap hari,'' Jelasku.

"Lo harus cerita dari awal ke gue pokoknya,'' Pinta Erlin

~~~~~~~~~~~~~~~

Hai gimana nih chapter ini? Hehe
Makasih udah mau baca.
Jangan lupa vote sama comentnya ya, biar makin semangat update nya hehe~

See you~

Girl in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang