Keesokan harinya, Yunhee kembali menemukan tumpukan file di mejanya. Mengumpat kesal, dia menendang meja dengan louboutins hitamnya. Sialnya, Kyuhyun memilih waktu yang tidak tepat tersebut untuk muncul dan menambah kekesalan Yunhee.
"Apa maksudmu dengan tumpukan kertas ini?" Bentak Yunhee segera setelah Kyuhyun masuk ke ruangannya, melupakan usahanya untuk menjaga semua keformalan dan kinerja profesionalnya. "Aku baru saja menyelesaikan setumpuk file ini tadi, lalu kenapa aku harus melakukannya lagi?" Ini sudah cukup, batinnya, dia tidak mau lagi memilah-milah kertas tidak penting itu.
Kyuhyun berdiri tegap di pintu, menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menyeringai. "Selalu harus memancingmu terlebih dahulu." Ungkapnya.
Apa yang sedang dia bicarakan? Umpat Yunhee dalam hati.
"Aku tidak mau memainkan permainan bodohmu, Kyuhyun." Yunhee melirik tajam bos barunya, berkacak pinggang. "Ini sudah cukup, berikan aku pekerjaan yang lebih berguna."
"Kau pikir menyortir file adalah pekerjaan yang tidak berguna?" Kyuhyun memicingkan matanya. "Itu adalah daftar klien dari perusahaan-perusahaan ternama yang mengantri untuk membeli instalasi tercanggih di perusahaanku. Kau tahu artinya? Dengan kata lain, file itu adalah U-A-N-G."
Yunhee tercengang mendengar itu, dia tidak mengira bahwa tumpukan kertas itu adalah benda penting. Dia sempat membuat rencana untuk membuangnya, tapi setelah mengetahui bahwa itu penting sepertinya dia lebih baik tidak mengacaukan itu.
"Oh," Adalah semua yang bisa keluar dari mulut Yunhee, kepalanya tertunduk, wajahnya memerah. "Maaf."
"Sekarang," Kyuhyun memulai, nadanya berat dan menyeramkan sekaligus mencurigakan. "apa yang harus aku lakukan dengan mulut lancang dan tidak sopanmu? Kau punya ide?"
Menelan ludahnya, Yunhee mundur perlahan. Tidak, Kyuhyun tidak mungkin melaporkan ini pada Hyukjae dan menghukumnya, atau lebih parah lagi, mencabut kerja sama perusahaan mereka? Sial, apa yang bisa dia lakukan?
"Maafkan aku, pak. Aku tidak bermaksud—"
Kalimat Yunhee dihentikan oleh Kyuhyun yang mengangkat tangan kanannya. Untuk beberapa detik Yunhee tidak mengerti, tapi ketika pria itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah ponsel, dia mengerti.
"Ya, Dalbi?" Kata Kyuhyun, matanya tidak meninggalkan Yunhee.
Yunhee memperhatikan Kyuhyun yang sedang dalam percakapan mendalam dengan tunangannya, bukan berarti dia tertarik dengan pembicaraan mereka, dia hanya tidak tahu harus berbuat apa selain satu hal itu.
"Paris? Ya, itu masih lama. Kau bisa memberitahuku nanti. Ya, oke. Baiklah, kau bisa ke sini dulu. Ya, aku di kantor. Oke, sampai nanti." Kyuhyun mengakhiri percakapan mereka, kemudian melangkah mendekati Yunhee. "Sepertinya aku harus menunda untuk memberikanmu hukuman."
Nafas Yunhee tercekat, dia mundur ketika Kyuhyun terus melangkah semakin maju hingga pinggulnya membentur meja. "Hukuman?"
Kyuhyun tidak segera merespon, malah memenjara tubuh Yunhee. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga wanita malang itu, Yunhee bisa merasakan hembusan nafas hangat yang keluar dari mulut Kyuhyun ketika pria itu berbisik pelan. "Hukuman yang setimpal untukmu, Lee Yunhee."
***
Tidak pernah ada hukuman.
Lega menyelimuti Yunhee.
Kyuhyun hanya menggertaknya saja. Dan, astaga, ya, Yunhee hampir terjebak. Sebetulnya dia sudah terjebak, karena dia mengaku bahwa dia sangat ketakutan dengan kemungkinan hukuman yang akan Kyuhyun lancarkan padanya. Nyatanya, sampai detik ini tidak ada hukuman yang dia terima. Yah, kecuali dia harus berkutat dengan tumpukan file-file itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculously Demanding (Kyuhyun Fanfiction)
FanfictionCinta Pertama. Orang bilang tak terlupakan. Nyatanya benar, itu memang benar. Tetapi bagaimana jika cinta pertamamu sangat membencimu hingga dia tidak tahan meski melihat sejengkal rambutmu saja? ■■■ Yunhee berusaha berhenti mencintai pria itu. Perc...