Yunhee memegangi dadanya yang berdegup tak terkendali saat dia keluar dari ruangan Kyuhyun. Apa yang sebenarnya terjadi tadi di dalam? Dia bahkan belum bisa memutar otaknya untuk menjelaskan apa yang telah terjadi di ruangan itu.
Setelah melihat bagaimana mundurnya Kyuhyun, entah hanya perasaannya saja atau hal lain, tetapi Yunhee tahu bahwa pria itu sama butanya dengan apa yang dia sendiri lakukan. Namun Yunhee lah yang paling tidak mengerti dengan perubahan sikap Kyuhyun yang terus berubah, dia sama sekali tidak mengerti.
Kyuhyun telah menyuruhnya keluar dari ruangan dengan membentaknya, lagi. Karena masih bingung, Yunhee hanya bisa mengangguk dan menuruti perintah itu tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Yunhee, kau baik-baik saja?"
Yunhee mengangkat kepalanya untuk bertemu dengan tatapan khawatir Hanyeong. Lantas dia cepat-cepat mengangguk agar tidak menimbulkan kecurigaan, terutama untuk bahan gosip seluruh staf kantor.
"Ya, aku baik-baik saja." Yunhee tersenyum.
"Oh, syukur lah." Hanyeong menghela nafas lega. "Kukira terjadi sesuatu yang buruk padamu, karena barusan aku mendengar suara bentakan Tuan Cho."
"Ah, itu karena aku datang terlambat. Tapi untungnya tidak ada hal serius yang terjadi, dia hanya kesal." Yunhee menjelaskan, berharap temannya segera mempercayai apa yang dia katakan. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku mengantar sebuah undangan, kukira Ji-Ohn sedang keluar, jadi aku yang mendapat tugas menyebalkan ini." Hanyeong terkekeh. "Oh iya, ini juga ada satu untukmu." Dia menyodorkan sebuah kertas tebal segi empat berwarna cokelat kepada Yunhee.
Mulanya Yunhee kebingungan tetapi setelah dia melihat tulisan di depannya, gadis itu malah tercekat. Di situ tertulis UNDANGAN REUNI SMA YUMKWANG ANGKATAN 2007.
Di sela-sela kekagetannya, Yunhee mendongakkan kepala dan menatap Hanyeong was-was. Dia kemudian menurunkan pandangannya ke arah surat yang berada di tangan Hanyeong, surat yang sama yang ditujukan untuk Kyuhyun.
"Tidak mungkin..."
Sisa sore itu Yunhee habiskan di dalam kubikelnya, bersembunyi. Dia sempat mendengar beberapa staf yang datang ke ruangan Kyuhyun mendapatkan bentakan dan teriakan, serta beberapa umpatan keras. Malang, dia tahu. Maka dia memilih untuk tidak menghampiri singa yang sedang mengamuk.
Sejujurnya Yunhee tidak memiliki petunjuk tentang apa yang membuat bosnya begitu marah seharian ini, namun dia juga tidak berniat untuk mencari tahu. Itu akan sangat berbahaya, lagipula dia tidak peduli.
Atau setidaknya dia berusaha untuk tidak peduli.
Dia pernah memimpikan berada dalam situasi tersebut dulu sekali, tetapi dia berharap bahwa Kyuhyun juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya saat melakukan itu. Mungkin pria itu hanya sedang frustasi dan tidak mempunyai tempat pelampiasan, mungkin Yunhee adalah tempat paling pantas untuk melampiaskannya.
Sungguh pemikiran bodohnya saja, tetapi memikirkan itu membuatnya terluka.
Mendesah dalam-dalam, Yunhee bersyukur. Setidaknya dia terbebas dari penderitaan ini karena jam kerja sudah hampir habis, dia segera bersiap-siap di mejanya untuk pulang.
Tepat saat itu Kyuhyun masuk dengan tiba-tiba.
Sial.
"Sebagai hukuman atas keterlambatanmu dan kelancangan mulutmu selama ini, aku memerintahkanmu untuk menemaniku datang ke reuni SMA kita." Kyuhyun berkata tanpa basa-basi.
Yunhee mengejapkan matanya berkali-kali, kebingungan. "Maaf?"
"Kau mendengarku dengan jelas, Lee Yunhee."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculously Demanding (Kyuhyun Fanfiction)
FanfictionCinta Pertama. Orang bilang tak terlupakan. Nyatanya benar, itu memang benar. Tetapi bagaimana jika cinta pertamamu sangat membencimu hingga dia tidak tahan meski melihat sejengkal rambutmu saja? ■■■ Yunhee berusaha berhenti mencintai pria itu. Perc...