Bab 24. Distance

16.8K 1.2K 67
                                    

Arianna memakirkan mobilnya digarasi depan rumah. Ia menghela napas lelah ketika melihat tak ada tanda-tanda Raffi berada dirumahnya. Biasanya ketika ia pulang bekerja, lelaki itu sudah berada dirumahnya dan bermain bersama Sisi. Tapi sudah empat hari ini Raffi tidak menampakan batang hidungnya sama sekali.

Sejak pertemuan mereka dengan Vina beberapa waktu silam, lelaki itu seperti sengaja menghindarinya. Raffi memang masih tetap kerumahnya dan bermain dengan Sisi, tapi dari jam makan siang hingga sore dan ia akan cepat-cepat pulang jika sudah waktunya Arianna pulang. Itu sih informasi yang ia dapatkan dari Firdha.

Huuufffttt... sebenarnya apa sih yang ada dipikiran laki-laki itu? sampai bersikap pengecut seperti ini. Jika ia memang tidak ada hubungan dengan Vina –baik sekarang maupun dimasa lalu-, kan tinggal bilang ke Arianna apa adanya. Lagipula Arianna pasti akan percaya-percaya saja dengan apa yang dikatakan lelaki itu.

Kalau seperti ini, semua wanita didunia ini pasti akan berpikiran kalau Raffi sebetulnya ada hubungan dengan Vina. Sama dengan Arianna.

Ariana mengetuk-ngetukan kepalanya pada kemudi mobilnya. Ia masih mengingat jelas bagaimana reaksi Raffi setelah mereka dalam mobil laki-laki itu. Ia bisa melihat amarah dan emosi dalam ekspresi Raffi, tapi amarah karena apa? Bukankah Vina datang dengan baik-baik? Seharusnya Raffi bisa bersikap baik juga seperti Vina kan? Bahkan ketika ia mencoba bertanya pada Raffi, lelaki itu justru diam saja.

Arianna menghela napas sekali lagi, kemudian membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju rumahnya. Ia melemparkan tasnya pada soffa ruang bermain Sisi, kemudian ikut duduk dibawah dengan Firdha yang tengah menemani Sisi tidur.

"Raffi tadi kesini?" tanyanya pada Firdha tanpa melirik gadis itu, ia memejamkan matanya lelah.

"Ya, dan seperti biasa. Kak Raffi akan cepet-cepet pulang kalo udah mendekati jam pulang mbak Ann" Jawabnya seraya menoleh ke arah Arianna. "Sebenernya kak Raffi kenapa sih? Biasanya juga dia nempel mulu sama mbak Ann kalo ngapel kesini" lanjutnya kemudian sambil membelai lembut rambut Sisi.

Arianna mengendikan bahu acuh, tanda bahwa ia juga tidak tahu dengan perubahan sikap Raffi "Mbak juga nggak tau Fir, kesambet apa sih manusia satu itu?" Ujarnya jengkel.

"Kesambet cintanya mbak Ann kali" Sahut Firdha cekikikan.

Arianna menatap Firdha malas, "Ya kali, kalo emang kayak gitu harusnya Raffi nempel mulu sama mbak, yang ada dia malah ngehindar gini"

"Ciieee..kangen yaa?" Goda Firdha. Ia kemudian bergeser lebih dekat dengan Arianna, mengamati wajah kakak angkatnya itu dengan seksama.

"Hus.. kangen apaan lagi" elak Arianna.

"alaah bilang aja kali kalo kangen, iiih mukanya merah" tunjuk Firdha kearah pipi Arianna yang sudah memerah seperti tomat busuk. Ia tertawa kencang yang langsung mendapat pelototan Arianna.

"Jangan kenceng-kenceng, nanti Sisi bangun" tegurnya sebal sambil menghalau tangan Firdha yang masih sibuk mencolek pipinya. Sial! Kenapa bisa pipinya memerah hanya karena godaan cheesy dari Firdha sih?

"Kalau kangen juga nggak pa-pa kali mbak Ann, bisa jadi nih yaa kak Raffi tuh sengaja kayak gini, biar mbak Ann ngerasa kangen sama dia"

"Sok tau kamu"

"Ih dibilangin juga! Mbak Ann sih terlalu jual mahal dan ngegedein gengsi"

Arianna sontak melotot tajam pada Firdha yang berani-beraninya mengatainya jual mahal."Ngapain juga jual mahal?"

Firdha mengangkat kedua bahunya secara bersamaan, kemudian ia merubah posisi duduknya menjadi menghadap Arianna "Mbak Ann masih cinta kali sama kak Raffi"

My DaughterWhere stories live. Discover now