Raffi setengah berlari menyusuri koridor rumah sakit yang berada didepan kompleks perumahannya. Dua jam yang lalu, Arianna menghubunginya dan mengatakan jika Sisi masuk rumah sakit. Badan anak gadisnya itu tiba-tiba demam, dengan panik ia menyuruh Arianna agar segera membawa Sisi ke rumah sakit terdekat dan ia akan menyusulnya segera.
Ia tidak bisa langsung meninggalkan kantor, karena memang ada meeting dengan beberapa pegawainya membahas proyek baru. Walau sejujurnya saat mendengar isak tangis Arianna tadi, ia ingin segera meninggalkan kantor dan melihat kondisi Sisi. Apalagi mengingat sekarang Arianna hanya ditemani oleh bik Murni, asisten rumah tangganya yang bekerja pada mereka sejak ia membelikan rumah baru untuk Arianna yang lebih luas dan asri.
Ia sedikit khawatir karena bik Murni pasti tidak bisa selincah Firdha, karena Firdha memutuskan untuk tidak kembali ke Jakarta. Ia menetap di Solo, menemani Mama dan Papa Arianna disana.
Raffi menghela napas perlahan sebelum memasuki ruang rawat Sisi, ia tidak boleh memperlihatkan kepanikannya didepan Arianna, karena memang tugas laki-laki adalah menjaga wanitanya. Jika dia saja panik dan tidak bisa menenangkan Arianna, lalu siapa yang akan membuat wanita tercintanya itu merasa tenang dan nyaman?
Ia membuka pintu kaca didepannya dengan perlahan. Begitu pintu terbuka, ia mendapati Arianna tengah duduk disamping tempat tidur Sisi yang tengah terlelap. Ia menghampiri Arianna setelah menyampirkan jasnya dibahu sofa, yang berada disebelah kiri pintu masuk.
"Gimana keadaannya?" tanya Raffi saat sudah berdiri disamping Arianna. tangannya mengusap rambut panjang istrinya dengan sayang.
Arianna mendongak begitu menyadari kehadiran Raffi, wajahnya memerah dan terdapat sisa-sisa airmata. "Hasilnya belum keluar, tapi suhu badannya udah nggak sepanas tadi. Aku takut Raff.." lirihnya seraya membenamkan wajahnya diperut Raffi, isakannya terdengar kembali.
"Ssssstt....ada aku disini Arianna. Sisi pasti baik-baik aja.!"
"Tapi bulan ini, dia udah lima kali sakit Raff. Kamu masih inget kan minggu lalu Sisi juga sakit panas kayak gini?"
Raffi termenung, mengingat minggu lalu Sisi juga sempat sakit panas walau keadaannya tidak sampai sepanas saat ini.
"Dokter waktu itu kan juga bilang Sisi cuma sakit panas biasa kan? gak ada perlu dikhawatirkan. Aku yakin besok Sisi pasti sudah sembuh dan ceria kayak biasanya lagi." Ujar Raffi mencoba menghibur Arianna. Ia menjauhkan kepala Arianna dari perutnya, menatap wajah sembab dihadapannya dengan pandangan penuh kasih sayang. Kemudian dihapusnya lelehan airmata Arianna yang masih setia mengalir. "Udah jangan nangis terus, kita berdoa aja." Hibur Raffi lagi.
"Tapi, aku gak bisa- aaaah.." perkataan Arianna terhenti ketika merasakan nyeri diperutnya. Membuat Raffi dengan refleks memegang perut besar Arianna. Ya seperti yang kalian lihat, istrinya saat ini tengah mengandung buah cinta mereka yang kedua. Kehamilan Arianna sudah memasuki bulan kedelapan, membuat Raffi semakin protektif dan was-was. Apalagi mengingat Sisi yang sering sakit-sakitan seperti saat ini.
Ia bisa saja menyuruh Arianna untuk dirumah dan tidak ikut menjaga Sisi dirumah sakit. Tapi istrinya itu jelas tidak mau, lagipula Sisi juga lebih suka dirawat oleh bundanya dari pada dirawat oleh Raffi.
"Kenapa? Babynya nggak pa-pa kan?" tanya Raffi panik.
Arianna meringis seraya menggelengkan kepalanya. "Babynya nendang terlalu kenceng tadi."
"Ayo kita pindah ke sofa aja." Ajak Raffi sambil menuntun Arianna agar segera berdiri. "Mungkin babynya tau kalau bundanya sedih." Raffi kemudian menyejajarkan kepalanya dengan perut Arianna, merasakan pergerakan bayi mereka yang akhir-akhir ini sering menunjukan pergerakannya.
YOU ARE READING
My Daughter
RandomFaridha Arianna hanyalah seorang gadis lugu yang hidup dalam dimensi kisah dongengnya sendiri. Mecintai seorang lelaki dengan sepenuh hati namun terhianati. Cintanya teramat pada sosok tampan sang pujaan hati. Seseorang yang begitu hebat dimatan...