Bab 25: Vina

14.7K 1.2K 33
                                    


Wanita itu memasuki sebuah cafe dengan dominasi warna cokelat dan putih yang cukup ramai. Mungkin karena ini jam makan siang, jadi orang-orang bertumpah ruah dicafe ini. Wanita tersebut kemudian mengedarkan pandangannya keseluruh penujuru cafe, mencari-cari celah tempat duduk yang mungkin masih kosong.

Pandangannya lalu jatuh pada salah satu kursi kosong yang berada dipojok cafe dekat dengan jendela. Dengan anggun, perempuan itu melangkahkan kaki jenjangnya ke tempat yang ditujunya.

Setelah menunggu beberapa saat, pesanannya akhirnya datang. Perempuan itu lantas menyesap kopi hitamnya seraya mengedarkan pandangannya kearah counter depan yang letaknya lurus beberapa meter didepannya. Beberapa kali ia sempat menganggukan kepala pada beberapa pengunjung yang ia kenal, karena letak cafe ini yang berada tepat didepan gedung kantornya. Pandangannya lantas melebar, menyapu setiap sudut ruangan dilantai satu ini. Suara music jazz mengalun merdu, membuat suasana cafe ini semakin cozy.

Wanita itu baru akan menyesap kopinya kembali, saat seseorang yang ia tunggu sejak tadi tiba-tiba duduk dihadapannya. Raffi.

Wanitu tersenyum sambil meletakan cangkir kopinya keatas meja, menunda untuk menikmati kopinya kembali. Perempuan itu tersenyum dengan sangat manis menyambut kedatangan Raffi. Tangan lentiknya terulur kedepan, berniat mengajak berjabat tangan dengan Raffi.

Raffi tak membalas uluran tangan tersebut, ia justru melirik sinis tangan wanita itu. Dari Pandangan matanya bahkan menggambarkan jika ia sangat enggan menyambut uluran tangan wanita tersebut.

Mendapat respon seperti itu, wanita tersebut hanya tersenyum simpul sembari mengendikan bahunya acuh. "Mau pesen apa Raff?" tanyanya masih dengan senyum menghiasi wajah ayunya.

Raffi mengibaskan tangannya keudara, memberi tanda bahwa ia tidak ingin pesan apapun itu. "Nggak perlu bertele-tele. Gue mau to the poin sama lo" Ucapnya sarkartis.

Wanita itu tertegun sejenak sebelum akhirnya terkekeh "It's okay, Silakan"

Raffi mendecak lalu melotot galak "Gue nggak lagi bercanda, Jadi tolong jangan anggap ini lelucon"

Wanita tersebut tidak sempat berkata apapun lagi ketika Raffi menghentikan kalimatnya barusan dan langsung menatapnya lekat. Sorot penuh kemarahan dalam tatapan itu seolah menyihirnya. Membuatnya tidak bisa berbuat apapun selain fokus pada Raffi.

"Jangan pernah ganggu gue lagi!!"

Suara itu terdengar rendah namun sangat dingin. Wanita tersebut menggelengkan kepalanya ke kanan dan kekiri, kemudian tersenyum sinis menatap Raffi.

"Menganggu kamu? Jangan suka berspekulasi sendiri Raff" wanita tersebut terkekeh pelan, menertawakan perkataan Raffi barusan.

Rahang Raffi mengetat, tangannya mengepal diatas meja. Ia menatap tidak suka ketika wanita tersebut justru menertawakannya "Gue serius!!" ucapnya setengah membentak.

Wanita tersebut cukup terkejut, namun ia segera mengendalikan dirinya agar tidak kelihatan takut. "Okay, okay. Maksud kamu aku menganggu kamu itu apa? Apa pernah aku menganggu kamu selama ini? yah hitung saja sejak pertemuan terakhir kita dipesta beberapa waktu lalu?"

Raffi membenarkan perkataan wanita itu, tapi buru-buru ditepisnya pikiran tersebut. Bisa saja ketika ia lengah, wanita itu justru memporak porandakan hidupnya seperti beberapa tahun yang lalu. Kemudian dengan nada super duper sinis ia berujar.

"Apa lo lupa apa yang udah lo lakuin ke gue dan cewek gue beberapa tahun yang lalu?" Raffi memajukan tubuhnya, menatap wanita tersebut tepat di matanya. "Asal lo tau, setelah kejadian itu. cewek gue pergi ninggalin gue, bahkan saat itu dia tengah hamil anak gue. Dan lo tau, gue bahkan gue baru tau kalo gue punya anak akhir-akhir ini. Dan itu gara-gara elo, Vina!" Ujar Raffi seraya menggebrak meja didepannya, membuat wanita tersebut yang tak lain adalah Vina, berjengit kaget.

My DaughterWhere stories live. Discover now