Bab 31: Akhir yang Bahagia?

18.7K 1.2K 49
                                    

Arianna melirik wajah Raffi yang gelisah sedari tadi. Ia menarik tangan Raffi dan menggenggamnya. Raffi menoleh saat merasakan tangannya tengah digenggam Arianna, kegelisahannya berkurang ketika melihat senyum Arianna terkembang sempurna. Menghantarkan perasaan hangat yang menjalar diseluruh penjuru hatinya.

"Kenapa?" tanya Arianna yang menyadari kegelisahan Raffi, sedari tadi saat baru berangkat dari kediaman orangtuanya. Bahkan sampai saat ini ketika mereka sudah sampai di depan halaman kediaman Kakung Soebagdja.

Malam ini, sesuai yang sudah disepakati Papa dan Kakung Arianna, rencananya akan di adakan pertemuan keluarga Soebagdja yang tidak lain adalah untuk membahas masalah Arianna yang sudah lima tahun menghilang, dan tiba-tiba pulang membawa seorang gadis kecil yang di akuinya sebagai anak kandungnya.

Tentu saja kenyataan itu mengagetkan banyak pihak, siapa yang akan menyangka bahwa Arianna yang dikenal sebagai wanita baik-baik, kalem dan tidak neko-neko nyatanya malah menyembunyikan aib serapat ini.

Kedatangan Kakung Soebagdja kemarin malam pun sebenarnya juga ingin memastikan kebenaran kabar burung yang didengarnya dari teman lama, yang mengatatakan bahwa ia melihat Rizad beberapa waktu lalu dengan seorang anak perempuan kecil yang di duga adalah anak Arianna.

Jika ditanya apakah Kakung Soebagdja murka kemarin malam, jawabannya adalah iya. Raffi bahkan sampai keder ditatap oleh Kakung Soebagdja. Itu pula yang membuat ia gelisah sedari tadi, pasalnya malam ini bukan hanya Kakung Soebagdja saja yang akan ditemuinya, melainkan seluruh keluarga besar Soebagdja. Yang berarti termasuk tujuh anak laki-laki dan dua anak perempuan, lengkap dengan menantu, cucu dan cicit-cicitnya. Raffi sama sekali tidak bisa membayangkan akan seperti apa pertemuan keluarga Soebagdja nanti.

Selain memang Raffi sama sekali tidak pernah mengikuti acara keluarga Soebagdja, Raffi baru mengenal beberapa saudara Arianna, dua adik sepupunya Nirmala dan Kirana dan Kakak sepupu perempuannya Kartika. Selain itu ia sama sekali tidak mengenal siapa-siapa.

Raffi mendesah sambil memaksakan sebuah senyum yang terkesan kaku. "Aku cuma nervous aja" akunya.

"Nggak apa-apa! Mereka semua nggak seperti yang kamu bayangkan!" ucap Arianna menenangkan. "Ayo kita turun!" ajaknya kemudian.

"Ayo Sisi digendong Ayah aja. Kasian bunda" tawar Raffi seraya mengangsurkan tangannya kepada Sisi yang langsung disambut dengan suka cita oleh gadis kecil itu.

"Jangan tegang" Kata Arianna mengingatkan, disentuhnya bahu Raffi mencoba sedikit merilekskan tubuh laki-laki itu.

Raffi mengangguk kemudian mengajak Arianna turun dari mobil. Kedua orangtua Arianna sudah datang sejak tadi sore.

"Ini dimana cih Bunda?" tanya Sisi saat mereka melewati jalan setapak yng lumayan untuk menuju pintu utama kediaman Soebagdja. Mata bulatnya melihat-lihat sekeliling penasaran.

"Ini dirumah Kakung Sayang. Kakeknya Bunda" Jawab Raffi.

"Kakeknya Cici juga?" tanyanya antusias.

"Iya kakeknya Sisi juga" jawab Arianna sambil membelai rabut Sisi yang hari ia biarkan tergerai. Kemarin malam Sisi memang belum bertemu Kakung Soebagdja, karena gadis kecil itu masih tidur.

"Celem nggak?" tanyanya sambil meletakkan dua tangannya di pipi.

Serem nak, banget malah. Ayah saja sampai grogi begini. Ups..!! tapi kalimat itu hanya mampu di ucapkan Raffi didalam hati.

"Enggak dong. Kenapa memangnya?"

Sisi menyipitkan matanya sebentar. "Coalnya Kakungnya Nadav celem bunda" ucapnya seraya bergidik ngeri. "Kumitnya tebel, campe mulutnya nggak keliatan. Hiii..." tiba-tiba ia memeluk leher Raffi dan membenamkan kepalanya di sana.

My DaughterWhere stories live. Discover now