Raffi menggenggam tangan Arianna erat, menyusuri jalanan disekitar Gladag Langen Bogan yang biasa disebut Galabo oleh penduduk Solo. Galabo merupakan salah satu wisata kuliner terkenal di kota Solo. Kehadiran tempat wisata kuliner malam Galabo semakin memperkuat sebutan Solo sebagai kota yang tidak pernah tidur.
Gladag Langen Bogan adalah area kuliner yang hanya dibuka pada malam hari, berlokasi di sebelah timur bundaran Gladag, tepatnya di Jalan Mayor Sunaryo depan Benteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo.
Galabo, setiap malamnya selalu dipenuhi pengunjung baik dari masyarakat Solo sendiri maupun dari luar kota Solo yang penasaran dengan wisata kuliner malam ini. Galabo merupakan salah satu pilihan baru wisata Solo. Pusat jajanan malam hari ini menawarkan aneka macam makanan dan minuman khaa tradisional yang sudah legendaris di kota Solo.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Raffi setelah duduk di depan Arianna.
Arianna memindai beberapa penjaja makanan di sekelilingnya, saking banyaknya Arianna sampai bingung harus memilih yang mana. Ini memang bukan pertama kalinya ia kesini bersama Raffi, dulu mereka pasti kesini saat pulang ke Solo. Makanya tadi saat Raffi bilang bahwa akan mengajaknya ke Galabo ia semangat sekali.
Sebenarnya tadi Sisi merengek ingin ikut pergi bersama Ayah dan Bundanya, tapi karena Raffi bilang bahwa ia ingin bicara empat mata saja dengan Arianna, akhirnya mau tidak mau mereka harus menunggu Sisi tidur dulu. Walaupun malam sudah mulai larut, tapi entah mengapa Rizad mengizinkan mereka keluar.
"Kamu mau pesan apa?" tanyanya setelah tak kunjung menemukan pilihan makanan yang tepat.
"Aku lagi kepengen wedang dongo sama sate kere" wedang dongo itu semacam wedang ronde, hanya saja pada wedang dongo tidak ada roti tawarnya. Sedangkan sate kere adalah sate yang terbuat dari tempe gembus (tempe yang dibuat dari ampas tahu).
"Samakan saja" putus Arianna kemudian.
"Kamu nggak pengen mie thoprak? Biasanya itu menu favorit kamu kalau kesini?"
Arianna menggeleng pelan. " Lagi nggak pengen makan berat" jawabnya.
Dahi Raffi berkerut. "Kenapa?" tanyanya penasaran. Ia kemudian melambaikan tangan pada salah satu pelayan disalah satu kedai yang menyediakan makanan yang di inginkannya.
Arianna mengendikan bahu. "Nggak pa-apa, aku lagi nggak pengen aja. Udah malem, bisa tambah melar badanku"
"Kata siapa?"
"Aku sendiri"
Raffi tertawa kecil, heran dengan kebiasaan Arianna yang satu ini. Sangat menjaga berat badannya, padahal menurut Raffi tubuh Arianna yang seperti ini jauh lebih bagus dibandingkan yang dulu.
"Padahal kamu nggak gendut, aku justru lebih suka melihat kamu seperti ini" Raffi melirik Arianna sekilas, "Wedang dongonya dua, sate kerenya dua ya mas" katanya sambil tersenyum pada pelayan yang mencatat pesanan mereka.
Arianna ikut tersenyum saat pelayan tadi pamit pergi meninggalkan meja mereka. "Padahal aku gendut" ucapnya dengan nada sedikit merajuk.
"Enggak, kamu lebih keliatan segar dibanding badan kurus kamu dulu" tukas Raffi yang langsung dihadiahi cubitan pedas Arianna di kulit lengannya. "Aduh. Sakit Ann" Raffi mengusap-usap tangannya yang baru saja dicubit Arianna. Cubitan perempuan itu sangat kecil sehingga terasa panas sekali di kulitnya.
"Lagian. Ngatain aku kurus." Dengus Arianna sebal.
"Aku nggak ngatain, memang kenyataannya seperti itu kan? memangnya kamu naik berapa kilo?"
Arianna baru akan menjawab saat pelayan yang sama tadi datang membawa pesanan mereka. Setelah mengucapkan terimakasih dan sedkit basa-basi akhirnya pelayan itupun pergi.
YOU ARE READING
My Daughter
RandomFaridha Arianna hanyalah seorang gadis lugu yang hidup dalam dimensi kisah dongengnya sendiri. Mecintai seorang lelaki dengan sepenuh hati namun terhianati. Cintanya teramat pada sosok tampan sang pujaan hati. Seseorang yang begitu hebat dimatan...