Arianna memejamkan matanya sejenak, ia menoleh kesembarang arah. Menghindari tatapan penuh harap dari Raffi. Arianna akhirnya mengalihkan pandangannya ke depan.
"Maaf" ucapnya akhirnya, ia menunduk merasa bersalah pada Raffi.
Raffi tersenyum getir. Ia sudah menyiapkan mentalnya sedemikian rupa jika akhirnya Arianna akan menolaknya. Dan benar saja, perempuan itu benar-benar menolaknya. Tapi harusnya pria itu tau, apa yang diusahakannya untuk membentengi hatinya akan sangat percuma. Nyatanya, ia tetap sakit saat perempuan itu menolaknya.
Arianna menoleh sejenak lalu kembali menghadap kedepan, ia menggigit bibirnya cemas. Menimbang-nimbang apakah keputusannya ini tepat.
"Tapi.."
Raffi sontak kembali menegakkan tubuhnya yang terkulai lemas disandaran kursi, ia menolehkan kepalanya hingga menatap Arianna sepenuhnya. Wajahnya yang beberapa menit lalu terlihat kuyu, kini berbinar kembali.
"Tapi apa Ann? Kamu mau bilang apa ?" berondongnya cepat dan semangat. Ia berharap Arianna akan mengatakan "YA". Dan kata maafnya tadi hanya sebuah kejutan untuknya, seperti adegan sinetron-sinetron yang sering dilihat maminya.
Ingin rasanya Raffi mengguncang tubuh Arianna yang hanya diam saja dari tadi. Jantungnya sudah lompat-lompat dari tadi menunggu kelanjutan kalimat Arianna. Tubuhnya semakin tegang saat Arianna meliriknya sekilas, lalu tersenyum simpul menatapnya.
Senyum-senyum mulu dari tadi, nggak tau gue udah mau mati berdiri nungguin jawaban dia!!
"Aku bukannya mau nerima kamu Raff, tapi aku akan pertimbangkan lagi lamaran kamu" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Arianna. Seakan tak menyadari bahwa Raffi hampir kehilangan napas menanti jawabannya. Atau sebenarnya Arianna memang tak mau tau?
Raffi refleks menoleh kembali pada Arianna, mengabaikan dadanya yang terasa sesak karena keinginannya untuk memiliki Arianna terpaksa ditunda. Walau begitu, wajahnya berbinar seakan-akan ini bukan masalah sulit.
"Nggak pa-pa" Pria itu mengucapkannya dengan sangat tenang. Bahkan terlihat tanpa beban meskipun sebenarnya jantungnya berdetak lebih kencang.
"Yakin..?" Arianna memicingkan matanya, meneliti raut wajah Raffi. pria itu sepertinya memang baik-baik saja. Arianna menghela nafas lega.
Raffi menarik lengan Arianna agar ia duduk lebih dekat dengannya. Arianna hampir menepisnya namun Raffi menguatkan cengkeramannya. Perempuan itu menghembuskan napas berat lalu duduk semakin dekat dengan Raffi. Pria itu tersenyum setelah tanganyya beralih menyentuh kedua pundak Arianna.
"Aku tanya sama kamu Ann" Arianna mengerutkan keningnya penasaran. "Harus seperti apa aku agar kamu terima lamaran aku?"
Arianna masih bergeming ditempatnya. Tak sedikitpun ia menatap Raffi, sepertinya rumput-rumput dibawah kakinya justru lebih menarik dibanding wajah tampan Raffi. Arianna berekspresi seolah-olah ia tidak mendengar apapun yang diucapkan Raffi. Namun Raffi yakin jika Arianna hanya pura-pura menulikan diri. Ia cukup sadar kalau mendapatkan hati Arianna tidak akan mudah. Dengan segala ketegaran dan kemandirian yang ditunjukan wanita itu selama lima tahun ini pasti membuatnya berpikir berulang-ulang untuk menerima lamaran Raffi. tapi setegar dan semandiri apapun Arianna, ia pasti membutuhkan laki-laki yang mencintainya dan memberikan perlindungan padanya.
Berbekal keyakinan itu, diraihnya lagi tangan Arianna -yang tadi sempat ia lepaskan-. Seperti biasa, Arianna selalu menolaknya. Tapi Raffi selalu berhasil menahannya.
"Faridha Arianna, aku serius kalau aku mau nikahin kamu! Aku ingin jadi ayah untuk Sisi dan menyempurnakan hidup anak kita, hidup kamu!! Ucapnya serius.
YOU ARE READING
My Daughter
RandomFaridha Arianna hanyalah seorang gadis lugu yang hidup dalam dimensi kisah dongengnya sendiri. Mecintai seorang lelaki dengan sepenuh hati namun terhianati. Cintanya teramat pada sosok tampan sang pujaan hati. Seseorang yang begitu hebat dimatan...