Yunhee memulai paginya dengan menggumamkan kata paling mujarab yang bisa membangkitkan semangatnya dalam sekejap setiap hari, yah meskipun itu hari libur.
"Aku mencintai pekerjaanku." Dia bergumam ogah-ogahan seraya merangkak terhuyung-huyung menuruni ranjang.
Saat Yunhee hendak beranjak ke kamar mandi, dia sempat melihat sekilas bayangan dirinya sendiri di cermin. Dia berhenti di depan cermin besar dan memutuskan untuk mengecek penampilannya.
Mengerikan.
Wajahnya benar-benar mengerikan. Make-up yang luntur dan sudah tidak karuan, ditambah dengan rambutnya yang acak-acakan. Gadis itu mengumpat keras, bukan kepada dirinya sendiri tapi kepada pria yang telah menyiakan dirinya, membuang-buang waktu malam Minggunya.
Seharusnya Yunhee tidak menunggu pria itu. Seharusnya Yunhee menuruti perkataan teman sekamarnya, Meg, untuk pergi ke klub. Bukan malah mengurung diri di apartemen seraya menunggu pria yang tidak pasti kapan datangnya. Yunhee memalingkan wajahnya dari cermin dengan gerakan yang sangat tidak seperti wanita terhormat, lalu menyeret kaki malasnya menuju kamar mandi.
Satu jam kemudian, Yunhee sudah rapi dan bersih. Dia tidak akan pergi kemana-mana hari ini, malas-malasan di dalam rumah merupakan daftar teratas dari rencananya. Dengan hanya mengenakan kaos putih polos dan hot pants hitam, gadis itu melangkah ceria menuruni tangga. Sambil mendendangkan lirik lagu favoritnya, dia mengisi ruang tamu. Senyuman lebarnya hilang tepat ketika dia mendengar erangan seorang wanita dan melihat sepasang yang dimabuk kasih sedang bercumbu di sofa ruang tamu, sungguh pemandangan yang tidak senonoh.
"Ya Tuhan, Yunhee!" Seru wanita itu, cepat-cepat mendorong pria yang tadi menindih tubuhnya untuk menjauh lalu membetulkan pakaiannya yang hampir seluruhnya tanggal.
"Aku tidak melihat apapun, Meg." Kata Yunhee sambil menutupi matanya menggunakan telapak tangan.
"John, kau harus pergi." Omel Meg.
Dari celah jari-jarinya, Yunhee bisa melihat pria berambut kecoklatan yang berusaha mengancingi kemejanya dan buru-buru keluar dari apartemen mereka. Dia mendesah lega.
"Maafkan aku, aku-"
"Hentikan, Yunhee. Itu bukan salahmu." Meg menyelanya. "Kupikir kau tidak akan pulang." Dia mengernyit melihat penampilan sahabatnya yang berdiri di anak tangga terakhir.
Yunhee terkekeh. "Aku bahkan tidak pergi kemana-mana." Dia berjalan menuju pantry dan mengambil sebuah roti dari rak.
"Serius?" Meg berjalan mendekati pantry dan berhenti di depan meja panjang berbentuk L. "Dia tidak datang?"
Yunhee yakin bahwa Meg akan geram pada pria itu jika dia mengatakan tidak, tapi dia tidak bisa berbohong. "Tidak, dia tidak datang."
"Si brengsek itu!"
Sekali lagi Yunhee hanya terkekeh. "Omong-omong yang tadi itu lumayan." Komentarnya.
"John? Dia hanya orang asing yang aku temui di bar." Meg melambaikan tangannya di depan wajahnya, seolah itu adalah hal sepele. Yunhee tidak pernah bisa menjadi Megumi, mudah sekali menjadi pusat perhatian banyak pria dan mudah juga mendapatkan mereka. Meg adalah wanita yang menarik, tidak heran jika banyak pria yang tertarik padanya. "Hey, jangan mengalihkan pembicaraan. Jadi, bagaimana bisa si bodoh itu tidak datang?"
"Meg, kau akan dipecat jika dia mendengarmu." Kata Yunhee sambil mengolesi selai pada rotinya. "Dan untuk pertanyaanmu, jawabannya kau sudah tahu. aku tidak perlu menjelaskan lagi."
Megumi berdecak kesal. "Kuharap bos kita segera menceraikan istri tak bergunanya itu."
Yunhee menggeleng pelan, bersiap mendapatkan gigitan pertama sarapannya. "Tidak bisa, Meg."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculously Demanding (Kyuhyun Fanfiction)
FanfictionCinta Pertama. Orang bilang tak terlupakan. Nyatanya benar, itu memang benar. Tetapi bagaimana jika cinta pertamamu sangat membencimu hingga dia tidak tahan meski melihat sejengkal rambutmu saja? ■■■ Yunhee berusaha berhenti mencintai pria itu. Perc...