Saya ucapkan beribu-beribu terimakasih buat readers semuanya yang sudah menyempatkan membaca cerita abal-abal saya ini..
Terutama buat readers yang sudah memberi vote dan comennya, saya sayang kalian semua..!! :*
Oke, selamat membaca buat semuanya, seperti biasa. Saya masih berharap vote dan coment dari kalian semua!!
======
Arianna merutuki Sisi yang berani-beraninya memanggil Raffi tanpa dosa. Tak taukah dia hubungan ibunya dengan Raffi yang tidak baik. Arianna melirik Raffi dengan ekor matanya. Laki- laki itu terlihat berjalan tak nyaman menghampiri mereka berdua.
"om Laffi duduk cini.." sisi menunjuk ayunan kosong didepannya. Raffi bergerak gelisah, diliriknya Arriana, tapi sepertinya wanita itu tak terlalu terpengaruh dengan kehadirannya. Sedikit canggung Raffi memberanikan diri duduk didepan Sisi.
"om Laffi..kenalin ini bundanya Cici. Ndaa..kenalin dong ini om-om yang waktu itu nolongin Cici. Bunda ingetkan..?" tanya Sisi pada Arriana. Arriana terlihat menggangguk lesu. Oooh.. sisi hanya tidak tau sandiwara apa yang sedang dimainkan bundanya dengan om Raffinya itu.
"Raffi. Arraffi Atmadeva.." Raffi mengulurkan tangannya. Arianna sedikit ragu membalas uluran tangan Raffi. Dari tempatnya duduk, Arianna bisa merasakan aroma cedarwood yang menguar dari tubuh lelaki itu. Aroma yang selalu membuatnya kecanduan.
"Arriana" jawab Arriana singkat dan menjabat tangan Raffi. Darah dua anak manusia itu berdesir hebat ketika kulit mereka saling bertemu. Bayangan masa lalu berkelebat dikepala mereka masing-masing.
Tidak ingin pertahanannya runtuh, Arriana cepat-cepat menarik tangannya yang beratautan dengan Raffi. Sama halnya dengan Raffi yang jantungnya berdetak abnormal, dia mengalihkan perhatiannya pada gadis kecil yang memandang mereka tanpa kedip.
"Nadav mana Si..? bukannya kemarin Sisi bilang jalannya sama Nadav yaa..?" tanya Raffi pada Sisi, ia mengelus pipi Sisi sayang.
Yaa Tuhan.. apa lagi ini..? sejak kapan Sisi bergaul dengan Raffi..? dan anaknya itu kenapa diam saja. Padahal biasanya dia akan bercerita panjang lebar tentang apa saja yang dilakukannya sepanjang hari. Arriana menggeram dalam hati.
"Nadav lagi main sama moomy daddynya om..tuh dicana.." tunjuk Sisi dengannya dagunya.
"kok Sisi gak ikut main sama Nadav..?"
"Nadav kan mainnya beltiga cama daddynya om, Cici kan gak punya ayah, mana acik kalo mainnya cuma beldua cama bunda. Nanti gak ada yang gendong Cici kayak Nadav.." jawab Sisi lirih. Arriana tertegun mendengar penuturan anaknya.
Sisi memang beberapa kali menanyakan ayahnya, tapi Arianna selalu menangis jika teringat ayah Sisi. Membuat gadis kecil itu merasa kasian dengan bundanya dan tak berani menanyakaan tentang ayahnya lagi.
"kalo Sisi mau. Om mau kok ngajak main Sisi kayak Nadav gitu.." kata Raffi tenang, ia melirik Nadav dengan ekor matanya.
Arriana yang mendengar itu langsung saja melayangkan tatapan membunuh pada Raffi, ia tak mau anaknya semakin dekat dengan Raffi. tapi Raffi seakan tak mengindahkan tatapan Arriana.
"mauu om maauu.." jawab Sisi antusias "bunda mau kan main cama Cici dan Om Laffi..?" Sisi memandang ibunya dengan puppy eyes andalannya. Biasanya jika sudah seperti ini, ibunya akan luluh.
"bunda disini saja.." ucapnya lirih
"yaah bundanya nggak mau oom.. ...!!" ucapnya lirih merasa kecewa dengan penolakan Arianna.
"yaudah nggak papa, mungkin bundanya capek.." Raffi melirik Arianna sekilas, wanita itu melengoskan wajahnya tak mau menatap kearah Raffi.
"Sisi mau digendong kayak Nadav gitu..?" tanya Raffi sambil menunjuk Nadav yang tengah diputar-putar oleh daddynya.
YOU ARE READING
My Daughter
RandomFaridha Arianna hanyalah seorang gadis lugu yang hidup dalam dimensi kisah dongengnya sendiri. Mecintai seorang lelaki dengan sepenuh hati namun terhianati. Cintanya teramat pada sosok tampan sang pujaan hati. Seseorang yang begitu hebat dimatan...