Bab 22: Keep Fighting

17.7K 1.3K 62
                                    

"Sayang.."

Seketika itu juga tubuh Raffi menegang mendengar panggilan itu, seakan tak bisa bergerak sedikitpun dan entah mengapa lidahnya tiba-tiba kelu.

Itu suara...

Raffi mengerjapkan matanya, sedetik kemudian ia segera melemparkan botol minuman kosong kearah orang yang tadi memanggilnya sayang. Ia mendelik tajam kearah Andre yang masih cengengesan didepan pintu ruang kerjanya.

Arianna kontan menutup mata Sisi agar terhindar dari pemandangan kekerasan yang dilakukan Raffi pada.. Ooh, ia segera memalingkan wajahnya kearah pintu masuk. Dahinya berkerut-kerut heran, ia sepertinya tau laki-laki itu. Tapi siapa?

"Eeh, ada Arianna" Ujar Andre kikuk saat mengetahui bahwa Raffi tidak sendirian didalam ruang kerjanya, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu berjalan mendekat kearah mereka bertiga.

Arianna melepaskan tangannya dari mata Sisi, kemudian melihat Raffi yang masih memandang Andre dengan sorot mata kejam. Duh, ia jadi takut sendiri. Selama ini yang ia tahu kan, Raffi adalah orang yang hangat dan penyayang. Belum pernah ia melihat Raffi yang seperti ini.

"Eeeh ada Sisi juga?" tanya Andre saat melihat Sisi yang bersembunyi dibalik tubuh ibunya. "Masih inget sama om nggak..?" tanyanya seraya menyorongkan tubuhnya lebih dekat pada Sisi.

Sisi menatap Andre takut-takut, ia masih berusaha mengingat om tampan didepannya ini. Demikian pula dengan Arianna, perempuan itu meneliti lelaki yang berada dihadapannya. Sepertinya ia familiar dengan pria ini.

"Om Andle?" Pekik Sisi heboh "Iya iya Cici ingat, coalnya om Andle kelen cih kalau begini. Gak kayak waktu itu" Sisi manggut-manggut melihat penampilan Andre yang terlihat keren dengan setelan kerjanya. Berbeda saat mereka pertama kali bertemu di mall beberapa waktu yang lalu.

"Masa sih om Andle kelen?" Andre mengelus jambul kebanggaanya, kemudian melirik Raffi yang asik dengan makan siangnya. "Gantengan mana sama ayah kamu?"

"Gantengan ayah Cici dong" Ujar Sisi mantap. Ia tersenyum lebar kearah Raffi yang mengacungkan dua jempolnya untuk Sisi, karena sudah mengakui bahwa ia lebih tampan dari Andre. Bukankah yang dikatakan anak kecil itu selalu jujur?

Andre mendengus sebal melihat senyuman Raffi yang terkesan meremehkan. Ingin rasanya ia melayangkan sebuah tonjokan ke wajah Raffi yang terlihat sangat menyebalkan itu. sejurus kemudian, matanya menangkap sesuatu yang bisa menggugah iman siapa saja untuk segera mencicipinya. Makanan!! Ya ampun, ini adalah hal terpenting kedua baginya setelah selakangan wanita!

Matanya berkilat-kilat penuh nafsu memandang sajian lezat yang terhidang didepannya. Tangannya sudah akan menyambar ayang panggang, tapi sebuah pukulan keras mendarat sempurna pada tangannya.

"Bego lo!!" umpatnya seketika seraya mengibaskan tangannya keudara. Ia mendelik menatap Raffi yang baru saja memukul tangannya dengan sepenuh hati. Duh, tangan gue. Kalau gak bisa buat muasin cewek gimana nih? Keluhnya didalam hati.

"Heh, jaga bicara lo. Ada anak gue!" Ucap Raffi tak kalah galak. Anaknya bisa terkontaminasi gaya slengek'an Andre kalau begini.

Andre sontak menghentikan kegiatannya, lalu menatap Arianna dan Raffi bergantian"Ups, Soryy mabroo!!" ia nyengir lagi. "Abisan lo pelit banget sih"

Arianna hanya menatap interaksi dua pria itu dengan dahi berkerut. Masih mencoba mengingat siapa laki-laki yang bernama Andre ini. Nama dan wajahnya sih ia tidak merasa asing. Ia sudah memutar semua memorinya, tapi semua usahanya nol! Ia tetap tak ingat apa-apa tentang Andre.

Raffi yang melihat kebingungan Arianna segera memberitahu. "Dia Andre yank, teman satu kampus dan satu kos kita dulu. Temennya Bima juga. Kamu masih ingat kan?" Ia merasa wajar jika Arianna lupa pada Andre, wanita itu seperti ketakutan jika ada Andre. Mungkin karena gaya slengek'an Andre.

My DaughterWhere stories live. Discover now