Arianna tersenyum ramah pada salah satu pelayan cafe yang menyambutnya didepan pintu masuk, kemudian dengan langkah anggun ia mencari tempat duduk yang masih kosong. Ia melambaikan tangan pada salah satu pelayan cafe meminta buku menu.
"Es cream coklatnya aja ya mbak, satu" ucapnya seraya tersenyum pada pelayan yang segera mencatat pesanan perempuan itu, kemudian berlalu pergi.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya es cream yang dipesannya datang juga. Tapi tidak dengan seseorang yang tengah ditunggunya. Seraya menyendok sedikit demi sedikit es cream coklatnya, perempuan itu sesekali melirik kearah pintu masuk. Tepat pada lirikan kelima, seorang perempuan seumuran dengannya tengah celingukan didepan pintu masuk cafe. Sesaat ia terpana melihat penampilan perempuan itu, dress hitam diatas lutut dipadukan dengan blasser hijau tua terlihat pas memeluk tubuh sexynya. Seakan tersadar dari pikiran bodohnya, Arianna segera melambaikan tangan kearah perempuan tersebut. Memberitahu keberadaannya.
Perempuan itu tersenyum kearah Arianna, lantas membuka kaca mata hitamnya sambil berjalan ke meja Arianna.
"Haaii, sudah lama ya?" tanyanya seraya duduk didepan Arianna.
Arianna balas tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak juga, maklum cafe ini lebih dekat dengan kantorku dari pada kantormu."
Perempuan itu terkekeh pelan. Kemudian matanya menyusuri seluruh penjuru cafe. "Sudah pesan makanan?" tanyanya setelah berhasil memanggil salah satu pelayan cafe.
"Belum, aku nunggu kamu"
"Oh baiklah. Kamu mau pesan apa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan matanya dari buku yang ada ditangannya. Ia melirik Arianna sebentar, kemudian melanjutkan membaca.
"Samakan saja"
Perempuan itu mengalihkan pandangannya dari buku menu, ke arah Arianna. kemudian tersenyum simpul dan meletakan buku menu kembali kemeja. Ia menoleh kearah pelayan yang sedari tadi menunggunya. "Sirloin steaknya dua dan jus strawberrynya dua ya mbak".
Suara itu terdengar sangat merdu ditelinga Arianna. ia sampai merinding mendengarnya. Apalagi penampilan perempuan ini yang terlihat sangat berkelas. Arianna yakin pakaian yang tengah dikenanakan perempuan itu pasti mencapai jutaan rupiah. Belum lagi tasnya yang terlihat mentereng, oh ya dan jangan lupakan sepatunya juga. Ck, Arianna benar-benar merasa rendah diri sekarang.
Arianna segera tersadar dari kekagumannya pada perempuan yang duduk didepannya, ketika perempuan itu berdehem memancing perhatiannya. Arianna buru-buru menegakan badannya.
"Kita belum kenalan secara langsung sepertinya" perempuan itu tersenyum lagi, dan untuk kesekian kalinya ia seperti terhipnotis pada senyuman tersebut. Arianna tersadar ketika tangan perempuan itu melambai-lambai didepannya.
Ia tersenyum canggung "Ah iya" kemudian segera dijabatnya tangan perempuan tersebut. "Arianna, Faridha Arriana" ucapnya seraya menampilkan senyum terbaiknya. Jika perempuan itu punya sejuta pesona khas perempuan Jawa, maka jangan lupakan Arianna yang juga mempunyai pesona khas perempuan Tionghowa. Yah, walaupun ia mengakui bahwa kecantikan perempuan Jawa lebih sedap dipandang.
"Alvina Florianne, Kamu bisa panggil aku Vina"
"Ya aku tau, aku pernah dengar nama kamu dari Raffi?" Arianna tersenyum mengingat saat pertama dan terakhir kali lelaki itu menyebut nama Vina, saat kejutan lamaran dua minggu yang lalu.
Vina mengernyit heran, "Raffi pernah cerita sama kamu soal aku?" tanyanya tak yakin.
Arianna mengangguk membenarkan, ia tersenyum kearah pelayan yang membawakn pesanan mereka. "Ya, dia cerita soal kesalah pahaman beberapa tahun yang lalu". Ketika ia kembali memandang Vina, perempuan itu cukup terkejut mendapati air muka Vina yang berubah muram. Buru-buru Arianna meminta maaf "Oh Sorry, aku gak bermaksud menyinggung kamu" ucapnya terdengar benar-benar menyesal.
YOU ARE READING
My Daughter
RandomFaridha Arianna hanyalah seorang gadis lugu yang hidup dalam dimensi kisah dongengnya sendiri. Mecintai seorang lelaki dengan sepenuh hati namun terhianati. Cintanya teramat pada sosok tampan sang pujaan hati. Seseorang yang begitu hebat dimatan...