Yunhee tidak pernah menyesali kebersamaanya dengan Hyukjae selama tiga tahun ini. Hanya saja, yang paling dia sesalkan adalah keputusan pria itu yang menurutnya sangat terlambat. Harusnya Hyukjae melepasnya jauh sebelum ini, tidak, seharusnya pria itu tidak memberi perhatian padanya sama sekali. Dan di sini lah dirinya, berbaring di bawah tumpukan bantal dan mengurung diri seharian di kamar.
Meskipun dia tidak lagi menangis, rasa sakit di hatinya belum lah pudar.
"Yunhee," Meg memanggil dari luar.
Sebetulnya dia agak kasihan pada Meg yang sejak pagi mengetuk pintunya berkali-kali dan memanggil namanya. Dia bisa saja bilang bahwa dia sedang tidak enak badan, Meg akan langsung mengerti dan meninggalkannya dengan damai. Tapi Yunhee sedang tidak mau mengucapkan sepatah kata pun hari itu, sama sekali. Suaranya serak, bahkan hampir habis akibat menangis semalaman. Dan tentunya dia juga tidak ingin menunjukkan mata bengkaknya.
"Yunhee, kau baik-baik saja di dalam? Kau tahu, kau membuatku cemas." Meg memelankan suaranya kali ini, lebih lembut dan iba. "Kau tidak pergi ke kantor? Baiklah, aku akan berangkat duluan. Jika kau tidak enak badan, kau istirahat saja yang cukup. Kuharap kau lebih baik saat aku pulang nanti. Aku pergi ya!"
Tidak mungkin Yunhee tidak masuk kantor. Oh, dia akan tetap berangkat. Mungkin kali ini dia ingin datang sangat terlambat, seperti terlambat setengah hari misalnya? Mungkin dia juga bisa lolos dengan alasan sakit perut karena menstruasi. Ya, semoga itu akan berhasil.
Tiga hari lagi.
Yunhee sangat bersyukur sebentar lagi dia akan terbebas dari Kyuhyun, juga bersamaan dengan niatannya mengundurkan diri dari perusahaan Hyukjae. Alasan Yunhee rela bertahan di perusahaan Kyuhyun adalah karena semua ini demi Hyukjae. Dia harus melakukan ini untuk kesuksesan kerja sama CKH-Tech dan Jewel-Tech.
Yah, di balik sakit hatinya, dia masih bisa berjuang demi pria itu. Dia tidak akan terpuruk hanya karena masalah ini, dia adalah wanita kuat. Terlepas dari semua yang terjadi, Yunhee berusaha untuk tetap tegar.
Tepat pada pukul sepuluh, Yunhee turun dari ranjangnya. Dia berjalan menuju kamar mandi dan muali bersiap untuk pergi ke kantor. Kemarin adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan, dia berharap hari ini lebih baik.
Tiga hari lagi, hanya tinggal tiga hari lagi. Ini akan berlalu dengan cepat.
Pasti.
***
"Apa kau bilang?" Kyuhyun berteriak kaget di teleponnya. "Oh ya, reuni SMA. Haek, aku tidak lupa. Tapi kurasa aku tidak bisa. Kenapa katamu? Menurutmu apa lagi, Haek? Dalbi sedang ke luar negeri. Tsk. Baiklah, malam ini aku datang."
Memutus sambungan telepon, Kyuhyun mendesah frustasi. Dia benar-benar lupa mengenai pesta reuni itu. Dia sangat sibuk tetapi dia tidak bisa membatalkan janji begitu saja. Sial, apalagi dengan kepergian Dalbi ke Paris. Dia tidak memiliki seseorang untuk menemaninya pergi ke pesta itu.
Karir Dalbi sebagai model benar-benar sedang melejit. Kyuhyun harusnya senang, tapi dia malah merasa sebaliknya. Seharusnya wanitanya hanya akan berada di rumah, melakukan kegiatan-kegiatan wanita pada umumnya, dan menunggunya pulang.
Itu tidak akan terjadi pada Dalbi.
Kyuhyun melangkah bolak-balik di ruangannya, memasang tampang kesal dan bingung sepanjang masa. Suasana hatinya sedang naik dan turun, tidak dapat diprediksi. Satu detik dia bersikap acuh tak acuh, detik berikutnya dia meledak-ledak dalam amarah. Yah, tidak pernah jauh dari dua hal itu.
Sudah dua puluh kali dia melirik jam di dinding yang menunjukkan waktu makan siang telah tiba. Dia harus menemukan wanita yang bisa dia ajak ke pesta reuni. Juga Yunhee harus mengatur kembali jadwalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculously Demanding (Kyuhyun Fanfiction)
FanfictionCinta Pertama. Orang bilang tak terlupakan. Nyatanya benar, itu memang benar. Tetapi bagaimana jika cinta pertamamu sangat membencimu hingga dia tidak tahan meski melihat sejengkal rambutmu saja? ■■■ Yunhee berusaha berhenti mencintai pria itu. Perc...