Bab 8: Makan malam

24.5K 1.5K 8
                                    

"Jadi Arianna tetep gak mau ngakuin kalo Sisi itu anak loo..?" tanya Andre setengah tak percaya. Mereka sekarang sedang berkumpul di dalam ruangan Raffi. Tadi setelah Andre menelepon Bima dan memberikan kabar bahwa Raffi terlihat murung, Bima dan Andre berinisiatif membantu sahabatnya itu.

Raffi hanya menggangguk lesu, ia menyenderkan punggungnya ke sofa dengan satu tangan yang memijit pelipisnya. Kepalanya seakan akan mau meledak menebak-nebak siapa ayah Sisi.

"Gue nggak habis pikir sama tuh cewek, jadi waktu dia kabur dari lo itu dia lagi hamil anak lo..?" tanya Andre lagi. Ia geleng-geleng kepala, merasa heran dengan wanita tercintanya Raffi.

"Dari data yang gue dapet sih gitu. Lagian kan udah jelas umur Sisi sekarag 3,5 tahun. Kalo di itung-itung sih emang bener kan kalo kemungkinan besar Sisi anak Raffi. Lagipula wanita semacem Arriana gue rasa gak mungkin ngelupain Raffi secepat itu.." tukas Bima memberi pendapatnya pada Raffi.

"Naaah..itu yang lagi gue pikirin. Gue jamin sampai sekarang Arriana belum bisa ngelupain lo.." tambah Andre lagi. Andre dan Bima terlihat memikirkan sesuatu. Sebuah ide terlintas dikepala cerdik Andre.

"Gimana kalo kita tes DNA..??" ujar Andre penuh semangat, ia sampai menegakkan tubuhnya dan menoleh pada Raffi yang duduk di sebelah kirinya. Posisi laki-laki itu tengah di apit oleh Andre dan Bima.

Raffi yang sedari tadi hanya diam, secepat kilat menolehkan wajahnya kearah dua sahabatnya itu bergatian. Kerut-kerut keterkejutan tampak jelas diwajahnya.

"lo gilaa..?? mana mungkin gue tega ngambil darah anak sekecil Sisi. Lagi pula mana mungkin Arianna ngasih izin ke gue buat melakukan tes DNA.." semburnya tanda tak setuju dengan pendapat sahabatnya itu. Bertemu Sisi saja ia harus mencuri-curi kesempatan agar tak ketahuan Arianna, apalagi melakukan tes DNA. Yang benar saja, bisa-bisa Arianna mencak-mencak dan berujung tak memperbolehkan Sisi bertemu dengannya lagi.

Raffi bergidik ngeri membayangkan kemarahan Arianna, Oh ya tuhan.. jangan sampai itu terjadi, batinnya dalam hati.

"heeeiii broo..santai lah sedikit. Lo bukan hidup dijaman purba sekarang, kita bisa melakukan tes DNA tanpa harus mengambil darah anak lo itu.." ujar Bima meredam amarah Raffi. Ia bisa memahami bagaimana kekalutan sahabatnya itu.

Raffi terlihat mengernyit bingung dengan perkataan Bima. Bagaimana bisa melakukan tes DNA tanpa mengambil darah Sisi..?

"Ck.. dokter bisa saja menggunakan bagian tubuh mana saja asalkan bagian tubuh itu punya initi sel. Rambut yang tertinggal dikemeja pun bisa menjadi acuannya. 99% hasilnya sama akuratnya kok.." tukas Bima ketika melihat kebingungan diwajah Raffi.

"Nah sekarang.. tugas lo tinggal putar otak gimana caranya ngambil sample rambut Sisi tanpa harus terlihat Arriana. Gunain tuh otak licik lo.." seru Andre sedikit kesal melihat kebodohan Raffi disaat genting seperti ini.

"Dan setelah lo punya semua bukti yang menunjukan bahwa Sisi anak lo, lo tinggal cari cara menyudutkan emaknya Sisi biar dia mau jujur sama lo..!!" tambah Andre lagi. Ia bersiul senang, merasa bangga dengan ide briliantnya barusan.

Raffi terlihat manggut-manggut mendengar penjelasan kedua sahabatnya itu. Yaa mulai sekarang dia harus mengatur strategi untuk membuat Arriana buka suara. Bima menepuk pundak Raffi memberi semangat.

Raffi tersenyum licik memikirkan cara yang akan ia gunakan untuk membuat Arriana jujur.

***

Sore ini Arriana berniat pulang lebih awal, pekerjaanya sudah selesai dari sejam yang lalu. Ia berencana akan membuat makanan special untuk Sisi dan Firdha. Arianna melangkahkan kaki keluar dari kantor dengan semangat, membayangkan akan menghabiskan waktu lebih lama dengan Sisi membuat senyumnya melebar.

My DaughterWhere stories live. Discover now